Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 》》KITA CERAI AJA ,,,
Enam bulan berlalu tanpa terasa. Kehidupan Andhinipun semakin tak tenang karena hampir setiap sore Linda mengunjunginya padahal ia sudah capek seharian bekerja di kantor. Entah darimana wanita itu tau alamatnya. Kesabaran manusia ada batasnya dan sepertinya Andhini yang memiliki kesabaran setipis tissu dibelah tujuh pun telah tekuras habis.
Seperti hari ini, Andhini memillih mampir di sebuah kafe sekalian makan malam. Andhini yang tak begitu suka dengan dunia perkafean harus membiasakan diri agar terhindar dari kunjungan Linda yang tak bermanfaat. Sudah lebih dari sepuluh botol vitamin yang dibawa wanita itu namun tak sebijipun yang dikonsumsi oleh Andhini.
Jam menunjukkan pukul 21.15 ketika Andhini memarkir mobilnya di baseman. Tak mungkin Linda menunggunya hingga selarut ini. Ia segera keluar dari mobil dan memaksakan langkahnya menuju lift yang akan membawanya ke lantai 7 dimana flatnya berada. Ketika lift berhenti dengan sisa-sisa tenaga wanita itu segera menekan password pintunya.
Ceklek
“Darimana jam segini baru pulang ?!” Suara Satria seketika menghentikan langkah Andhini. Ia menarik napas panjang mengatur emosi yang tiba-tiba menguasainya.
Baru saja Andhinj bernapas lega karena tak harus bermanis-manis menghadapi Linda tapi ternyata ia harus dihadapkan pada manusia yang super duper menjengkelkan.
“Aku mampir makan sekalian menunggu macet sedikit berkurang,” Dingin dan datar kesan yang menyapa indera pendengaran Satria.
“Sudah berapa kali harus kuulangi, Dhin,,, tolong berhenti bekerja. Aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu,” Satria tak habis pikir dengan jalan pikiran Andhini yang tak bisa diam di rumah.
“Gak usah dibahas lagi bang, dulu abang gak masalah kan ? Lalu kenapa sekarang hal ini dipermasalahkan.” Andhini memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Ia butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket. Enak saja datang-datang langsung menyuruhnya berhenti bekerja. Dia saja datang macam jaelangkung, mana sok ngatur sok berkuasa pula.
Manusia satu ini setiap kali menampakkan diri hanya bisa menyuruhnya berhenti bekerja. Andhini bukan tipe wanita rumahan. Sejak kecil ia terbiasa berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Andhini mempersiapkan diri untuk menjadi wanita karier.
Dua puluh menit kemudian Andhini keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap. Setelah memakai segala macam skincare ia keluar kamar. Tak sopan jika ia terkesan tak memperdulikan Satria walaupun kedatangannya tergantung mood pria itu.
“Abang belum tidur ?!” Andhini berbasa basi sembari duduk di kursi depan Satria yang tampaknya masih bekerja karena fokusnya pada laptop di depannya.
“Belum, masih ada kerjaan sedikit yang belum selesai,” Atensi Satria teralihkan dengan kedatangan Andhini. Aroma tubuhnya sangat menggoda sehingga tanpa sadar Satria menelan salivanya. Namun otak pria itu masih bekerja, ia berusaha menahan gejolak yang tiba-tiba terasa sangat mengganggunya.
“Mau kubuatkan kopi ?!” Andhini menatap Satria yang terlihat gelisah. Wanita itu tak menyadari penyebab kegelisahan pria di depannya.
“Bo ,,, boleh,” Satria menahan napas, ia berusaha mengembalikan konsentrasinya pada pekerjaannya.
Tanpa membuang-buang waktu, Andhini bergegas ke dapur membuat dua cangkir kopi. Ia berniat menemani Satria bekerja walaupun mereka sangat jarang berbicara. Aroma kopi menguar menggugah selera Andhini letakkan di atas meja. Andhini kembali duduk di depan Satria. Wanita itu meraih ponsel yang ia letakkan dikursinya sebelum ia ke dapur.
Selanjutnya suasana kembali sunyi, Andhini sibuk dengan sosial medianya dan Satria kembali sibuk dengan laptopnya. Andhini menunggu Satria selesai agar bisa berbicara dengan santai.
“Ada yang ingin kamu bicarakan, Dhin ?!” Satria menatap Andhini sembari menutup laptopnya. Satria bisa menebak keinginan sang istri karena bukan kebiasaan Andhini menungguinya saat bekerja meskipun ia sangat jarang berkunjung bahkan menginap di apartemen.
“Iya bang dan ini sudah menjadi cita-citaku sejak dulu,” Andhini tak ingin menunda pendidikannya terlalu lama. Ia sudah ketinggalan satu semester. Baginya pendidikan sangat penting dan saat ini pendidikannya belum memadai.
“Abang gak akan menghalangi cita-citamu dan abang yakin kamu tau yang terbaik.” Ucapan Satria membuat Andhini bersorak dalam hati. Kesempatan untuk menjauh dari pria yang berstatus sebagai suaminya hanya diatas kertas.
“Thanks bang. Aku akan melanjutkan studiku di luar negeri. Bukan karena mutu dalam negeri kurang akan tetapi sejak awal aku memutuskan untuk belajar di negeri orang.” Andhini tak memberi kesempatan pada Satria untuk menentang keinginannya. Bahasa klise yang sering diungkapkan orang-orang untuk menghalangi bisa ia tebak. Pun terhadap Satria yang pasti akan mengatakan hal tersebut.
Satria membeku mendengar ucapan Andhini. Ia akui jika selama ini perlakuannya pada Andhini tidak adil akan tetapi sejak beberapa bulan terakhir kesibukannya memang tak bisa diajak kompromi. Dikarenakan perusahaan yang ia rintis sendiri sangat menyita waktunya.
“Tapi Dhin, sebagai suami istri gak bagus kalo kita LDR-an. Abang gak mungkin bisa rutin mengunjungimu,” Tegas Satria tak terima. Pria itu memang benar. Hubungan jarak jauh ditambah kesibukannya sangat tidak memungkinkan bagi mereka berdua.
“Aku juga gak ngarap abang mengunjungiku, lha aku disini saja abang entah ada dimana. Tolong hal tersebut jangan dijadikan alasan.” Andhini tetap ngotot dengan keputusannya. Ia tak boleh mengalah pada pria yang tak bisa diharapkan.
“Gak bisa Dhin, selama kita masih suami istri maka aku gak bisa beri ijin kamu belajar di luar,” Satria tau jika rasa Andhini untuknya sama sekali belum ada dan jarak yang jauh sangat memungkinkan perasaan Andhini tak akan pernah ada untuknya.
“Kalo begitu kita cerai aja, bang ,,, gak ada yang dirugikan jika kita bercerai kecuali statusku aja yang janda.” Mulut Andhini terlalu enteng meminta cerai membuat otak cerdas Satria seketika buntu.
“Boleh aja kamu minta cerai tapi berikan dulu hakku sebagai suami.” Gigi Satria gemeretuk menahan emosi. Pria itu berpikir dengan mengambil haknya maka Andhini akan luluh dan menurut.
“Jika itu tujuanmu maka aku setuju bang, tapi ingat urus surat cerai kita setelah malam ini.” Andhini menahan tangis dan sakit hatinya. Rupanya pria yang bergelar suami tak ubahnya seperti pria hidung belang diluar sana.
Tanpa membuang-buang waktu, Satria membopong tubuh ramping Andhini memasuki kamarnya. Ia tak mungkin melakukan malam pertamanya yang tertunda diatas sofa. Kegiatan indah yang akan selalu ia kenang harus dilakukan di kamar pribadinya dimana tak seorangpun bisa masuk.
Tak ada penolakan yang dilakukan oleh Andhini. Setiap sentuhan Satria ia terima dengan pasrah. Dengan sekuat tenaga Andhini menahan suara laknat yang akan keluar dari bibirnya meskipun tak semuanya berhasil ia tahan. Sekali atau dua kali suara itu menghampiri telinga pria yang kini sedang melahap tubuhnya.
Airmata Andhini menetes menahan sakit diarea sensitifnya karena perlakuan Satria. Untuk malam ini Andhini merasa dirinya seperti jal**ng yang hanya bisa diam karena bayaran pria itu.
Emosi dan nafsu membakar otak Satria sehingga ia tak berpikir jauh setelah tindakan dan oerbuatannya pada malam ini. Entah berapa kali ia melakukannya hingga Satria kehabisan tenaga.
🍒🍒🍒
SELAMAT PAGI READERS,,, OTHOR DATANG LAGI
JANGAN LUPA BAHAGIA YA ,,,
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️