Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.
Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.
System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.
Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".
Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...
Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arena Latihan dan Aula kebangkitan
Usai keluar dari aula penempaan, Zilong menyusuri jalan berbatu yang tertata rapi dengan Senyum kecil terukir di wajahnya. Sekte Yuandao kini tampak jauh berbeda—jalan dihiasi taman, pohon-pohon tumbuh teratur, dan lampu jalan dari batu cahaya menyala lembut.
Ia berjalan melewati pilar-pilar Putih tinggi, atap-atap berkilau lembut, dan udara di penuhi aroma pohon serta qi yang menenangkan.
“Wah, sekarang ini baru kelihatan kayak sekte beneran di drama-drama kultivasi. Jangan-jangan besok ada murid nyasar terus nemu jurus warisan di balik tembok retak,” gumamnya sambil menepuk-nepuk pilar batu giok, seolah menyapa teman lama.
Tapi langkahnya mendadak terhenti. Suara notifikasi sistem tiba-tiba bergema serempak di telinga para pemain senior:
[Misi Baru Tersedia: 「Kewajiban Senior – Misi Pewarisan」]
Kepada murid angkatan pertama—tugas kalian adalah membimbing murid baru yang akan datang sore hari ini di aula kebangkitan.
Tujuan:
– Bentuk party dengan 5 pemain baru
– Menjelaskan fungsi minimal 3 bangunan sekte
– Menyertai misi pembasmian monster common di hutan pinggiran Seribu Gunung
– Melapor ke NPC Yue atau Ketua Sekte setelah selesai
Hadiah:
– +100 Kontribusi Sekte
– Pilihan: Pil Qi Tambahan / 100 Batu Qi / Senjata Common Tier
– Achievement Permanen: 「Senior Pertama Sekte Yuandao」
Catatan Sistem:
Pemain baru yang dipandu akan otomatis dianggap sebagai "junior" dalam sistem sosial sekte.
Zilong menyipitkan mata, lalu senyum lebarnya langsung terbentuk.
“Wahh… jadi semacam jadi mentor, ya?” gumamnya senang. “Menarik juga.”
Tanpa pikir panjang, ia langsung membuka panel sistem dan mencari lokasi Aula Kebangkitan yang baru dibangun.
Dalam perjalanannya, pandangannya tertarik pada sebuah bangunan besar di kejauhan—bentuknya mirip stadion sepak bola. Rasa penasaran muncul begitu saja, membuat langkahnya semakin cepat.
Begitu tiba di depan bangunan raksasa itu, Zilong terdiam sejenak di tepi struktur yang belum pernah ia lihat sebelumnya—sebuah arena melingkar raksasa yang menjulang tinggi, menyerupai stadion modern, tapi dengan sentuhan khas dunia kultivasi. Pilar spiritual berdiri di tiap sisi, dan formasi pelindung samar-samar berdenyut di permukaan dindingnya.
Tepat di samping pintu masuk utama yang tinggi dan megah, terpampang papan peta besar yang memperlihatkan tata letak seluruh arena latihan. Empat jalur utama terbentang dari pusat bangunan.
“Empat pintu? Hooh~ Dev beneran tahu cara mencegah 'gelombang beban server' dunia nyata,” komentarnya sambil tertawa kecil.
Dari luar, bentuknya menyerupai kuali surgawi raksasa—dinding tinggi melingkar, pilar-pilar merah giok menopang atap terbuka sebagian. Empat pintu gerbang utama berdiri di keempat penjuru mata angin, masing-masing cukup lebar untuk dilewati sepasukan kultivator sekaligus. Tidak ada mekanisme rumit. Tidak ada penjaga. Semua dibiarkan terbuka—seolah arena ini menyambut siapa pun yang ingin masuk... atau kembali.
Begitu melewati gerbang timur, napas Zilong tercekat.
“Woah…”
Di depannya terbentang arena utama yang luar biasa luas—seukuran lima lapangan bola biasa. Tapi bukan rumput yang memenuhi tengah arena, melainkan berbagai zona pelatihan, masing-masing memiliki struktur, ukuran, dan medan yang berbeda.
Ada lingkaran batu untuk duel tangan kosong, jalur lari untuk latihan kecepatan, tiang-tiang uji refleks yang bergerak acak, bahkan boneka logam spiritual yang siap menerima pukulan dari siapa saja.
Namun bukan hanya pusat arena yang menarik perhatian. Justru struktur di sekelilingnya yang membuat Zilong mengangguk kagum.
Tempat duduk bertingkat menjulang mengitari seluruh arena, seperti tribun stadion kuno. Terbuat dari giok putih yang dipoles halus, tempat duduk itu diukir dengan formasi peredam suara dan pengatur suhu. Di sela-sela tempat duduk, lentera spiritual menggantung diam, mengalirkan cahaya alami tanpa api.
Tepat di bawah tribun—di titik antara arena pelatihan dan dinding luar—terdapat empat lorong besar yang mengarah ke bawah tanah. Lorong-lorong itu dikelilingi tiang merah berukir awan dan naga, jalurnya lebar, dihiasi lentera gantung di langit-langit melengkung.
Tak ada pintu. Tak ada sekat. Hanya jalan lebar yang menurun perlahan, mengarah ke dalam bumi.
Zilong menuruni salah satu lorong itu.
Semakin jauh ke dalam, udara tidak menjadi pengap, tapi tetap stabil. Cahaya lentera qi menyinari setiap sudut lorong, menciptakan jalur terang menuju dasar.
Dan akhirnya, ia tiba di tempat itu—
Aula Kebangkitan.
Sebuah aula luas dengan langit-langit tinggi, permukaan lantai berkilau dengan formasi qi berbentuk lingkaran, dan aura spiritual yang menenangkan. Tidak ada kegelapan. Tidak ada tekanan. Hanya ketenangan... dan kebangkitan.
Tempat ini bukan sekadar titik respawn. Ini adalah jantung sunyi dari Sekte Yuandao, tempat para murid kembali setelah kalah, untuk melangkah lagi.
Zilong mendesah ringan, lalu tersenyum.
“…Serasa seperti reinkarnasi VIP.”
Zilong berdiri di tengah Aula Kebangkitan yang megah, menatap formasi qi melingkar di lantai seperti seseorang yang baru saja mengunjungi tempat suci. Suasana di sekelilingnya tenang, hanya denting lembut dari formasi spiritual yang sesekali bergema pelan di udara.
Ia menunduk, membuka panel sistem. Angka waktu terpampang jelas:
[Waktu Kedatangan Pemain Baru: 00:15:27]
“Hm, masih lima belas menit…” gumamnya.
Dengan langkah ringan, ia berbalik dan kembali menaiki lorong terang menuju atas. Cahaya lentera qi menyambutnya tiap beberapa langkah, membuat jalan setapak itu terasa seperti lorong transisi antara dunia dan kelahiran ulang.
Begitu kembali menembus gerbang ke arena latihan, suasana di atas jauh berbeda dari sebelumnya. Tribun penonton kini tidak lagi kosong. Puluhan pemain veteran telah berkumpul, duduk santai di bangku-bangku giok putih yang disusun melingkar.
Beberapa bersenda gurau, beberapa lagi tampak serius—mungkin merencanakan perekrutan. Di antara kerumunan itu, suara familiar langsung memanggil:
“Hey! Zilong kecil, kemari!!”
Zilong menoleh. Di salah satu sisi tribun, duduklah Daoslayer, MechaOtaku, dan Bulletmonk—tiga teman satu party yang sudah seperti saudara di dunia ini.
Dengan senyum lebar, ia melangkah cepat menghampiri mereka.
“Aku kira kalian belum login,” katanya sambil menjatuhkan diri duduk di bangku kosong.
Bulletmonk menepuk pundaknya. “Kau habis dari mana saja, bro?”
Zilong mengangkat bahu. “Lihat-lihat bangunan baru saja. Sekte ini berubah kayak versi premium sekarang.”
MechaOtaku langsung menyahut dengan nada menggoda, “Hohh~ apakah kamu sudah melihat Kak Yan’er, Zilong?”
Zilong menyipitkan mata, tapi tidak menyangkal. “Heh, siapa yang nggak lihat? Aura NPC-nya itu... terlalu ramah buat dunia keras begini.”
Daoslayer terkekeh pelan. “NPC baru pastinya bikin penasaran. Tapi yang bikin aku bersemangat bukan itu.”
Ia menatap ke tengah arena, tempat para pemain veteran kini menunggu seolah hendak menyambut delegasi bangsawan.
“Yang akan datang ini... lima ratus pemain baru. Lima ratus, Zilong. Ini kesempatan kita buat membesarkan party kita. Rekrut yang handal, yang aktif, yang lucu pun tidak apa, semua.” Daoslayer bicara setengah serius.
Bulletmonk tertawa lepas. “Haha, kalau aku sih udah nggak sabar lihat tingkah laku para pemain baru ini. Kira-kira... bakal lebih konyol dari kita waktu pertama kali login nggak, ya?”
Ia menoleh ke langit, seolah mengenang masa silam yang terjadi belum genap sebulan lalu.
“Aku masih ingat, ketika itu ada satu pemain yang membuka celananya, mengecek seberapa realistis game ini”
MechaOtaku yang duduk tak jauh darinya ikut terpingkal, nyaris jatuh dari duduknya. Ia menepuk paha sendiri sambil bicara tertawa.
“Pfffttt–k-kurasa aku tahu siapa orang itu, hahaha”
Zilong menyipitkan mata, nada suaranya setengah curiga, setengah penasaran.
“Eh? Siapa? Siapa yang seberani itu, bro?”
MechaOtaku masih menahan tawanya, tangannya mengusap ujung matanya yang mulai berair karena terlalu keras tertawa.
“Pfffttt–itu... itu Brother Gu! GuHandsome! Hahaha—aku lihat sendiri, dia berdiri di belakang ku, buka celana sambil ngomong, ‘sistem ini pasti punya batas visual... demi ilmu, demi ilmu!”
Zilong langsung tertawa terbahak, menepuk lututnya sendiri. “Astaga... dia serius waktu itu?! Aku kira cuma meme forum doang!”
Bulletmonk ikut tergelak lagi. “Bro itu memang dedication-nya aneh... Tapi dia percaya diri banget, itu yang bahaya.”
Daoslayer akhirnya angkat suara, sambil mengangkat tangannya seolah meminta jeda.
“Sudah-sudah, jangan terlalu semangat. Seolah kalian semua nggak bertingkah konyol juga waktu pertama kali masuk. Mecha—kau dulu sempat coba ngomong ‘menu’ keras-keras ke langit, berharap sistem buka sendiri.”
MechaOtaku menunjuk dirinya sendiri, wajahnya memerah karena malu sambil berseru, “Aku pikir ini game-nya pakai voice command, oke?!”
Zilong nyaris tersedak tawa. “Kau teriak ‘status! menu! buka sistem!’ kayak mantra kultivasi.”
Dan di tengah canda itu, mereka semua menatap ke arah arena yang kini mulai diterangi lentera qi. Bangku-bangku tribun mulai terisi. Aura spiritual terasa mengalir halus di udara. Masih sunyi... tapi hanya untuk sesaat lagi.
Sebab sebentar lagi—lima ratus pemain baru akan muncul dari lorong kebangkitan, membawa cerita mereka sendiri ke dalam dunia ini.
Zilong duduk dengan tangan terlipat di belakang kepala, pandangannya santai namun penuh antisipasi.
“Yah,” gumamnya pelan. “Semoga mereka tidak langsung membuka celananya juga.”
Tawa meledak sekali lagi, tapi perlahan reda, seiring pandangan mereka beralih ke lorong kebangkitan.
Sangat hati-hati sekali ya, jangan sampai mati.
orang lain di dunia itu ga nyadar kalau dunia mereka game?
masih misteri
kamu harus pakai nick name trus : kalau percakapan GC. atau atasnya nickname bawahnya percakapan.