Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Azzura langsung kembali kekamar, dan merebahkan badan diranjang empuk miliknya.
"Sepertinya aku sudah gila, jika seperti ini terus aku akan lepas kendali," Ketika memikirkan wajah Teyo yang sangat muda dan tampan.
"Bagaimana jika aku katakan pada Ayah untuk menikah dengan Teyo diumur sekarang ini apa akan disetujui?" Dengan tertawa senang Azzura berguling-guling di kasur membayangkan jika dia benar-benar bisa bersatu dengan kekasihnya yang sudah hilang itu.
Saat sedang memikirkan Teyo dengan bahagia, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Nona, apa anda didalam?" Lola datang kembali.
"Mengapa dia kembali secepat ini, apa terjadi sesuatu." Azzura langsung turun dari ranjang dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tiba-tiba Azzura keluar dan langsung bertanya membuat Lola menatap kebingungan.
"Tidak Nona, tidak ada masalah apapun." Ucap Lola tergagap.
Azzura mendengarnya langsung menghela nafas lega. "Lalu mengapa kau kesini?" Tanyanya heran.
"Tuan Mike dan orang tuanya ingin bertemu anda, apakah kau bersedia?" Ucap Lola dengan harap.
"Ah, seperti itu. Beritahu mereka besok saja. Malam ini aku sudah lelah. " Jawabnya dan membiarkan Lola pergi.
"Baik Nona. Aku pamit."
Setelah kepergian Lola, Azzura mengunci kamar dan memilih untuk tidur. Namun dia teringat buku pemberian sang Kakek. Langsung mengambilnya dari kotak dan membuka buku itu.
Azzura membuka lembar ketiga berharap ada sesuatu yang tertulis, dan benar saja dari kertas keluar cahaya yang bertuliskan satu kalimat.
"Sihir Tua Nyonya Galenia,"
Begitulah isi tulisannya.
"Apa maksudnya ini?" Azzura berfikir keras dan memijat-mijat pelipisnya dengan kuat. Namun tidak menemukan jawaban apapun.
Dia meraba-raba kantong bajunya dan mengambil bungkusan yang dia curi dari kamar Vanesa.
Malam sebelumnya karena sangat penasaran Azzura menyelinap ke kamar Selir Luisa saat semua orang sudah terlelap untuk mencari sesuatu yang bisa memperjelas kecurigaannya.
Namun tidak menemukan apapun dan karena takut Selir Luisa bangun dia memilih untuk pindah kekamar Vanesa dan menemukan bungkusan itu dibawah meja kamarnya, saat Azzura memungutnya keluar aroma yang sama persis dengan teh yang diberikan kepada sang Ayah.
Dia menyimpan bungkusan itu dan berfikir bisa berguna nanti. Saat ini dia melihat bungkusan itu langsung berfikir akan keterikatan hal ini dengan tulisan dibuku sang Kakek.
Karena sudah sangat lelah Jadi dia memilih untuk menutup buku itu dan pergi tidur.
"Mungkin besok akan ada banyak kejutan." Azzura berguman.
Karena sangat lelah Azzura langsung terlelap tidur. Tiba-tiba terdengar teriakan sang Ayah yang meminta tolong dengan menangis, Azzura mencari dengan berlari dan menemukan Ayah serta ibunya duduk seperti sedang merasakan sakit yang amat sangat sementara Azzura mencoba untuk menolong mereka namun mau mencoba seperti apa tetap dia tidak bisa menggapai mereka.
Azzura menangis dan memohon pada Tuhan untuk menghentikan penderitaan mereka didepan matanya itu.
"Ayah!!" Tariak Azzura yang langsung terbangun dari tidurnya.
Nafasnya tersengal-sengal mengingat apa yang dilihatnya tadi. "Apa ini hanya mimpi? Mengapa seperti nyata?" Dengan tubuh yang gemetaran Azzura mengingat kejadian tadi.
Tanpa pikir panjang dia langsung beranjak dari kasurnya dan pergi berlari kekamar Sang Ibu. Dia ingat jika Ayahnya tidak ada di Mansion jadi memilih melihat ibunya.
Tanpa memperdulikan sekitar Azzura berlari sangat cepat dengan masih mengenakan baju tidur dan rambut yang terurai. Ada air mata yang menetes meski tidak terlihat dia sedang menangis.
Lola yang akan membangunkannya melihat Nona nya berlari kearah lain langsung mengejar. "Nona!" Teriaknya memanggil namun tidak dihiraukan Azzura.
Sesampainya dipintu kamar Sang Ibu Azzura langsung membuka dan melihat sekeliling, itu membuat semua orang yang ada kamar Ibunya terkejut. Azzura yang melihat ibunya sedang berdiri di depan kaca langsung memeluk dengan erat dari belakang dan terdengar tangisan.
Ibunya mengerti dan tidak berkata apa-apa hanya berbalik dan membalas pelukan Azzura dia memberi kode kepada semua Pelayannya untuk meninggalkan mereka berdua dikamar.
Lola yang melihat itu langsung mengerti dan tidak menghentikannya lagi lalu menunggu diluar.
Setelah hanya tersisa mereka berdua Nyonya Elena mengelus pucuk kepala Azzura dengan lembut, sebenarnya dia juga khawatir dengan semua ini. Penetapan Suaminya menjadi Raja cukup mendadak, hanya dalam waktu setengah tahun keluarga mereka harus siap.
Azzura masih terlalu kecil menurutnya untuk menjadi seorang Putri Mahkota. Jelas saat ini ada ketakutan dihatinya. Karena Nyonya Elena pun merasakan hal yang sama. Dengan perlahan dia mengajak Azzura duduk diranjang.
"Apa kau takut sayang?" Ucapnya setelah melihat wajah Azzura yang sudah basah oleh air mata.
Azzura mengangguk pelan dan menatap ibunya.
"Apa kita tidak bisa menolak Ayah menjadi Raja bu, " Bibirnya terlihat gemetar.
Jika saja ibunya tahu apa yang akan terjadi kedepannya mungkin dia juga tidak akan menemani kenaikan Suaminya menjadi Raja.
Nyonya Elena kembali memeluk Putri semata wayang nya itu. "Ini sudah kehendak langit sayang, kita tidak bisa mengubahnya. Kita harus mendukung Ayah mu untuk memimpin Negara ini." Ucapnya dengan sangat lembut.
Azzura melepaskan pelukan ibunya dan berkata. "Bu, aku minta maaf karena memaksa mu menyetujui Ayah memiliki Selir. Aku menyesal," Azzura menunduk dan menangis lagi kali ini lebih sedih hingga terdengar oleh sang Ibu.
Penyesalan Azzura yang paling besar adalah menyetujui Ayahnya menikah lagi. Dan ternyata yang menghancurkan keluarga mereka adalah para Selir itu. Azzura mengepalkan tangannya dengan kuat karena merasa bersalah yang amat tinggi.
"Tidak sayang, meski kau tidak menyetujuinya Ayah mu akan tetap menikahi mereka. " Ucap sang Ibu.
"Maksudnya? " Azzura menjadi heran.
Nyonya Elena tersenyum. "Selir Luisa memang sudah dinikahi Ayah mu sebelum kita menyetujuinya. Sedangkan Selir Inez ada perjanjian politik dengan Ayahnya. Dan Selir Maya... " Sang Ibu berhenti ketika ingin menceritakan Selir Maya.
"Kenapa dengan Selir Maya bu?" Azzura menjadi sangat penasaran saat ini, seperti ada yang disembunyikan oleh Ayah dan Ibunya.
Nyonya Elena tersenyum. "Ayah mu jatuh Cinta dengan Selir Maya sayang, " Ucap nyonya Elena dengan wajah sedih.
Azzura terkejut mendengar itu. Semua fikirannya menjadi kacau, dan juga dia kebingungan. Apa maksudnya ini. "Berarti Ayah dan Selir Maya saling mencintai begitu?" Batinnya.
Diingatan Azzura dia tidak pernah melihat keanehan pada Ayahnya dan Selir Maya. Mereka selalu bertingkah laku normal sama seperti kepada Selir yang lain.
Nyonya Elena melihat Putrinya terdiam dan seperti sangat marah langsung menegurnya. "Azzura sayang lihat Ibu." Dengan mengangkat wajahnya untuk menatap dirinya.
Azzura menurut dan tidak berkata apa-apa. "Dengarkan Ibu, apapun yang terjadi kedepannya kau harus siap dan jangan bertindak bodoh seperti saat kau masih berstatus anak dari Tuan Cariann. Karena nanti kau akan menjadi seorang Putri Mahkota." Nyonya Elena menjelaskan dengan penekanan.
Azzura tidak menjawab dan hanya meneteskan air mata. "Ya Tuhan ada apa dengan mu sayang?" Nyonya Elena kembali memeluk Putrinya.
"Azzura, kau harus menjadi Putri Mahkota yang hebat, kuat dan juga jujur. Kau juga harus menjaga rakyat mu lebih dari menjaga diri mu sendiri, dengan begitu kau akan dicintai semua orang." Ucapnya dalam pelukan.
Dulu ibunya tidak pernah mengatakan hal ini karena tidak sadarkan diri. Namun saat sekarang ibunya sehat dan mengatakan hal itu Azzura menjadi semakin sedih.