“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’
Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.
Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.
Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.
Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jubah hitam
Jubah hitam pulang dengan hati yang bahagia. Sampai dirumah Iya langsung menanggalkan masker beserta jubahnya lalu melemparnya kesembarangan arah. Dia menuju ke dapur dimana Sang Ibu berada. Orang tua ini sedang memasak untuk makan malam.
“Apa benar kejadian itu ulah Adik mu kita nak?’’ tanya Ibunya
“Huss! Pelankan suara Ibuk!’’ bentak jubah hitam berang. Ibunya langsung bungkam.
“Ibuk teruslah teruslah awasi mereka. Ibuk juga harus bisa menyelinap ke gudang rahasia di rumah itu. Aku sudah berhasil mengambil foto Kardi. Buat Dia seolah jadi korban pesugihan keluarga Gayatri itu’’ ucapnya sambil menghidupkan rokok tembakaunya.
“Baiklah nak.’’ balas istrinya.
Tak lama terdengar ucapan salam dari luar. Tanpa menjawab salam, jubah hitam langsung menuju pintu rumahnya.
“Eh Pak RT, ya ada apa?’’ tanya nya.
“Begini kang, malam ini diharapkan turut hadir di masjid untuk tahlilan almarhum Kardi.’’ ucap pak RT.
“Oh, insyaallah Pak. Jam piro?’’ tanyanya lagi.
“Habis magrib Kang.’’
“Baiklah. Maksih ya’’
“Iya, saya permisi dulu.’’ Udin langsung menaiki motornya dan meninggalkan rumah Jubah hitam.
Jubah hitam kembali masuk rumahnya. Dia menuju kamar sang Ibu.
“Buk, nanti malam pergilah ke rumah Kardi. Jika Ibu tidak datang, nanti para warga makan curiga’’ ucapnya.
“Iya nak. Ini sebentar lagi Ibuk memang mau kesana.’’ Ibu jubah hitam langsung keluar kamar. Dia sudah bersiap-siap.
“Ibuk pergi dulu ya. Kamu jangan lupa nanti malam pergi ke masjid.’’ ucapnya lagi.
Jubah hitam hanya mengangguk saja. Dia segera menutup pintu dan masuk ke kamarnya.
Terlihat pria tua sedang duduk bersemadi memejamkan matanya. Mulutnya komat Kamit. Di depan terdapat dupa dan ayam yang sudah di potong lehernya. Darah ayam itu masih menetes ke baskom kecil. Hantu wanita datang dan meminum darah ayam dengan beringasnya.
Jubah hitam diam saja memperhatikan. Dia duduk di hadapan pria tua itu. Tak berapa lama pria tua membuka matanya.
“Cah ayu, Bapak telah memberimu darah ini. Besok Jum'at yang akan datang kembalilah mencari mangsamu.’’ ucap pria tua.
Hantu wanita hanya mengangguk saja lalu lenyap.
“
.
🩵🩵🩵🩵
.
Di rumahnya Ningrum masih menggerutu, karena masih kesal dengan Rani yang begitu teganya memfitnah Dia. Sudah datang dengan niat baik membantu dan ikut sedih juga melihat musibah yang menimpanya, malah Dia pula yang di maki sedemikian rupa. Begitulah manusia, tidak semua niat baik akan di balas juga dengan kebaikan.
“Kamu kenapa ma, mukanya cemberut terus semenjak pulang dari rumah Bu lurah?’’ tanya Darma yang sedang menikmati kue yang di titipkan Bu lurah pada Inah.
“Nggak ada apa-apa.’’ balasnya ketus.
“Astaga!’’ Darma hanya mengelus dada saja. Karena memang susah jika wanita sudah marah begini.
“Kakak kamu mana?’’ tanya nya pada Arum yang mengambil bola.
“Kakak di kamarnya pa. Lagi di pijitin kepala nya sama Tante seram banget.’’ jawab Arum.
“Ha?!’’ suami istri itu kaget.
“Apa maksud Arum nak? Tante siapa?’’ tanya Ningrum seram juga.
“Tadi ketika Arum mau turun, Arum dengar kakak merintih sakit kepala. Kamarnya sedikit terbuka, pas Arum lihat ternyata ada Tante yang memegang kepala kakak. Dia menatap ke arah Arum. Giginya tajam mengucurkan darah’’ cerita gadis ini.
“Ah kamu ini, makanya jangan banyak nonton film horor. Kan jadi berhalusinasi.’’ balas Darma.
“Aku ke atas dulu.’’ tanpa menunggu jawaban Ningrum buru-buru menuju lantai dua.
Tiba di depan pintu kamar, aura nya memang sudah berbeda di rasa Ningrum. Tapi demi melihat keadaan Dimas, Dirinya memberanikan diri masuk tanpa mengetuk pintu.
“Dimas!’’ panggilnya ketika Dimas tak ada di ranjangnya. Lalu Ningrum menuju kamar mandi. Terdengar percikan air, tapi pintu kamar mandi tidak ditutup.
“Anak ini. Masa pintu kamar mandi nggak di tutup.’’ gumam nya sambil mau menutup pintu.
Tapi Dirinya terpaku karena tidak ada siapapun didalam. Air keran berubah menjadi merah. Ningrum tersurut mundur, jantungnya memompa dengan cepat. Dari dalam bak terlihat tangan yang menggapai bagian atas dinding bak mandi. Lama kelamaan muncul kepala wanita berambut panjang. Matanya merah mengucurkan darah, menyeringai menunjukkan gigi runcingnya.
Ningrum yang sudah ketakutan langsung mau berbalik, Dia di buat kaget karena Dimas telah di hadapannya.
“Mama ngapain?’’ tanya nya heran.
“Kamu tidur di kamar Ambar saja. Kamarnya juga sangat luas di antara kamar lainnya.’’ ucap Ningrum yang memang khawatir dengan putranya.
“Apaan sih! Masa mama suruh aku tidur dengan mereka. Yang ada aku nggak bisa tidur’’ balas Dimas kesal.
“Pokoknya mama nggak mau tau. Kamu nggak boleh tidur di kamar ini lagi!’’ setelah mengatakan itu Ningrum langsung meninggalkan Dimas yang melongo.
“Kenapa sih?’’ gumam Dimas heran.
“Ada apa kak?’’ tanya Ambar.
“Itu loh mama, masa nyuruh Gue tidur dikamar kalian. Yang ada gue nggak bisa tidur. Kaliankan para wanita pada heboh.’’ ucap Dimas sambil berjalan ke arah balkon.
“Enak aja!. Tapi sepertinya kakak harus ikutin apa kata Tante Arum deh, feeling seorang Ibu tu jarang meleset tau kak. Lagian ini aura kamar kakak juga suram banget. kakak merasa nggak sih, jika semua sudut rumah ini yang biasa aja itu kamar aku. Kalo di ruangan lainnya itu terasa banget serem gitu.’’ ujar Ambar panjang lebar.
“Udah kaya cenayang aja Lo. Eh aku punya Lo teman yang peka terhadap hal gaib. Dia anak indigo’’ timpal Della.
“Terus kenapa?’’ tanya Dimas.
“Ya nggak apa-apa. Biasa nya mereka itu memang cepet peka jika keadaan nggak enak. Ya seperti Ambar ini. Apa kamu punya indra keenam mbar?’’ Della bertanya serius ke ke Ambar.
“Ya mana gue tau. Cuma merasa aja kalo nggak enak gitu. Ya seperti di rumah ini. Aura nya suram banget. Nggak mungkinkan apa yang di bilangin warga tentang Eyang itu?’’ Ucapnya.
“Apa yang di bilangin warga?!’’ bentak Darma yang tiba-tiba datang.
.
.
Selamat siang guys🤗
Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🫰🙏