Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelayan yang di korbankan
~Setelah perjamuan di hari itu, keluarga Jian telah resmi menjadi besan dari Kaisar Shui Ding Feng. Tuan Jian dengan cepat mendapatkan kenaikan jabatan di pemerintahan. Yang awalnya hanya Menteri tingkat lima menjadi Menteri tingkat dua. Hampir setiap hari Tuan putri kedua Shui Ahui datang mengunjungi Nyonya besar Jian di kediamannya. Meskipun wanita itu sangat jarang bertemu dengan calon suaminya sendiri. Yang selalu pergi menjalankan tugas resmi.~
Kain penutup jendela kereta di sibak perlahan. Memperlihatkan gerbang utama untuk masuk ke dalam Ibu Kota. "Pangeran kesembilan, apa rencanamu selanjutnya?"
Pria muda yang tengah memejamkan kedua matanya berkata, "Menunggu lawan melakukan langkah selanjutnya."
Lei Guiying sedikit mengeluarkan wajahnya dari jendela kereta. Merasakan udara yang terasa sejuk di pagi hari. Di saat kereta telah masuk kedalam Ibu Kota melalui jalur utama. Dia menyadari jika toko obat yang berada tidak jauh dari gerbang masuk Ibu Kota adalah milik adik kembarnya. Tertulis jelas seperti nama yang di beritahukan Wakil Heng Liang. Papan nama yang tergantung di depan pintu masuk bertuliskan 'Toko obat Lei.' Adiknya sangat berani bahkan menggantungkan marga Ayahnya secara terang-terangan di negara musuh.
Gadis itu juga tidak menyangka bisa bertemu Tuan muda Jian secara kebetulan. Pria muda itu bahkan tersenyum di saat menyadari keberadaannya di dalam kereta yang melaju. Lei Guiying langsung memasukkan tubuhnya kembali kedalam kereta dan menjatuhkan penutup jendela.
"Ada apa?" Shui Long Yin membuka kedua matanya menyadari ketidaknyamanan istrinya. Tapi gadis itu hanya menanggapi dengan gelanggang kepala.
Kereta terus melaju menuju kediaman pangeran kesembilan.
Sedangkan pria muda yang baru akan masuk kedalam kedai teh terkenal di Ibu Kota. Terus menatap kearah kereta yang sudah menjauh dari dirinya. "Dia selalu saja cantik. Sama seperti gadis yang aku ingat di kota Rong." Senyuman indah terlihat di wajahnya.
"Tuan muda, silakan." Pelayan laki-laki mempersilahkan untuk pria muda itu masuk kedalam.
Sesampainya di kediaman pengeran kesembilan. Lei Guiying turun terlebih dulu melangkah masuk menuju kehalaman kediamannya. Saat masuk kedalam kamar bau dupa wewangian menyebar memenuhi ruangan. Tapi bau yang ia cium sangat berbeda dari biasanya.
Bibi Sui masuk membawakan baskom berisi air hangat. "Selir Li, saya mengganti wewangian agar anda bisa tidur lebih lelap." Menempatkan baskom di atas meja yang ada di bagian kanan ruangan.
Lei Guiying melepaskan lapisan luar gaun yang sudah terasa tidak nyaman ada di tubuhnya. "Bibi, aku kurang menyukai wewangian ini. Ganti saja seperti kemarin." Masuk kedalam kamar mandi.
"Baik. Saya akan menggantinya kembali." Bibi Sui keluar dari ruangan kamar menjalankan perintah.
'Selir Ming sudah mulai bergerak,' gumam Lei Guiying di dalam hati. Dia memasukkan tubuhnya kedalam air dingin yang ada di dalam bak mandi. Kesejukan terasa dengan cepat masuk melalui pori-pori kulitnya. Dia membiarkan tubuhnya terendam untuk waktu yang cukup lama.
"Selir Li, gaun baru sudah saya rapikan. Apa anda ingin sarapan setelah mandi atau nanti sedikit lebih siang?" Suara pelayan Zue er terdengar dari pintu yang ada di kamar utama.
"Nanti saja. Aku ingin istirahat terlebih dulu," saut Lei Guiying dari dalam kamar mandi. Dia menenggelamkan seluruh tubuhnya masuk kedalam air.
Bbruyuurr...
"Huhh..." Gadis itu naik kembali kepermukaan bak mandi menarik nafasnya lebih dalam dan mengeluarkannya perlahan. Saat dia keluar dari dalam bak mandi dia langsung mengambil kain bersih untuk menyeka air yang masih ada di tubuhnya. Lalu melangkah keluar dengan kain melilit bagian dada jatuh ke lantai. Di ruangan kamar, pelayannya Zue er sudah merapikan gaun juga perhiasan yang akan dia kenakan. Sepatu bersulang yang indah juga telah tersedia di bawah tempat tidur.
Lei Guiying memakai gaun berwarna hijau daun bambu. Dengan tusuk konde berhiaskan permata zamrud langka. Setelah beres berbenah dia duduk santai di kursi ruangan kamar. Dia baru ingat dengan baskom berisi air yang di berikan Bibi Sui. Lei Guiying bangkit kembali berjalan mendekat menghampiri baskom di atas meja yang ada di samping kanan ruangan kamar. Untuk sekilas tidak ada keanehan dari air di dalam baskom. Namun untuk Lei Guiying yang telah terbiasa dengan berbagai macam racun. Dia tentu saja tahu racun tanpa bau dan warna dapat tersamarkan dengan baik di dalam air jernih. Racun itu terbuat dari tanaman langka memiliki nama Jie yang sulit di dapatkan di negara Dingxi. Tapi tersebar luas di hutan perbatasan Kekaisaran Yun.
Untuk satu dua kali mungkin racun tidak akan terlalu berpengaruh pada tubuh. Namun jika setiap hari racun perlahan akan terserap melalui pori-pori pada kulit. Dan mulai menghambat peredaran darah yang mengalir di tubuh. Jika dosis yang di tambahkan cukup kuat. Hanya selang dua minggu saja. Orang yang terus terkena racun pasti akan sakit keras dan mati dalam waktu satu bulan.
Lei Guiying mengambil baskom air lalu berjalan keluar dari ruangan kamar. Gadis itu melangkah menuju halaman belakang agar bisa membuang air yang telah bercampur dengan racun. Tapi langkahnya terhenti karena Bibi Sui sudah datang menghadang di hadapannya.
Pelayan wanita itu berlutut di hadapan Lei Guiying. "Selir Li, anda sudah tahu isi di dalamnya?"
Tatapan Lei Guiying sangat tenang namun juga dingin. "Aku mengetahuinya."
"Saya bersedia menerima hukuman," ujar Bibi Sui yang telah menerima jika dirinya akan mendapatkan hukuman berat. Dia sudah gagal menjebak Selir Li. Tentu saja tidak akan ada kesempatan kedua lagi bagi dirinya. "Dalam hal ini hanya saya pelaku satu-satunya."
Mendegar itu Lei Guiying tersenyum tipis dengan ekspresi wajah semakin dingin. "Bibi Sui, meskipun aku hanya seorang selir. Tapi aku bisa membedakan semua hal dengan jelas. Sedari awal semenjak kamu di tempatkan berada di sisi ku. Ibu Selir Ming telah membuat dirimu menjadi pelayan yang siap di korbankan. Bukankah begitu?"
Bibi Sui hanya diam dengan menundukkan kepalanya.
"Kamu ingin mati di tanganku. Atau mati di tangan Ibu Selir Ming?" Tatapan tajam Lei Guiying seperti bilah pisau yang terasah dengan sangat baik.
Senyuman terlihat di wajah Bibi Sui. "Mati di tangan anda."
"Aku bukan orang yang akan berbelas kasih memberikan hukuman mati dengan kemudahan," ujar Lei Guiying dengan angkuh.
"Setidaknya keluargaku masih tetap aman," ujar Bibi Sui tanpa perasaan yang membebani hatinya.
Lei Guiying melangkah maju melewati Bibi Sui yang masih berlutut.
Pranggg...
Dia membuang baskom berisi air bercampur racun di tempat yang di rasa aman. Setelahnya gadis itu mencabut belati yang tersimpan dengan baik di dalam lengan gaunnya. Lei Guiying membalikkan tubuhnya mendekat kearah Bibi Sui. Dia berjongkok,
Sellppp...
Dengan cepat belati langsung menembus bagian jantungnya. Darah menyembur dari luka tusukan. Saat belati di tarik keluar darah menyiprat mengenai wajah gadis itu. Tubuh Bibi Sui terkulai lemas jatuh di tanah. Kurang dari lima menit nafasnya langsung terhenti.
lanjut up lagi thor