Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sonia Hofman
Nick membelah kemacetan ibukota memenuhi undangan makan malam Tuan David Hofman rekan bisnis Nick salah satu pebisnis yang disegani dikalangannya.
"Selamat malam Tuan David." Nick menjabat tangan David, pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan diusianya yang tak lagi muda.
"Mana putrimu?" David yang memang mengharapkan Nick membawa Caca mencari keberadaan gadis kecil tersebut.
"Maaf Tuan, putri Saya tidak bisa datang. Esok ada acara di sekolahnya, ia ingin mempersiapkannya dengan baik."
"Sayang sekali. Baiklah lain waktu kita bisa bertemu lagi bukan?"
Senyum dan anggukan Nick seakan menyetujui kata-kata David.
"Malam Daddy, maaf aku terlambat."
Seorang wanita berparas cantik, blasteran, pakaian seksi dan berkelas menghampiri David dan bercipika cipiki.
"Sayang, kenalkan ini rekan bisnis Daddy, namanya Tuan Nicholas Bryan. Nick ini putriku Sonia." David memperkenalkan keduanya.
"Sonia Hofman. Senang bertemu Anda Tuan Nick."
Nich menerima uluran jabat tangan Sonia namun ia bereaksi menjauh kala Sonia hendak bercipika cipiki pada Nick.
"Ow, Sorry!" Sonia dalam hati merasa kesal karena penolakan Nick.
"Sombong sekali. Apakah ia tipikal suami-suami takut istri?"batin Sonia.
Obrolan ketiganya tentu saja tidak jauh berputar sekitar bisnis dan perusahaan.
"Sayang, come on, peganglah perusahaan Daddy, apa kamu tidak kasihan dengan Daddy setua ini masih sibuk mengurusnya."
"Aku tidak terlalu tertarik dengan bisnis Dad." Sonia menatap Nick yang sejak tadi tak memandangnya membuat harga diri Sonia tersulut.
"Dad baru saja menjalin kerjasama dengan Nick, Dad rasa kamu bisa banyak belajar soal perusahaan bersama Nick. Tidak masalah kan Nick kamu mengajarkan putriku bagaimana mengelola perusahaan?"
"Saya rasa Sonia mampu memimpin perusahaan Tuan tanpa harus belajar dengan Saya. Bukankah kesuksesan Miracle membuktikan bahwa Sonia mampu memimpin perusahaan dengan sangat baik?"
"Dia ternyata memperhatikan aku dan bisnisku." batin Sonia sambil meneguk wine sambil menatap pria di hadapannya yang sedikit menarik hatinya.
Miracle adalah perusahaan milik Sonia yang bergerak dalam bidang kosmetik dan kecantikan.
"Sepertinya Anda diam-diam memperhatikan Saya Tuan Nick." Sonia membalas dengan jumawa sikap Nick yang dianggapnya arogan.
"Siapa yang tidak tahu Miracle, salah satu perusahaan yang cukup berperan dalam industri yang Saya geluti."
Tentu saja sebagai pemilik TV Swasta papan atas Nick familiar dengan brand-brand besar yang hilir mudik di channel TV miliknya.
"Sonia, Nick adalah pemilik Stasiun TV yang juga mempromosikan produk kosmetikmu. Sepertinya kalian memang memang ditakdirkan bersama."
"Apakah istri Tuan Nick juga salah satu pengguna produk kosmetik Saya?"
Sonia semakin tertarik oleh Nick, baru kali ini ada pria yang dengan langsung tak tertarik oleh dirinya sementara pria lain sangat berusaha mendekati dirinya.
"Sonia, istri Nick sudah almarhumah." Terlihat wajah David menatap putrinya agar meminta maaf pada Nick.
"I'm so sorry Nick. Aku turut berduka akan hal itu." Sonia terkejut mendengar fakta baru mengenai Nick.
"Oh jadi dia duda? Sok jual mahal!" Batin Sonia.
"Tak apa." Nick tak terlalu menganggap respon Sonia.
"Nick memiliki seorang putri, tadinya Dad meminta Nick membawanya malam ini. Tapi gadis kecil itu ada keperluan sekolah dan harus dipersiapkannya." Jelas David pada putrinya.
"What! Dia duda dengan seorang putri! Terlalu jual mahal ini sih!" Batin Sonia sambil menatap Nich dan benar Nick tak sedikitpun mencuri pandang pada dirinya.
"Lihat saja duda dingin ini. Bahkan pria lajang saja memohon-mohon untuk jadi pacarku!" Batin Sonia semakin kesal atas sikap acuh Nick.
"Sepertinya aku bersedia Dad untuk mulai belajar mengelola perusahaan Daddy. Tapi aku butuh bimbingan Tuan Nick, selama ini aku hanya tahu soal kosmetik dan kecantikan. Apakah kamu bersedia menjadi partner bisnis sekaligus mentorku Nick?"
"Aku dan Tuan David sudah menandatangani kerjasama jadi kita memang partner. Saya rasa Tuan David, Daddy Anda lebih tepat menjadi mentor, beliau bahkan inspirator bagi kami yang muda-muda."
"Lihat saja! Sampai mana kau akan terus mengabaikanku Nick! Oke, kau juga pria, aku pastikan kamu akan membuatmu jatuh cinta padaku!" Sonia membulatkan tekadnya dalam hati.
"Nick, kau lihat berkatmu putriku kini mau masuk dalam perusahaanku. Aku harap kamu membantunya. Karena Sonia adalah satu-satunya harapanku bila aku sudah tak ada."
"Mengapa Dad berbicara seperti itu! Bukankah Dad mengatakan akan hidup lama dan melihatku menikah!" Sonia tak suka saat sang Daddy berbicara seakan-akan usianya tak lama lagi.
"Untuk itu segeralah menikah selagi Daddy masih hidup!" David menatap Sonia kemudian pada Nick.
"Tidak lucu Dad! Kau baru saja memaksaku memegang perusahaanmu sekarang kau memaksaku menikah, sungguh Daddy ahli dalam memaksa berbagai hal!" Gerutu Sonia.
"Bolehkan Daddy berharap kau segera menikah? Seorang ayah tentu mengingankan kebahagiaan putri yang ia sayangi. Benar begitu Nick?"
"Sebagai seorang ayah memang prioritas utama adalah kebahagiaan putri kita. Karena bagi seorang ayah putri kita adalah harta yang paling berharga."
Nick teringat Caca putrinya, Nick bahkan sudah posesif dengan masa depan Caca kelak bila suatu saat Caca menikah.
Sebagai seorang ayah Nick sangat berharap kelak Caca bisa menemukan pendamping hidup yang menyayangi Caca setulus hati dan menjaganya hingga suatu saat Nick tak ada lagi di dunia.
"Kau Ayah yang baik Nick. Aku bangga padamu!" David tersenyum.
"Saya hanya mengungkapkan harapan Saya sebagai ayah dari putri Saya."
"Dengar Sonia. Daddy bukan memaksamu, tapi karena Daddy sangat mencintaimu. Daddy hanya ingin kamu menemukan seseorang yang bisa menjagamu menggantikan Daddy suatu saat nanti." Wajah teduh David.
"Dad, jangan berkata seperti itu. Aku yakin Daddy akan berumur panjang. Jaman sekarang teknologi sudah maju. Aku yakin Daddy akan sembuh."
Mata Sonia berkaca-kaca meskipun ia terlihat cuek dengan sang Daddy dilubuk hati Sonia yang terdalam ia mencemaskan kesehatan David ayahnya.
"Ya Daddy akan baik-baik saja. Oleh sebab itu mulailah buka hatimu dan berhubungan serius dengan pria yang memiliki rasa tanggung jawab. Berhentilah bermain-main." Pesan David.
"Aku lebih senang Daddy cerewet seperti ini. Karena artinya Daddy masih akan terus panjang umur."
Sonia tersenyum dengan nasehat David.
Melihat kedekatan David dan Sonia, Nick justru terbayang bagaimana kelak saat Caca dewasa dan Nick mulai menua.
Nick berharap kelak sampai kapanpun ia bisa menjadi ayah yang baik bagi Caca.
Nick berharap Tuhan memberikan kesehatan dan umur panjang agar ia bisa menyaksikan Caca menikah dengan pria yang ia cintai dan pria itu mencintai Caca.
"Nick, apa yang kamu pikirkan?" David melihat Nick melamun.
"Maaf Tuan, Saya hanya teringat putri Saya."
"Ah ini sudah malam. Sebelum semakin larut, pulanglah Nick. Aku tidak mau membuat putrimu menunggumu terlalu lama. Dulu saat Sonia kecil dia selalu marah dan ngambek jika aku pulang terlalu larut." Kenang David saat Sonia masih kecil.
"Terima kasih makan malamnya Tuan David. Kalau begitu Saya permisi dulu. Sonia Saya pamit."
Nick menjabat tangan Tuan David dan Sonia.
Nick segera balik kanan. Entah mengapa pembicaraan dengan Tuan David membuatnya merindukan putri kecilnya yang kini sudah semakin pintar dan kritis.
Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya dan dia juga pria satu-satunya di dunia ini yang tak akan pernah tega menyakiti anak perempuannya.