Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick.
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Killian, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrick.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain 5
Setelah beberapa hari, inilah hari pertama Grisela merasakan sinar matahari secara langsung. Wajahnya tersenyum, bahkan tidak menatap ke arah orang-orang.
"Dia penyihir hitam! Melakukan perjanjian dengan iblis!" Seorang pria tua melempar batu ke arahnya tepat mengenai pelipis Grisela.
Wanita itu hanya menatap dengan tatapan kosong ke arah sang pria tua. Pria yang sempat ditemuinya terluka di pinggir jalan. Grisela mengobatinya saat itu, seorang pria tua yang memujinya sebagai saintess.
Apa kakinya sudah sembuh? Mungkin itulah yang ada dalam benak Grisela. Namun apa yang dapat dilakukannya, bukankah kematian akan lebih tenang?
Srak!
Brak!
Entah berapa batu yang membentur tubuhnya sebelum eksekusi. Namun, Grisela hanya terdiam, bagaikan membiarkan segalanya. Tangan dan kakinya terikat rantai.
Suara seseorang terdengar, Kaisar saat ini. Mungkin satu tahun lebih tua darinya, Cartry itulah nama Kaisar saat ini.
"Aku memberikan kesempatan padamu, untuk mengucapkannya kata-kata terakhir." Ucap sang kaisar.
Tapi semuanya hening sejenak. Sedikit bisikan terdengar, mungkin mereka takut, wanita ini akan mengutuk sang kaisar.
Tapi di luar dugaan, Grisela tersenyum."Katakan pada Killian, aku tidak apa-apa. Aku sudah bahagia."
Sang kaisar terdiam, tertegun menatapnya. Apa orang ini benar-benar menggunakan sihir hitam untuk berpura-pura menjadi saintess.
Tapi bukankah hanya akan ada satu saintess dalam satu waktu?
"Gagal panen dan kekeringan di wilayah timur adalah bayaran dari sihir hitam yang dilakukan olehnya. Dia membunuh rakyat diam-diam tengah malam. Melakukan perjanjian dengan iblis. Jika dibiarkan---" Kalimat salah seorang bangsawan yang merupakan penasehat nya disela.
"Lanjutkan eksekusi!" Perintah sang kaisar.
Suara teriakan kebahagiaan terdengar.
"Mati kamu! Kamu yang menyebabkan kekaisaran ini terkena sial!"
"Wanita jahat!"
"Duke Fredrick pasti juga terkena sihirnya."
Entah berapa batu yang melayang mengenai tubuhnya. Kerongkongannya terasa kering, mungkin luka yang terlalu banyak membuat dirinya mengalami mati rasa.
Menyeret kakinya yang terluka akibat lemparan batu. Kosong, tidak ada yang difikirkan olehnya.
Dunia terkadang begitu melelahkan dan menyakitkan. Namun hanya satu kebahagiaannya, orang-orang di kastil Duke akan selamat.
Lehernya ditempatkan oleh algojo. Tidak ada perlawanan sama sekali. Grisela masih saja tersenyum.
"Batu itu tidak keras, bahkan ini tidak akan menyakitkan. Karena itu lanjutkan hidupmu dengan baik. Aku bahagia..." Kalimat yang tidak dapat disampaikannya secara langsung.
Tubuhnya tanpa nyawa, apa itu sesuatu yang indah? Beberapa bangsawan yang menyaksikannya tersenyum. Karena kekosongan kursi Duchess Fredrick.
Rakyat yang pernah diobati olehnya bersyukur atas kematiannya. Karena setelah ini kesialan yang menimpa kekaisaran akan berakhir.
Ada yang belum puas, kembali melempar batu. Menganggap kesialan dan kemiskinan yang mereka alami, segalanya berasal dari Duchess.
Segalanya berasal dari orang ini. Wanita yang selalu tersenyum, memberi makanan pada pengemis, mengobati tunawisma bertubuh kotor, bahkan mendirikan panti asuhan.
Benar! Kesialan hidup mereka akan berakhir karena kematian wanita ini.
Tetesan darah mengalir, Sarah pergi lebih awal meninggalkan tempat tersebut.
Sedangkan sang kaisar masih terdiam sejenak matanya tidak lepas menatap mayat yang akan disingkirkan. Mayat yang akan dibakar.
Namun suara kuda perang terdengar, seseorang berlari menembus kerumunan. Sesaat berjalan mendekat.
Seorang jenderal perang yang masih memakai baju zirah besinya.
"Duke Killian Fredrick! Apa yang kamu lakukan di tempat ini!? Seharusnya kamu masih berada di medan perang!" Ucap ajudan kaisar.
Tapi bagaikan tidak dipedulikan. Pria dengan rambut putih panjang terikat itu mendekat. Napasnya terlihat bagaikan tidak teratur.
Apa dia sudah gila? Tidak! Lebih tepatnya tidak dapat menerima kenyataan. Mengambil potongan tubuh, mencoba menyatukannya kembali. Kemudian berucap."Grisela bangun...aku sudah menghabiskan permennya. Sesuai janji aku pulang..."
"Duke Killian Fredrick! Mayat seorang pendosa yang melakukan perjanjian dengan iblis harus dibakar!" Ucap sang ajudan. Sedangkan kaisar hanya terdiam, bagaikan melihat sebuah tontonan.
"A...aku akan membawa Grisela pulang. A...apapun akan aku lakukan..." Benar-benar sebuah jawaban yang aneh.
Duke Killian Fredrick yang tegas dan ditakuti bagaikan menghilang.
"A...aku harus membawanya pulang! Agar dia tidak mati." Ucap Killian tersenyum, namun air matanya mengalir. Tangannya masih memegangi tubuh Grisela yang terlepas.
Kalimat demi kalimat hinaan pada istrinya terekam jelas di otaknya. Rakyat yang dicintai Grisela, bahkan bangsawan yang tidak pernah dibencinya. Untuk apa perang selama 5 tahun ini?
Segalanya hanya untuk ini?
"Kamu boleh membawanya." Kaisar bangkit, pergi tanpa menoleh sama sekali. Meragukan keputusannya sendiri. Apa keputusannya benar?
Sedangkan Killian... mungkin ini hal gila. Mengangkat tubuh istrinya perlahan. Wajah Grisela tersenyum, namun tubuhnya seringan kapas. Bibirnya pecah, apa mereka tidak memberikan minuman untuk Grisela.
"A...aku akan mencari jalan. Kamu akan hidup kembali..." Ucapnya bagaikan seseorang yang tidak waras.
Suara orang-orang yang berbisik senang atas kematian Grisela terdengar. Killian tidak mengatakan apapun lagi, hanya menatap ke arah leher Grisela.
Jika...jika bisa kembali apapun akan dilakukan olehnya.
Namun, kala hendak meninggalkan tempat ini. Killian sedikit berbalik, inilah orang-orang yang dicintai istrinya. Inilah orang-orang yang dilindungi oleh Killian dengan bertaruh nyawa di medan perang.
Orang-orang ini juga yang begitu senang atas kematian Grisela. Kala gerbang teleportasi terbentuk, wajah Killian tersenyum tanpa disadari siapapun.
Mereka tidak akan pernah merasakan rasa sakit, jika tidak pernah kehilangan.
***
Tidak akan dapat menghidupkan nya kembali. Killian mengetahuinya, Namun masih saja berada di ruang bawah tanah dengan pemeran minim. Berbagai buku sihir maupun kedokterannya dibuka olehnya. Tapi tidak ada yang dapat menghidupkan seseorang kembali.
Hingga Riel memasuki ruangan, menatap ke arah mayat Duchess. Lehernya tersambung, mungkin ini perbuatan Killian. Namun tetap saja, itu hanya tubuh tanpa nyawa yang akan membusuk.
"Aku sudah menguburkan mayat Ana di wilayah Count Nicolas. Sebaiknya nyonya juga segera dimakamkan." Ucap Riel, meletakkan teh lemon di atas meja.
"Bagaimana keadaan Count Nicolas?" Tanya Killian, masih terlihat membaca beberapa catatan.
"Count Nicholas, tidak dapat menerima kematian putrinya. Count ditemukan meninggal pagi tadi, beliau mengakhiri hidupnya sendiri." Jawaban dari Riel, membuat Killian terdiam sejenak.
"Sampaikan bela sungkawaku atas kematian Count Nicholas." Ucap Killian.
"Mendiang Duchess menitipkan pesan untuk anda." Riel menunduk menghela napas. Sedikitpun melirik ke arah mayat mendiang Duchess.
"Nyonya mengatakan musim dingin di Utara begitu ekstrim belakangan ini, gunakan pakaian tebal. Nyonya tidak merasa kesakitan. Jangan terlalu banyak menangisinya yang sudah bahagia. Karena kematian adalah pembebasan baginya." Kalimat dari Riel membuat Killian terdiam sejenak.
Perlahan suara tawa terdengar dari mulut Killian. Tawa yang begitu mengerikan, sekaligus memilukan."Riel... aku selalu berhati-hati saat memilihkan pakaian untuk Grisela. Kulitnya sangat sensitif. Tapi kuku istriku menghilang. Apa mereka mencurinya?" tanya Killian bagaikan ini adalah hal yang menarik.
Riel tidak menjawabnya sama sekali.
"Mereka mencabutnya bukan? Ada bekas besi panas di punggungnya. Riel... Grisela mengatakan ini tidak menyakitkan. Bukankah artinya jika mereka semua mati juga tidak akan menyakitkan?" Tanya Killian, benar-benar bagaikan sosok yang berbeda. Seorang jenderal perang yang begitu pengasih. Pahlawan yang melindungi negeri ini.
Riel hanya tertawa kecil."Benar! Tuan benar sekali. Satu persatu... tidak! Semuanya akan merasakan rasa sakit nyonya..." ucapnya dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Dan tolong Jaga grisella Dari putra mahkota yg licik ITU, semoga Mata grisella terbuka akan maksud putra mahkota.
aku jengkek Kali kalau putra mahkota datang 😡😡😡
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Karena tidak akan Ada 2 saintess dalam waktu Yang Sama.
ayah pasti dapat melindungi grisella💪💪.