NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:586
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi Dodgeball

Begitu menginjakkan kaki di lapangan olahraga, kedatangan Keisha dan teman-teman satu kelasnya disambut oleh tatapan mata sinis oleh Jiwangga. Lebih pada pemuda itu memberikan aura permusuhan hanya pada Keisha. Tetapi yang merasakan dampaknya tentu saja orang lain di sekitarnya. 

Si puan nampak acuh saja dan terkesan mengabaikan keberadaan Jiwangga dan Chaos Brotherhood. Dia mengibaskan tangan di depan wajah karena hawa siang ini begitu menyengat. Sampai-sampai bisa ia rasa permukaan kulitnya bagaikan ada banyak semut yang bergerombol dan menggigit wajahnya brutal. Di bawah terik matahari semua orang bisa melihat semerah apa wajah gadis itu. 

Anak-anak perempuan berkumpul di bawah pohon rindang untuk berteduh sejenak. Sedangkan para kaum adam menyebar untuk bermain bola di sekitar lapangan. Keisha dan Luna memilih opsi pertama bersama teman-teman lain. Gadis itu bahkan meminjam kipas elektrik milik Jihan demi meredakan nyeri di sekitar wajahnya.

PRITTT 

Suara peluit diserukan nyaring membuat semua murid yang sedang bermain-main ini menghentikan aktifitas masing-masing. Mereka tanpa dikomando membentuk beberapa barisan ke samping. Entah kebetulan atau memang takdir di barisan depan Keisha dan Jiwangga berdiri di satu deretan yang sama. Lebih tepatnya mereka bersebelahan.

“Baik anak-anak kali ini kita mau belajar tentang permainan bola besar yaitu dodgeball atau bola hindar. Berhubung kelas 11 IPA 2 juga ada materi ini besok jadinya saya gabung aja kelasnya. Lebih banyak yang main juga tambah seru kan. Sekarang kalian pemanasan dulu sambil saya tentukan kelompok untuk bermain,” titah Herman. Pria separuh baya itu memegang sebuah papan penilaian berisi nama-nama anak didiknya.

“Joshua ayo pimpin teman-temanmu buat pemanasan! Sekalian hitung yang keras,” perintah pria itu sambil mendorong pundak Joshua dari belakang.

“Iya Pak,” balas Joshua. Pemuda tampan dengan proporsi tubuh tinggi dan besar itu seketika meninggalkan tempatnya di sebelah Tristan dan beralih untuk maju ke depan. Dia berdiri tepat diantara Keisha dan Jiwangga. “Sebelum mulai pelajaran ada baiknya kita pemanasan dulu. Gue ambil yang simple aja. Pertama lari muterin lapangan 5 kali,” sambung pemuda itu.

“Jalan aja lah Josh, panas banget buset ini,” protes Luna.

“Ya nggak bisa dong cantik, lo mau olahraga bukan leha-leha doang di lapangan,” sahut Joshua. 

“Tinggal dilakuin doang apa susahnya sih,” sahut ketus Jiwangga.

“Santai aja dong nggak usah sengak gitu ke teman gue,” balas Keisha tidak terima.

“Nggak usah berantem ya lo berdua. Cepat ayo mulai lari sekarang,” lerai Joshua. 

Keisha mengerlingkan matanya malas lalu memutus kontak mata dengan Jiwangga lebih dulu. Gadis itu lantas berbalik arah dan mulai berlari kecil di sepanjang tepi lapangan sesuai dengan perintah. Berlari di bawah panasnya matahari di siang hari sudah seperti percobaan bunuh diri untuknya yang memiliki alergi terhadap suhu. 

Sebelumnya gadis itu sudah menyemprotkan obat pada wajahnya agar meminimalisir munculnya ruam kemerahan di sana. Tetapi, sepertinya nanti dia harus meminum obat sebab cuaca panas kali ini benar-benar menusuk hingga ke tulang. Keisha sampai di garis awal ketika dia berlari saat menyelesaikan lima putaran. Keringat seketika membasahi kening gadis itu.

Setelah menyelesaikan lari keliling lapangan sebanyak lima kali, semua murid melakukan gerakan pemanasan lainnya. Ditutup dengan gerakan merentangkan kedua tangan di udara agar memperlancar sirkulasi udara. Keisha tidak bisa menahan rasa kesalnya saat mendapati posisi tangan Jiwangga selalu menyentuh pipi sebelah kanannya. 

Memang jarak keduanya lumayan jauh, tetapi karena postur badan Jiwangga tinggi dan pundaknya lebar sekali, membuat pemuda itu dengan mudah menjangkau hal-hal kecil di sekitarnya. Selama pemanasan jarinya selalu menusuk pada permukaan pipi Keisha membuat si cantik memberikan tatapan tajam tetapi tidak digubris. 

“Bisa nggak sih tangan lo itu jauh-jauh dari muka gue!” semprot Keisha sebal. 

Jiwangga menoleh. “Gerakannya emang begini terus lo minta gue kayak gimana?” balas tanya Jiwangga.

“Terserah asal tangan kotor lo itu nggak kena sama muka gue,” kata sinis Keisha. Ia mengusap kasar permukaan pipinya yang sempat dipegang oleh Jiwangga.

“Mau pindah juga udah penuh banget. Punya mata kan lo lihat tempatnya udah nggak ada kalau mau geser,” balas Jiwangga ketus.

“Jiwangga, Keisha, kalian ini ribut terus dari tadi. Lama-lama bisa saling suka loh kalau ribut terus begini,” goda Herman.

“Amit-amit suka sama cowok bentukan dia, Pak,” tolak Keisha cepat.

“Kayak gue mau juga sama lo aja. Dia duluan nih yang cari masalah sama saya Pak,” adu Jiwangga.

“Sudah sekarang Bapak tentukan kelompok tanding dodgeball. Dalam satu tim diisi oleh enam orang. Kita main satu babak dulu. Ketua tim A Keisha dan ketua tim B Jiwangga. Luna, Joshua, Hanni, Julian, Anna masuk di timnya Keisha. Tristan, Gavin, Mona, Saras, Bella masuk ke tim Jiwangga. Langsung gabung ke tim yang sudah saya sebutkan!” perintah Herman.

Kerumunan besar itu akhirnya terpecah menjadi kelompok yang lebih kecil. Keisha dan Jiwangga sibuk dengan tim masing-masing menentukan strategi apa yang harus dipakai untuk mengalahkan lawan. Keisha dihadapkan pada dua anggota Chaos Brotherhood di kelompoknya. Kali ini sang dewi sedang berbaik hati pada gadis itu sebab memiliki Joshua dan Julian di timnya. 

Dua pemuda itu sangat kompetitif dan juga kooperatif. Dalam waktu singkat tim Keisha sudah hampir mengalahkan separuh anggota tim Jiwangga. Mereka membidik lawan dengan tubuh lebih kecil lebih dahulu. Baru saja Joshua berhasil membuat Tristan kalah dalam permainan dengan pukulan mautnya. 

Lapangan yang semula penuh sesak dengan banyak orang kini hanya menyisakan Keisha dan Jiwangga saja. Semua anggota di masing-masing tim sudah dikalahkan. Untuk menentukan siapa pemenang dalam babak ini, ketua dari kedua tim lah yang harus mengakhiri permainan. Keisha memegang bola di tangannya sambil memperhatikan gerak-gerik Jiwangga untuk mencari celah. 

Jiwangga tidak tinggal diam begitu saja. Pemuda itu berusaha merebut bola voli dari tangan Keisha. Dia mengejar kemanpun sang lawan pergi. Aura permusuhan keduanya begitu kental sebab terlihat jelas dari sorot tatapan yang seperti ingin membunuh satu sama lain. Jiwangga masih dendam dengan tingkah Keisha yang semena-mena merusak motor kesayangannya. 

Namun, sayang seribu sayang, setiap manusia pasti ada celah yang tidak mereka sadari. Keisha mengambil kesempatan saat Jiwangga mengambil jeda untuk bernapas. Gadis itu melemparkan bola voli di tangannya kencang tepat mengenai perut Jiwangga, sampai membuat tubuh pemuda itu jatuh menghantam kerasnya lantai beton. Suara nyaring dari gesekan bola dengan tubuh si tuan menjadi bukti jika kekuatan Keisha tidak main-main.

BUGH.

“YES GUE MENANG!” pekik Keisha bersorak kegirangan. Perempuan berambut panjang kecoklatan ini segera menghambur ke dalam kelompoknya.

Jiwangga berbaring di tengah-tengah lapangan sambil memegang bagian perutnya yang nyeri luar biasa. Napasnya naik turun tidak karuan dengan bibirnya terus terkatup rapat demi menahan rasa sakit yang kini mulai menjalar di bagian perut. “Bajingan sakit banget,” ringis Jiwangga lirih.

“Jiwa! Lo nggak apa-apa?” tanya Julian mendekat.

“Lo bisa bangun nggak?” tanya Tristan. 

Joshua berlari kecil ke arah sahabatnya yang masih terkapar tidak berdaya. Ia berlutut menumpukan satu kaki ke lantai. Tangannya terulur untuk menekan bagian yang sedang dipegang oleh Jiwangga alih-alih mengusapnya lembut. “Muka lo pucat anying. Sakit nggak?” 

“Joshua brengsek! Jangan ditekan goblok, sakit banget ini,” seru Jiwangga mengerang kesakitan. Dia memejamkan mata sejenak sambil meringis kesakitan.

“Pak, Jiwangga kesakitan ini! Kita bawa ke UKS ya?” tanya Julian sambil menunjuk ke arah Jiwangga.

Herman bersama dengan siswa lain ikut mendekat dan mengerubungi Jiwangga. Pria separuh baya itu mengangguk seraya memberi izin pada teman-teman pemuda itu untuk dibawa ke ruang UKS demi mendapatkan penanganan pertama. Joshua dan Tristan langsung membopong tubuh sang ketua yang berjalan tertatih disusul oleh Julian. 

Keisha memandang kepergian Jiwangga dengan perasaan campur aduk. Ia senang bisa mengalahkan pemuda itu kali ini. Tidak ada ekspresi apa pun di paras ayunya sedangkan siswa lain sudah heboh melihat Jiwangga dibawa pergi.  

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!