Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia lain
Di pertengahan malam Adipati Ling Yun baru kembali dari istana. Diskusi yang semakin memanas membuat keadaan istana semakin tidak menentu. Dia mencoba membuka pintu dengan sangat pelan agar tidak membangunkan istrinya. Saat dia masuk menutup pintu langkahnya terhenti. "Kamu masih bangun?"
Xiao Xinyi duduk di kursi rodanya sembari membaca buku cerita yang selalu ia nantikan kelanjutannya. Dia menatap kearah suaminya dengan senyuman hangat. "Iya."
"Aku akan segera menemanimu setelah mandi." Mendekat kearah istrinya mencium kening gadis itu baru melangkah pergi kekamar mandi. Setelah lima belas menit di dalam kamar mandi pria muda itu masuk kedalam kamar menghampiri istrinya.
Baru saja dia duduk di dekat istrinya terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. "Ada apa?" Adipati Ling Yun berjalan mendekat kearah pintu.
"Adipati, Nyonya Xiao meninggal dunia." Perkataan dari luar ruangan membuat Xiao Xinyi langsung bangkit dari tempat duduknya. Saat hampir terjatuh tubuhnya di tahan suaminya.
"Siapkan kereta," ujar Adipati Ling Yun.
"Baik." Guo Dong langsung pergi setelah mendapatkan perintah.
Tubuh gadis di dalam pelukan suaminya bergetar hebat. Air matanya jatuh tanpa bisa di bendung lagi. Sekalipun dia tidak terlalu dekat dengan Ibunya. Atau bahkan Nyonya Xiao bukan ibu kandungnya. Tetep saja Xiao Xinyi menghormati wanita yang sudah berusaha untuk menjaganya di saat ayahnya memperlakukan dirinya sangat kejam.
"Kita pergi bersama." Adipati Ling Yun mengangkat tubuh istrinya di dalam dekapannya. Setelahnya berjalan keluar dari dalam kamar. Saat mereka sudah sampai di halaman depan Tuan besar Ling juga Nyonya utama Ling berlari mendekati mereka berdua.
"Tetaplah di rumah menjaga Ibu. Aku akan ikut mereka datang kerumah duka. Saat pagi baru kalian pergi," kata Tuan besar Ling memberikan pengaturan untuk istrinya.
Nyonya utama Ling menatap sedih kearah menantunya yang terlibat sudah tidak berdaya. "Baik."
Mereka bertiga keluar dari kediaman Ling di ikuti pasukan juga dua pelayan pribadi Xiao Xinyi. Saat sampai di kediaman Xiao, mereka lansung turun untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Nyonya Xiao. Kabar itu baru saja beredar di kalangan kelurga besar. Orang luar masih belum mengetahuinya sehingga keadaan kediaman Xiao masih sangat sepi. Di tambah saat itu sudah kelewat tengah malam.
Tuan besar Xiao menyambut di depan pintu utama. "Silakan," ujarnya memberikan jalan.
Adipati Ling masih membopong istrinya masuk kedalam kediaman Xiao di ikuti Tuan besar Ling. Mereka bertiga di arahkan ke aula utama tempat peti mati yang berisi jasad Nyonya Xiao berada. "Xinyi. Kita sudah sampai," suara lembut Adipati Ling Yun terdengar serak.
Xiao Xinyi perlahan turun berlutut di depan papan nama Ibunya. Tatapan gadis itu menjadi kosong. Dia masih ingat kali terakhir dirinya melihat Ibunya. Air matanya jatuh tanpa henti namun tidak ada isak tangis yang terdengar.
Adipati Ling Yun dan Tuan besar Ling memberikan penghormatan terakhir setelahnya mereka berdiri di ujung ruangan.
Langkah kaki cepat terdengar dari arah luar.
Bbrukk...
Nona muda kedua terjatuh berkali-kali setelah dirinya berlari sangat cepat. Kakinya seperti tidak mampu menginjak tanah dengan setabil. Tepat di hadapan peti mati Ibunya wanita itu berlutut. Dia menangis sesenggukan menatap papan nama wanita yang telah melahirkannya. "Ibu."
Xiao Xinyi menatap kearah kakak keduanya. Dia memeluk wanita di sampingnya dengan kuat. Tangisan pecah begitu saja.
Tuan Xiao Tang hanya diam di ujung ruangan tanpa terlihat raut wajah kesedihan. Melihat hal itu Nona kedua Xiao Zhi menatap tajam kearah Ayahnya. Wanita itu berusaha bangkit dari lantai. "Ayah. Jika bukan karena kamu, Ibu pasti masih hidup. Kenapa? Kenapa kami harus menjadi bagian dari keluarga Xiao." Teriaknya kuat dengan isak tangis.
Tuan Xiao Tang menatap dingin.
Palalkkk...
Pria itu menampar putri keduanya dengan sangat kuat bahkan membuat Nona kedua Xiao Zhi tersungkur.
Xiao Xinyi berusaha bangkit ingin membantu kakak keduanya. "Kakak."
Melihat itu semua orang di dalam ruangan terkejut.
"Jika Ibumu tidak menikah dengan ku. Apa kamu pikir, kalian akan ada di dunia ini?" ujar Tuan Xiao Tang menanggapi dengan sangat santai. Tidak ada emosi yang terlihat di wajahnya.
"Lebih baik aku tidak ada di dunia ini dari pada harus memiliki ayah seperti dirimu." Nona kedua Xiao Zhi bangkit dari lantai. Dia berjalan pergi meninggalkan aula utama menuju ke kamar Ibunya.
Adipati Ling Yun menghampiri istrinya memeluknya dengan kuat. Gadis itu bahkan tidak ikut melampiaskan amarahnya. Hanya memendam semua perlakuan tidak adil yang dia terima.
"Kakak, kakak." Suara Xiao Wei terdengar. Anak laki-laki usia lima belas tahun itu berlari mendekat lalu memeluk kakaknya. Dia mengusapkan wajahnya kearah tubuh Xiao Xinyi. Karena kebakaran yang terjadi beberapa tahun lalu. Yang hampir menewaskan dirinya bersama Ibu kandungnya. Yaitu Selir kedua di kediaman Xiao. Xiao Wei menjadi anak yang sulit berkembang. Tingkah lakunya hampir sama seperti anak usia tiga tahun. Semua pengobatan di lakukan untuk membuat Xiao Wei menjadi sehat kembali. Tapi semua nihil. Tidak ada hasilnya sama sekali.
Xiao Xinyi mengelus lembut kepala adiknya. "Tidak apa-apa, ada kakak di sini."
Mereka semua duduk menjaga peti mati hingga pagi hari. Semua orang dari kalangan bangsawan berdatangan memberikan ucapan bela sungkawa yang teramat dalam. Mereka juga memberikan penghormatan terakhir untuk Nyonya Xiao. Nyonya besar Ling juga Nyonya utama Ling juga datang dan kembali setelah berada di kediaman Xiao untuk beberapa saat.
Setelah melewati siang hari pemakaman di langsungkan. Xiao Xinyi duduk di kursi roda yang telah di dorong suaminya. Di samping mereka ada Tuan besar Ling. Setelah pemakaman selesai di langsungkan. Xiao Xinyi memilih untuk segera pamit kepada Ayahnya juga adiknya. Gadis itu sudah merasa sangat lelah.
Baru saja Xiao Xinyi melangkahkan kakinya keluar dari pintu masuk. Dia langsung tidak sadarkan diri dalam pelukan suaminya. Saat sadar kembali gadis itu sudah ada di dalam kamar di temani suaminya.
Adipati Ling Yun mengelus lembut kepala istrinya. "Kamu masih butuh istirahat lebih banyak," ujarnya dengan suara pelan.
Xiao Xinyi menatap kearah suaminya. Air matanya jatuh begitu saja. "Yichen, masih ada satu rahasia yang belum kamu ketahui dari ku. Nyonya Xiao bukanlah Ibu kandungku. Xiao Tang juga bukan Ayah kandungku. Saat ibu di jadikan selir kedua keluarga Xiao. Ibu sudah dalam keadaan mengandungku. Itu juga alasan mengapa aku di asingkan dari kediaman Xiao bersama adikku setelah Ibu meninggal dunia. Jika bukan karena Ayah kedua yang bersedia merawatku. Mungkin aku akan di buang ke perbatasan."
Air mata terus mengalir di wajah Xiao Xinyi. "Aku tahu kebakaran yang telah menewaskan Ibu dan hampir menewaskan Xiao Wei. Bukankah sebuah kebetulan. Ayah sudah mengatur semuanya dengan sangat baik. Bahkan tidak ada jejek yang dapat aku gunakan sebagai bukti kejahatannya."
Adipati Ling Yun cukup terkejut tapi dia menatap tenang. Perlahan dirinya mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi istrinya. "Xinyi, aku tidak pernah memperdulikan siapa kamu sebenarnya. Yang aku pedulikan hanya kamu Xiao Xinyi, istri yang aku cintai." Pria muda itu menggeser pelan tubuh istrinya agar dia juga bisa berbaring di tempat tidur. Setelah dia mendapatkan posisi yang sesuai. Adipati Ling Yun mendekap lembut tubuh istrinya. Xiao Xinyi menangis dalam pelukannya mengeluarkan semua kesedihan yang ia bendung seorang diri. "Aku akan mencoba mencari bukti. Sekalipun bukti itu telah terbakar menjadi abu bertahun-tahun yang lalu."
Sehat selalu banyak rezeky nya yaaa biar lancar bikin cerita baru sm rajin up nya🥰😘❤