Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
"Aku tidak setuju!" Skala tiba-tiba muncul dengan wajah yang tidak bisa diartikan. "Aku tidak akan membiarkan Kamu menjauh dariku satu langkah pun. Kalau perlu aku akan menikahimu saat ini juga!" Ucapnya penuh penekanan.
Alinea melotot pada Skala, wanita cantik itu benar-benar kesal dengan Skala. Pasalnya, Alinea belum membicarakan tentang hubungannya dengan Skala pada Daddynya. Alinea tidak ingin terburu-buru mengingat dirinya baru saja mengalami kegagalan.
Melihat sikap Daddynya yang tidak terkejut sama sekali, Alinea sangat yakin jika Daddynya itu sudah mengetahui hubungannya dengan Skala. Hanya saja pria paruh baya itu menunggu dirinya yang berbicara lebih dulu.
"Kak, jangan bicara omong kosong!"
"Aku sangat mencintaimu, Al. Dan Kamu bilang omong kosong? Apa selama ini Kamu hanya pura-pura mencintaiku?"
"Bukan begitu, Kak. Aku hanya---" Alinea semakin dibuat gelagapan oleh Skala. Namun melihat Skala tersenyum samar membuat Alinea semakin kesal dengan pria itu. "𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢!"
"Hanya apa? Jujur saja, Al. Kamu juga sangat mencintaiku, kan?"
Alinea memutar bola matanya malas. Wanita cantik itu merasa heran dengan sifat Skala akhir-akhir ini, pria itu berubah menjadi narsis, jauh sekali dengan sifat aslinya yang dingin. "𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘭𝘢, 𝘬𝘢𝘯? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘋𝘪𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘯𝘢𝘳𝘴𝘪𝘴 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪?"
"Stop, Kak! Keputusan sudah bulat, kita harus menjaga jarak dulu untuk sementara---"
"Aku bilang aku tidak setuju!" Skala tetap kekeuh dengan pendiriannya, begitupun dengan Alinea.
"Kak, mengertilah. Ini hanya sementara."
"Tapi---"
"Kalian stop berdebat! Biar Daddy yang putuskan." Semua orang menantikan keputusan yang akan di buat Daddy Alinea itu. "Untuk tiga bulan kedepan, kalian harus menjaga jarak! Tapi---"
"Aku tidak mau!"
"Dengarkan dulu! Jangan memotong ucapanku!" Arshad menatap tajam Skala yang sudah berani memotong ucapannya. "Tapi setelah tiga bulan, datanglah ke sini untuk melamar putriku!"
Skala mengerjapkan matanya berulang kali. "𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳? 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘭𝘢𝘮𝘢."
"Kami setuju, iya kan, Dad?" Ziyara menatap suaminya yang menganggukkan kepalanya. Wanita paruh baya itu sangat bahagia dengan keputusan Arshad yang menurutnya sangat bijaksana. Ziyara berjanji akan membuat acara lamaran itu se-spesial mungkin, karena calon menantunya itu adalah orang yang sangat spesial, bukan hanya untuk Skala tapi juga untuknya.
Walaupun pertemuan pertamanya dibumbui sebuah kesalahpahaman, tapi Ziyara sangat yakin Alinea Alexandra adalah wanita luar biasa. Karena hanya wanita cantik itulah yang bisa membuat putranya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.
"Tapi, tiga bulan terlalu lama. Bagaimana kalau tiga minggu saja?"
Negosiasinya itu membuat Skala mendapatkan pelototan tajam dari calon mertuanya.
"Tiga bulan atau menunggu Orion menikah dulu?"
"Tiga bulan, Dad. Ehh Om." Skala menyengir sambil mengusap tengkuknya. "Menunggu Orion menikah sama saja dengan menunggu kambing bertelur," gumam Skala.
Namun gumaman Skala itu terdengar sangat jelas di telinga Orion yang jaraknya memang tidak jauh dari pria tampan itu.
"Apa Kamu bilang?" Melihat tatapan mematikan dari Orion membuat Skala melesat dengan segenap kekuatannya. "Ke sini Kamu Kalajengking!" Orion mengejar Skala yang telah lebih dulu melesat.
Dan aksi kejar-kejaran itu membuat semua orang tertawa. Bahkan Arshad, yang sejak kepergian mendiang istrinya jarang tersenyum pun kini terbahak sambil memegang perutnya.
"𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘒𝘢𝘬 𝘒𝘢𝘭𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶."
...----------------...
"Apa pemotretan memang selama ini?" Gumam Galen. Pria itu terus memperhatikan jam yang melingkar di tangannya. Sudah lebih dari sepuluh jam sejak kepergian Ruby yang pamit untuk pemotretan.
"Biasanya paling lama itu sekitar tiga jam," ucap Moana. Moana yang tidak sengaja mendengar gumaman Kakaknya itu, menjawab sesuai yang diketahuinya.
Galen menoleh pada adik kesayangannya yang duduk menghampirinya. "Tahu dari mana, Kamu?"
"Kakak lupa, aku juga pernah menjadi model." Moana mencebikkan bibirnya.
Menjadi model adalah impian Moana sejak dulu. Wanita itu sangat bahagia saat mendapatkan kabar jika dirinya terpilih menjadi model sebuah iklan, padahal waktu itu Moana hanya iseng saja ikut casting. Namun tampaknya keberuntungan berada di pihaknya, akibat iklan pertamanya itu, membuat nama Moana berhasil dikenal semua orang.
Namun di tengah-tengah puncak popularitasnya, Moana di iming-imingi kepopuleran yang lebih bagus lagi, namun dengan satu syarat, Moana harus menyerahkan keperawanannya pada Bos agensi mereka.
Moana menolak dengan tegas waktu itu, bahkan Moana rela mengundurkan diri dari agensi yang telah membesarkan namanya itu. Bukan itu saja, Moana pun rela membayar kerugian dengan dalih pemberhentian kontrak sepihak.
Pihak agensi pun akhirnya menyetujui permintaan Moana. Dan tidak lama sejak pengunduran diri Moana, Ruby yang notabene masih baru di dunia modeling tiba-tiba menggantikan Moana menjadi model utama di agensi milik Chandra Kusumapraja itu.
"Oh, iya. Kakak lupa." Galen menepuk pelan keningnya. "Tapi kalau boleh Kakak tahu, kenapa Kamu tiba-tiba berhenti? Bukannya jadi model itu impian Kamu, Mo?"
"𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘒𝘢𝘬 𝘎𝘢𝘭𝘦𝘯?"
Moana terus berkutat dengan pikirannya. Selama ini tidak ada yang tahu alasan sebenarnya Moana keluar dari dunia yang sudah membesarkan namanya itu. Moana hanya beralasan ingin kembali melanjutkan kuliahnya.
"Sebenarnya..." Moana tampak ragu mengatakannya, dan keraguan di wajah adiknya itu tertangkap dengan jelas oleh Galen.
"Apa ada yang Kamu sembunyikan, Mo?"
"Sebenarnya alasan ku keluar dari dunia model itu karena...." Moana pun menceritakan semuanya pada Galen tanpa ada satupun yang ditutupi.
Galen pun merasa bangga dengan keputusan yang di ambil adik kesayangannya itu, namun satu hal yang kini membuat Galen berpikir. Posisi Moana itu digantikan oleh Ruby yang membuat nama istrinya itu kian bersinar hingga sekarang.
"𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯.... 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯! 𝘙𝘶𝘣𝘺 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘳𝘦𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘬𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘴𝘶𝘤𝘪𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘱𝘰𝘱𝘶𝘭𝘢𝘳𝘪𝘵𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢."
"Kenapa Kakak diam? Apa Kakak memikirkan apa yang aku pikirkan?"
Galen paham maksud ucapan adiknya itu. Namun hatinya menolak percaya jika istrinya mampu melakukan hal menjijikkan itu.
"Ruby tidak mungkin melakukan hal menjijikkan seperti itu. Apalagi rela menukar kesuciannya hanya demi popularitas!"
"Tidak ada yang tidak mungkin, Kak. Apalagi istri Kakak itu wanita miskin, bisa saja dia tergiur." Moana mulai meracuni otak Galen. "Lagian mana ada baru jadi model hitungan hari, tiba-tiba jadi model utama di agensi itu."
Dan Galen mulai termakan ucapan Moana, racun yang Moana tebarkan itu berhasil masuk ke dalam otak kecil Galen.
"𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘔𝘰𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘤𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘪𝘥𝘪𝘬𝘪 𝘙𝘶𝘣𝘺."
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥