Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13.
"Jangan coba- coba melakukan hal yang ada di dalam pikiranmu saat ini." Kalimat itu diikuti tamparan yang mendarat di pipinya.
"Sial, apa pula. " Oscar Liu refleks memegang pipi. " Memangnya apa yang akan kulakukan? Pikiranku sedang kosong saat ini. "
"Jangan coba- coba membohongiku. "
"Aku tidak membohongimu. "
"Kau berkelit. "
Oscar Liu hanya menggeleng, mencoba untuk dirinya bisa mengusir perih yang menempel di pipinya. Mendengar Jelly berdecak, ia kembali melirik gadis itu.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Aku bisa membaca nya dari sorot matamu ketika kau mengintip dada wanita itu. "
"Baiklah,aku tidak mengintip."
"Ayo! " Jelly mendorong punggung Oscar Liu dan mengajaknya berjalan lebih cepat.
"Hei,Hei, ada apa? "
"Menatap wanita lain saat sedang berjalan dengan seorang wanita adalah perbuatan tercela, " sergah Jelly. Mereka berhenti di trotoar. "Hal itu bisa menjatuhkan harga diri wanita yang sedang bersama mu, kau mengerti? "
Alis Oscar Liu terangkat ketika Jelly tiba-tiba telah mengayunkan tangan ke arah gang tadi.
"Aku tahu kau menginginkan wanita itu, jadi sekarang pergilah. Aku akan menunggumu disini, setelah kau- entahlah apapun sebutanmu, aku akan menunggumu disini setelah kau selesai. "
Oscar Liu hampir tidak mempercayai pendengaran nya. Merasa perlu memastikan ia akhirnya bertanya, " Kau menyuruhku menemui wanita bergaun ungu tadi? Serius? "
"Bergaun ungu? Wanita itu hanya mengenakan bra dan celana dalam, " cela Jelly. Lalu gadis itu menggeleng dan berkata lagi, "Sudahlah, kau bisa pergi sekarang. Aku akan menunggumu disini. "
"Apa kau sudah gila? Aku tidak terobsesi meniduri wanita asing, " gerutu Oscar Liu. Jelly menatapnya tak percaya. "Apa? Kau tidak percaya."
Jelly menggeleng tanpa menjawab.Oscar Liu pun meniru gerakannya: menggeleng- geleng. "Jawaban macam apa itu? "
Jelly mengangkat bahu. "Yang penting aku sudah berbaik hati menawarkan. Kalau nanti kau menyesal, itu bukan urusanku, " katanya ringan kemudian berlalu.
Mata Oscar Liu melebar kaget. Ia menengok melewati pundak untuk melihat Jelly yang kini sudah menyebrangi jalan. Apa gadis ini benar-benar berpikir dirinya sebrengsek itu? Terkutuklah Oscar Liu...
****
Kafe di sudut jalan daerah tersebut terlihat ramai. Dan hampir semua kursi dan bangku terisi. Bahkan bagian luar kafe pun di penuhi pengunjung yang sibuk mondar-mandir.
Di antara pengunjung lainnya. Oscar Liu dan Jelly Putri Wijaya terlihat mengisi meja di luar kafe di sisi etalase, tepatnya di bawah kanopi lebar berwarna putih. Mereka menikmati sajian makan malam sambil sesekali mengomentari deretan sepeda yang parkir di seberang tempat itu.
"Aku kagum kau masih bisa makan sebanyak itu." Oscar Liu melirik piring- piring kosong milik Jelly, lalu meneguk wine- nya.
"Aku belum makan sejak dalam pesawat, " sahut Jelly.
" Well, ketakutan memang bisa sangat merugikan. "
"Bagaimana menurutmu atmosfer tempat ini?" tanya Jelly mengalihkan. Mata Oscar Liu menyipit ketika sadar Jelly tidak menggubris kata- katanya.
"Apa? " tanya Jelly dengan polos ketika melihat laki- laki itu menatapnya. Ia benci saat Oscar Liu menatap dirinya lama- lama seperti ada sesuatu yang menempel di wajahnya atau semacamnya. Jelly risih ditatap seperti itu. Pipinya bisa langsung panas tanpa disuruh.
"Kenapa kau tidak menceritakan sesuatu? " tanya Oscar Liu tiba-tiba.
"Misalnya? " Jelly mengedik sebelum meneguk teh hangatnya.
"Apa saja, tentang dirimu?"
"Kenapa kau merasa perlu tahu? "
Oscar Liu berusaha tersenyum di sela pandangan aneh Jelly pada dirinya. "Kau keberatan? "
"Menurutku, tidaklah aneh laki-laki sepertimu tiba- tiba menanyakan hal semacam ini kepada gadis sepertiku? "
"Laki-laki sepertiku' dan ' gadis sepertimu. ' Ya, benar. Apa pula... " Oscar Liu meneguk minumannya lagi.
"Apa yang kau lakukan selain bermusik? "
"Selain bermusik? "
"Ya, kau punya pekerjaan sampingan? "
"Tidak.Bermusik pekerjaanku satu- satunya. "
Jelly mengangguk - angguk tanpa berkomentar lagi.
"Bagaimana denganmu? "
Jelly melirik laki-laki itu lagi. "Aku? Apa pentingnya bagimu? "
Oscar Liu meringis. "Kau curang. "
Jelly diam saja dan kembali menyesap minumannya. Ia kembali menikmati lagu yang sedang diputar di kafe. Meski terdengar samar di antara obrolan para pengunjung, tetapi ia bisa mendengarnya.
"Ayolah, bagaimana denganmu? Apa kau memiliki pekerjaan sampingan selain bekerja di museum? " Suara Oscar Liu terdengar lagi.
Jelly menoleh dan mengamati laki-laki itu cukup lama. Sedetik kemudian seulas senyum tersungging di bibirnya.
****
Melihat Jelly yang tersenyum padanya, tiba-tiba Oscar Liu bergeming dan menahan napas. Ia tidak tahu gadis itu bisa tersenyum semanis itu. Begitu menyadari tatapan aneh Jelly pada dirinya. Oscar Liu segera berdeham.
"Lalu? Hanya menjadi asisten desain atau...? "
"Sudah kubilang, aku melukis. "
"Kau melukis? " ulang Oscar Liu menoleh. Ya, tadi di pesawat gadis itu memang berkata dirinya pelukis, tapi... benarkah?
Jelly mengangguk sekali, lalu berbicara pelan sambil menurunkan pandangan."Hampir di setiap waktu bila aku sedang libur. " terangnya dengan nada hati- hati yang tak Oscar Liu pahami.
Sesaat Oscar Liu berpikir, mungkin lebih tepatnya menduga- duga. Ia yakin Jelly berusaha menahan- nahan sesuatu di hadapannya.
"Mereka mulai memperhatikanmu. "
"Mereka siapa? " tanya Oscar Liu.
"Pengunjung kafe, " sahut jelly tanpa menatapnya. " Jangan, " cegah Jelly hendak memeriksa pengunjung di sekitar.
"Ayolah, jangan terlalu kau pikirkan, " sahut Oscar Liu dingin.
Jelly menatapnya. "Ini bukan hanya tentang dirimu, " gerutunya. "Aku benci kalau orang-orang itu ikut memperhatikanku. "
Oscar Liu tersenyum samar melihat gerak- gerik Jelly yang gelisah di hadapannya. "Kau mau aku harus bagaimana? Pindah ke meja lain atau apa? "
Jelly menatapmu sekilas, lalu memalingkan muka. Setelah berpikir sejenak, akhirnya gadis itu berkata, " Aku harus ke toilet. "
"Jangan lama- lama, " ujar Oscar Liu dengan cepat ketika Jelly bangkit. "Apa? " tanyanya melihat gadis itu menatap dirinya dengan heran.
"Apa kau merasa perlu mengatur waktuku di toilet? "
"Aku tidak mau pengunjung menghampiriku bila aku sedang sendirian, " sahut Oscar Liu polos.
"Well, well, well. " Jelly menyipit ke arah Oscar Liu dan berkata. "Jadi, aku ini semacam perisaimu,begitu?"
Oscar Liu menghela napas. "Baiklah, kalau begitu aku ikut ke toilet. "
"Apa yang... "
"Kenapa? Bukankah lebih baik aku ke toilet bersama denganmu daripada dikerumuni pengunjung saat aku sendirian? "
"Oh, diamlah, " sahut Jelly jengkel, tahu kalau Oscar Liu sedang mempermainkannya. Ia menggerutu sebentar dan akhirnya berkata. "Baiklah, hanya lima menit. Kau puas? "
"Tiga menit. "
"Apa pula? " Jelly membuka mulut, tetapi saat ia melihat Oscar Liu siap- siap bangkit, ia cepat- cepat menjulurkan kedua tangan mencegah. "Oke, oke, tiga menit. Demi Tuhan! "
"Bagus." Oscar Liu kembali menyandarkan punggung ke sandaran kursi ketika Jelly berlalu dari hadapan nya sambil menggerutu. Entah apa yang akan di katakan gadis itu, Oscar Liu hanya bisa menangkap kata" sinting" dan " sulit di percaya " dari tempatnya duduk. Dan itu sudah cukup membuatnya tersenyum lebar.
Tepat ketika Jelly menghilang di dalam kafe, ponsel Oscar Liu berbunyi menandakan panggilan masuk. Laki-laki itu menarik ponselnya agak kasar dari saku celana jins nya, lalu membaca nama di layar ponsel.
Selina Tan.
Bersambung!!