Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengantin Baru
"Gio, aku ingin buang air kecil," rengek Kinanti.
Dirinya hendak turun dari ranjang, tetapi sang suami justru menariknya dan membawa dia ke dalam dekapannya lagi.
"Panggil aku Sayang! Aku tak akan melepaskan kamu, sebelum kamu memanggil aku dengan panggilan sayang," ucap Gio dengan suara serak khas bangun tidur.
"Iya, Sayang. Aku sudah panggil kamu sayang, sekarang lepaskan aku," protes Kinanti.
"Bukan seperti itu yang aku mau. Sayang ..." Gio memberi contoh kepada sang istri. Ucapan sayang penuh kemesraan. Membuat Kinanti memutar bola matanya malas.
"Ya sudah iya. Sayang ...," ucap Kinanti mesra, dan bahkan dia sambil mengelus pipi hingga lehernya dengan mesra.
Kini Gio harus merasakan tersiksa, karena miliknya menegang kembali. Karena suara istrinya yang begitu seksi terdengar olehnya dan sentuhan lembut yang membuatnya melayang. Namun, Kinanti kini justru sudah pergi meninggalkan dirinya. Saat Gio melepaskannya, dia langsung beranjak turun dan berlari ke kamar mandi dengan membalut tubuhnya dengan selimut.
Setelah buang air kecil Kinanti memilih untuk mandi, karena tubuhnya terasa lengket, dan dia juga ingin segera memesan makanan karena perutnya terasa lapar. Kinanti kini sudah mandi di bawah guyuran air shower. Gio berniat menghampiri istrinya ke kamar mandi. Dia membuka pintu kamar mandi secara perlahan.
"Aahhh," teriak Kinanti, dirinya tersentak kaget saat tangan Gio melingkar di perutnya dan meletakkan dagunya di bahunya.
Kinanti melepaskan tangan suaminya dan membalikkan badannya. Dia langsung menutupi kedua bukit kembarnya dengan tangannya.
"Keluar! Bikin aku kaget saja. Aku mau mandi dulu," usir Kinanti. Sedangkan Gio justru malah terkekeh. Sepertinya Kinanti harus memiliki stok sabar yang banyak menghadapi suaminya.
Bukannya pergi, Gio justru menangkap istrinya dan menggendongnya, kemudian membawanya ke bathtub. Dia sudah kecanduan tubuh istrinya, membuat Anacondanya ingin bertemu sarangnya. Mereka berdua sudah di dalam bathtub, Gio meletakkan Kinanti di atas pangkuannya, dan mulai mencumbunya dengan mesra.
Semakin lama, Kinanti pun terhanyut. Kinanti tampak mengalungkan tangannya di leher suaminya. Semakin lama ciuman itu semakin bergairah. Tangan Gio pun sudah tak bisa di kondisikan lagi. Membuat desa*han keluar dari bibir Kinanti. Anaconda pun akhirnya mengamuk, sudah tak sabar.
"Aku lapar," rengek Kinanti. Saat sang suami melepaskan ciuman itu. Karena sejak dirinya bangun, dirinya memang sudah merasa lapar.
"Sekali saja, sayang. Please," rayu Gio. Hingga akhirnya Kinanti menurutinya.
Gio meminta Kinanti memunggungi dirinya, membalikkan tubuhnya, dan tangannya kini bertumpu pada pinggir bathtub. Gio mulai mengarahkan miliknya dan memasukinya dari belakang.
"Aaahhh," de*sah keduanya. Saat anaconda berhasil masuk. Gio mulai memainkan, memaju mundurkan miliknya. Semakin lama, Gio semakin mempercepatnya. Suara de*sahan mengiringi percintaan mereka. Hingga akhirnya, mereka mengerang bersama. Gio langsung membalikkan tubuh istrinya kembali, dan memeluknya.
"I Love You," ucap Gio sambil memberikan kecupan di keningnya.
Setelah itu mereka langsung mandi bersama di bawah guyuran shower.
"Gio, jangan seperti ini! Aku sudah sangat lapar, nanti aku pingsan," gerutu Kinanti. Hingga akhirnya Gio menghentikan aktivitasnya mere*mas bukit kembar istrinya.
"Aku keluar duluan ya," ucap Gio. Hal itu membuat Kinanti bisa bernapas lega.
Gio langsung bersiap-siap untuk mengajak istrinya makan di luar. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Kinanti pun akhirnya ikut keluar menggunakan bathrobe dari kamar mandi, berniat mengambil pakaiannya, dan memakainya di kamar mandi.
"Aku pakai baju apa?" tanya Kinanti. Mereka sampai melupakan, kalau Kinanti tak membawa pakaian sama sekali. Pakaiannya berada di hotel tempat dia menginap.
"Oh ya, aku lupa. Maaf ya! Kita makan di kamar saja ya! Sambil menunggu pakaian ganti. Aku coba hubungi Erland dulu," ujar Gio dan Kinanti mengiyakan.
Gio menghubungi sang asisten, untuk membelikan pakaian dan juga pakaian dalam untuk istrinya. Sebenarnya Kinanti merasa malu, karena Erland membelikan pakaian dalam untuknya. Kini keduanya sedang menikmati sarapan pagi di kamar hotel. Gio tersenyum kala melihat istrinya makan sangat banyak.
"Makan yang banyak ya Sayang! Biar tenaganya banyak lagi, persiapan nanti malam," ujar Gio membuat Kinanti memutar bola matanya malas.
Erland sedang kebingungan, pasalnya dia tak pernah beli pakaian dalam dan pakaian untuk wanita. Toko-toko di Mall pun masih tutup. Mau tak mau dia harus ke pasar. Karena hanya di pasar, yang sudah buka dari pagi.
Demi bosnya dia terpaksa turun ke pasar dan menahan rasa malunya untuk membeli perabot wanita. Dia berharap istri bosnya tak protes, karena dibelikan di pasar. Setelah selesai membeli, Erland bergegas untuk segera pergi meninggalkan pasar.
"Hei, dimana kamu? Cepat kesini! Kau ini lama sekali," protes Gio kepada sang asisten di panggilan telepon.
"Saya sedang dalam perjalanan menuju hotel, Tuan," sahut Erland.
Gio tak tahu, betapa malunya Erland menjalankan perintahnya. Ini adalah hal pertama kali dalam hidupnya. Karena Erland belum menikah. Akhirnya Erland sampe di hotel tempat bosnya berada. Dia bergegas menuju kamar hotel bosnya.
"Sepertinya itu Erland. Lebih baik sekarang kamu masuk kamar mandi, aku tak Erland melihatnya," ujar Gio. Kinanti menurutinya. Segera masuk ke kamar mandi.
Setelah sang istri masuk ke dalam kamar mandi, Gio langsung bergegas membuka pintu kamarnya untuk menemui Erland.
"Ini Tuan pesanan Anda! Tapi maaf, butik atau Mall masih tutup. Jadinya saya belinya di pasar," ucap Erland jujur membuat Gio melongo.
"Kau ini! Kau tahu 'kan kalau dia istri pemilik perusahaan? Masa iya, kamu belikan di pasar," sahut Gio.
"Maaf Tuan, seperti yang saya jelaskan tadi. Hanya pasar yang sudah buka. Saya takutnya Tuan tak sabar kalau menunggu butik atau Mall buka," jelas Erland.
"Sudah di bikin malu di pasar, sekarang kena omelan juga. Nasib ... nasib. Jadi bawahan," Erland bermonolog dalam hati.
"Ya sudah sana pulang!" usir Gio. Gio langsung menutup pintu kamarnya begitu saja.
Untungnya Erland memiliki stok sabar yang banyak kala menghadapi sikap bosnya yang sering kali seenaknya.
"Sayang, keluarlah! Ini pakaian untukmu sudah datang," panggil Gio.
Kinanti langsung keluar dari kamar mandi dan menghampiri suaminya.
"Sayang, maaf ya! Erland belikannya di pasar, karena Mall atau butik masih tutup. Hanya pasar yang sudah buka," ucap Gio.
"Iya, tak masalah. Aku juga tak pernah beli baju di butik atau Mall, yang penting ukurannya pas," sahut Kinanti.
Kinanti langsung membuka kantong plastik dari suaminya dan mengeluarkan isinya.
"Pintar juga Erland. Aku suka pilihannya. Sangat pas. Ternyata dia pintar juga memilih, ukurannya juga pas," puji Kinanti membuat Gio merasa kesal karena istrinya memuji laki-laki lain.
Erland memilihkan bra berwarna cream yang senada dengan kain segitiganya, dan juga blouse berwarna Salem di padukan dengan celana panjang bahan berwarna hitam. Semua yang dibelikan Erland pas di tubuhnya.