NovelToon NovelToon
PUSAKA NAGA API

PUSAKA NAGA API

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.

Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28

Tapi meski pemuda itu sendirian, ketiganya tidak memiliki keberanian untuk melawan. Mereka sadar diri dengan kemampuan yang mereka miliki tak akan sanggup untuk melawan.

"Bagaimana kita sekarang?" tanya seorang dari mereka dengan berbisik pelan.

"Kita tetap di sini untuk mengamatinya. Siapa tahu pemuda itu yang akan menjadi petunjuknya," jawab Rangga. Pandangan matanya tak lepas dari Dirga yang masih terus berlatih.

Tiba-tiba saja matanya membelalak lebar ketika Dirga membuka kain yang melilit pedang Naga Api. Terlebih ketika pemuda tampan itu mengeluarkan bilah pedang pusaka yang menjadi buruan para pendekar.

"Apa itu pedang Naga Api? Ternyata pemuda itu yang mendapatkannya," ucap Rengga pelan.

Sinar kemerahan yang terang memancar keluar dari bilah pedang pusaka tersebut. Selain itu, energinya yang begitu besar menyebar luas hingga menekan Rengga dan kedua temannya.

Dirga tiba-tiba menolehkan kepalanya dan kemudian memasukkan kembali pedang Naga Api setelah merasakan ada pergerakan di kejauhan.

Rengga dan kedua temannya terkejut begitu pemuda tampan tersebut memandang pohon tempat mereka mengintai. Ketiganya sadar jika sudah ketahuan dan bergegas membalikkan tubuh untuk melarikan diri.

Tapi langkah mereka seperti terpaku setelah sosok pemuda yang tadinya berada di kejauhan, kini sudah berada di depan mereka bertiga. Sorot tajam bola mata Dirga mengintimidasi mental ketiga murid Ronggo tersebut.

"Apa maksud kalian mengamatiku?"

Rengga dan kedua temannya menelan ludahnya ketakutan. Padahal mereka sudah begitu berhati-hati, tapi nyatanya masih tetap ketahuan juga.

"Kalau kalian berpikiran untuk melawan, sebaiknya lupakan saja! Aku bisa dengan mudah mencabut nyawa kalian. Jadi katakan dengan jujur apa alasan kalian mengawasiku?"

Rengga dan kedua temannya saling berpandangan. Mereka dalam posisi dilema saat ini. Berkata jujur akan membuat nasib perguruan mereka terancam, tapi jika berbohong, nyawa mereka yang terancam.

"Apa kalian akan berpikir untuk berbohong kepadaku?" Dirga tersenyum mencibir. "Sebaiknya kalian lupakan itu juga. Aku bisa membaca kebohongan dari sorot mata kalian!"

"Maaf, pendekar. Kami hanya mendapat perintah dari guru kami," Rengga membuka suaranya. Dia merasa harus bertanggung jawab atas nyawa kedua temannya.

Dirga mengernyitkan dahinya, "Diperintah apa?"

"Mencari informasi tentang Pedang Naga Api," balas Rengga cepat.

"Oooh ... jadi guru kalian menginginkan pedangku ini?" Dirga menepuk gagang pedang Naga Api yang tergantung di pundaknya "Kenapa dia sepengecut itu dengan menyuruh kalian?"

Ternyata benar yang ada di dalam dugaan Rengga. Pedang yang mengeluarkan sinar kemerahan terang itu ternyata Pedang Naga Api yang sedang mereka cari.

"Sekarang begini, aku akan melepaskan kalian jika kalian mau mengatakan di mana letak perguruan kalian." Dirga memberi penawaran.

"Apa Pendekar akan menghancurkan perguruan kami?"

"Kalian dalam posisi tidak untuk bertanya!" Dirga mendengus geram, "Mau aku hancurkan atau tidak, itu bukan urusan kalian!"

"Bukan begitu, Pendekar. Teman-teman kami tidak bersalah dalam hal ini, dan seharusnya yang bertanggung jawab adalah guru kami," balas Rengga.

Dirga membenarkan ucapan Rengga. Tidak seharusnya kesalahan satu orang ditimpakan pada orang banyak.

"Baiklah. Aku tidak akan menghancurkan perguruan kalian dan hanya guru kalian yang akan mendapat hukumannya."

"Ada informasi lain, Pendekar. Guru kami sekarang sedang menuju perguruan Rajawali Iblis. Rencananya dia akan meminta perguruan itu untuk menyerang kemari," ungkap Rengga.

"Apa kalian tidak sedang mengadu domba?"

"Aku tidak berani, Pendekar. Setidaknya dengan Pendekar memberi kami kesempatan hidup, kami sudah sangat berterima kasih."

Dirga menatap lekat kedua bola mata Rengga. Dia tidak melihat ada sedikitpun kebohongan yang terpancar ditunjukkan lelaki itu.

"Baiklah. Lalu kapan rencananya mereka akan menyerang kemari?"

"Kalau tentang itu aku tidak tahu, Pendekar. Tadi kami berpisah jalan ketika berada di bibir hutan."

Baru juga Dirga hendak menyahuti ucapan Rengga, Sarwana tiba-tiba melompat turun dari atas dan mendarat di samping Dirga.

Sorot mata kera besar itu menyiratkan kegeraman melihat 3 orang lelaki yang masih saja berani memasuki hutan.

Rengga dan kedua temannya begitu ketakutan melihat sorot kemarahan yang dipancarkan Sarwana.

"Kalian masih berani memasuki hutan ini, apa kalian mau mencari mati!?" bentak Sarwana.

Rengga tentu saja terkejut karena kera besar itu bisa bicara. Mereka tempo hari memang tahu jika kera besar itu bertarung dengan beberapa orang pendekar, tapi karena jarak yang begitu jauh, mereka tidak mendengar ketika Sarwana berbicara.

"Tenang, Sarwana. Mereka sudah aku jamin tidak akan aku bunuh. mereka bertiga hanya korban dari ambisi gurunya," kata Dirga menenangkan Sarwana.

Sarwana memandang Dirga sebentar, lalu mengalihkannya lagi kepada ketiga murid Ronggo. "Katakan siapa guru kalian?"

"Guru kami bernama Ronggo. Dia Pemilik sekaligus ketua perguruan Pedang Cahaya,"jawab Rengga, masih tetap dengan menundukkan wajahnya. Dia takut memandang kera besar yang memancarkan sorot kemarahan di matanya.

"Ronggo ...! Bukankah perguruan kalian menganut aliran putih sebagai jalan kehidupan?" Sarwana mengepalkan kedua tangannya.

"Benar. Tapi guru kami juga sosok yang ambisius. Berulang kali dia bilang ingin menjadi penguasa dunia persilatan. Dia juga ingin memiliki pedang Naga Api agar keinginannya itu bisa tercapai."

"Hahahaha... Bodoh!" Sarwana tiba-tiba tertawa lantang. "Bagaimana dia bisa memiliki ambisi lucu seperti itu? Apa dia sudah gila dengan tidak mengukur kemampuannya?"

"Ada lagi, temanku... Sekarang guru mereka menuju perguruan Rajawali Iblis untuk meminta bantuan menyerang kemari," kata Dirga menyahuti ucapan Sarwana.

"Apa? Bagaimana mungkin pendekar aliran putih bisa meminta bantuan kepada perguruan aliran hitam?" Sarwana terkejut dengan fakta yang dia dapatkan.

Sebagai makhluk yang hidup sudah ratusan tahun, dia tahu betul nama-nama perguruan yang masih berdiri sampai sekarang. Dan kedua perguruan itu memang sudah berdiri cukup lama, seratus tahun lebih.

Ronggo bukan pendiri perguruan Pedang Cahaya. Dia meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dari ayahnya yang mundur dari dunia persilatan.

Sedangkan Perguruan Rajawali Iblis didirikan oleh seorang pendekar aliran hitam bernama Reksapati atau berjuluk Pendekar Rajawali Hitam. Dia adalah seorang pendekar beraliran hitam yang lumayan disegani di dunia persilatan, khususnya bagian selatan.

"Demi memuluskan ambisinya," sahut Rengga.

"Rencananya dia akan menyerang balik perguruan Rajawali Iblis, jika pedang Naga Api sudah didapatkannya."

"Sungguh licik. Aku tidak menyangka jika ada pendekar aliran putih yang memiliki sifat selicik dia," gumam Sarwana pelan.

"Sekarang begini. Jika kalian ingin hidup lebih lama, antarkan kami berdua menuju perguruan Rajawali Iblis," kata Dirga.

"Kenapa harus bersama mereka bertiga? Aku tahu benar di mana perguruan itu. Bahkan perguruan Pedang Cahaya yang letaknya lebih jauh pun aku tahu," sahut Sarwana cepat.

"Jangan suka menyela ucapan orang lain, Sarwana! Maksudku begini, aku hanya ingin membuktikan apakah benar ucapan mereka jujur atau berbohong. Jika mereka jujur, maka mereka boleh pergi. Tapi jika bohong, maka aku pastikan mereka bertiga akan mati dengan mengenaskan!" Dirga tersenyum tipis ke arah ketiga murid Ronggo tersebut.

Meski terlihat tersenyum, tapi senyuman yang tercetak di bibir Dirga dirasakan seperti aura Dewa kematian yang menakutkan.

1
Om Do
/Rose/lanjut , ....
anggita
like👍 iklan👆 utk novel silat lokal. moga sukses dn lancar.
anggita
Sarwana🐵.... Dirga👨
Redy Ryan Little
Mantap
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor agak aneh cerita Nusantara tapi nama naga nya punya eropa,kenapa gak nama nya mambang dewa, atau samba, ataupun jamunada,knp harus hydra knp gak sekalian dragon aja Thor 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: iya boleh juga ide nya kak, Bambang 🤭🤭🤭🙏🙏
Shinza elbahr: lebih bagus kalau naganya namanya "BAMBANG" 😅
total 2 replies
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Meluncur 2 gift 🌹 Lanjut Up Thor ✍️✍️💪💪
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Jooosss 👍👍
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟
Awal cerita sudah bagus 👍 Novel ini sampai Tamat dan konsisten Up setiap hari. 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!