Zara Nabila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana untuk bisa membiayai kedua orangtuanya yang sedang sakit.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuatnya terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Matahari pagi mulai terbit, Zahra bangun dari tidurnya dan bergegas membersihkan tubuhnya dan melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, dia turun untuk membuat sarapan. Namun, saat menuruni tangga, Zahra mendengar suara dari arah dapur.
"Suara apan itu? Apa ada maling? Tapi masa maling jam segini masih disini?" Gumam Zahra.
"Aku harus bawa senjata nih, takutnya maling yang didapur," Zahra celingukan mencari benda yang mungkin bisa dia pake untuk memukul.
"Ah pake sapu itu aja. Awas ya kamu maling, bakal aku bikin babak belur pake gagang sapu ini," Gumam Zahra yakin.
Dengan hati-hati dia berjalan mengendap dengan sapu yang tergenggam erat ditangannya.
"Kan bener ada maling," Batin Zahra yang melihat sosok pria sedang membelakangi nya.
Tanpa aba-aba Zahra langsung memukul pria tersebut dengan gagang sapu.
"Maliiinggg... Kena kamu maling. Dasar maling gak tau diri, kalo mau jadi maling mikir dulu, itu perbuatan yang gak baik!!" Ucap Zahra sembari terus memukuli pria itu dengan keras.
"Auuwww.. Hentikan! Cukup," Alfa yang tidak siap, merasa kesakitan akibat pukulan dari Zahra sangan kencang.
"Gak ada ampun buat kamu, dasar maling gak tau diri! Berani-beraninya kamu maling dirumah tuan Alfa!!" Tanpa memperdulikan ucapan pria itu, Zahra terus memukulinya.
"Ini saya Alfa bukan maling," ucapan Alfa berhasil menghentikan pukulan Zahra dengan menangkap sapu yang Zahra pegang.
"Tu-tuan? Kok ada tuan disini?" Tanya Zahra polos dan sekaligus kaget. Dia tidak menyangka jika tuannya ada dirumah ini, karna tengah malam Alfa izin kepada Zahra pulang ke rumah orang tuanya.
"Ini rumah saya, terserah saya mau disini atau nggak. Itu bukan urusan kamu," Ujar Alfa.
"Jam berapa tuan dateng?" Tanya Zahra lagi.
"Gak perlu tau, yang jelas kamu harus tanggung jawab karna sudah memukul saya," Ujar Alfa.
"Ya maaf, abisnya tuan gak bilang kalo mau pulang kerumah ini. Jadi gak tau kalo tadi itu tuan." Kata Zahra dengan santainya.
"Gak ada kata maaf, kamu harus tanggungjawab karna kamu, tubuh saya sakit semua," Ujar Alfa.
"Enak aja, kan yang salah situ, kok aku yang harus tanggung jawab," Cetus Zahra.
"Yang mukul saya siapa?" Alfa bertanya sembari duduk di meja makan.
"Ya saya sih." Jawab Zahra.
"Jadi, siapa yang bikin tubuh saya sakit?" Tanyanya lagi.
"Ya saya... tapi kan tuan yang salah, kalo tuan bilang bakal tidur dirumah ini pasti saya gak ngira tuan maling dan gak bakal mukulin tuan," Zahra menjawab dengan kesal bahkan sampai lupa bahwa dia sedang berbicara dengan bosnya. Namun, Alfa hanya mengerutkan dahinya tanpa protes atau mempermasalahkan hal itu.
"Makin hari makin berani ya kamu." Kata Alfa.
"Apa maksud tuan?" Tanya Zahra bingung.
"Bukan apa-apa. Mau sarapan gak? Kalo gak, saya makan semua," Tanya Alfa.
"Ini tuan yang bikin? Yakin kalo ini gak ada racunnya?" Tanya Zahra penuh selidik.
"Apa untungnya saya bunuh kamu?" Ucap Alfa santai.
"Ya bisa aja karna hutang saya yang makin banyak jadi tuan milih buat bunuh saya," Ucap Zahra.
"Ya udah kalo gak mau makan." Alfa mengambil piring disebelahnya namun dengan sigap Zahra mengangkatnya terlebih dahulu.
"Enak aja, barang yang sudah dikasih gak boleh diambil lagi, pamali." Cetus Zahra.
"Ckk, bilang aja mau," Ucap Alfa.
"Daripada dibuang. Situ kan suka buang-buang makanan. Mubazir tau," Ucapnya lagiii.
Mereka berdua pun memakan nasi goreng tersebut dengan lahap.
"Gimana? Ada racunnya?" Tanya Alfa setelah selesai makan.
Zahra yang merasa bersalah karna telah menuduh Alfa, hanya menyengir tanpa menjawab.
"Cuci piringnya," Titah Alfa.
"Hish,, itu orang," Ujar Zahra ketus.
"Gak mau?" Tanya Alfa.
"Iya iya, siap tuan raja Alfa yang terhormat," Jawabnya dengan nada malas.
Alfa berlalu meninggalkan Zahra didapur. Sedangkan Zahra mencuci piring dan merapihkan kembali dapur tersebut.
Setelahnya, Zahra masuk kekamar dan bersiap untuk berangkat kekantor.
Terlihat Alfa mengeluarkan mobilnya dari garasi. Alfa yang juga melihat Zahra keluar rumah, menghentikan mobilnya didepan Zahra dan menurunkan kaca mobil.
"Ini ongkos buat kamu, jangan sampai terlambat. Kamu harus sampai sebelum saya sampai dikantor," Ujar Alfa sambil menyerahkan beberapa lembar uang pada Zahra.
"Kamu perlu jalan kaki enam menit, baru bisa cari angkutan umum," Ujar Alfa lagi.
"Iya iya, makasih ongkosnya," Jawab Zahra.
Mereka berangkat ke kantor dengan terpisah.
Zahra bernafas lega, karna sampai dikantor tepat sebelum Alfa sampai.
Diapun mulai bekerja dengan baik.
"Untung dia belum nyampe, kalo gak pasti aku dihukum," Gumam Zahra.
Beberapa saat kemudian, Alfa pun sampai dan langsung menuju kursi kebesarannya. Zahra tak memperdulikan kedatangan Alfa, dia tetap fokus membersihkan ruangan itu. Ada senyum yang mulai mengembang dibibir Alfa tatkala memperhatikan Zahra yang sedang fokus bekerja. Ada rasa tak biasa yang masih belum Alfa sadari. Ego dan gengsinya yang besar mengalahkan sesuatu yang berbeda didalam hatinya.
"Tuan? Tuan?" Zahra melambaikan tangannya didepan Alfa yang sedang melamun.
"Ngapain kamu?" Tanya Alfa kaget.
"Lah harusnya saya yang tanya, tuan ngapain pagi-pagi udah melamun?" Tanya Zahra.
"Saya gak melamun kok." Ujar Alfa mengelak.
"Tapi saya panggil gak jawab-jawab, kalo gak melamun, apa dong artinya?" Ujar Zahra penuh selidik.
"Sok tau kamu. Udah, bikinin kopi aja sana," Titah Alfa.
"Dasar aneh," Gumam Zahra lirih.
"Ngomong apa barusan?" Tanya Alfa.
"Eh enggak," Jawab Zahra cuek.
Zahra pun pergi kepantri untuk membuatkan kopi. Saat didepan ruangan Alfa, Zahra bertemu dengan Roy.
"Apa tuan ada didalam?" Tanya Roy pada Zahra.
"Ada pak, lagi melamun," Jawab Zahra.
"Melamun?" Roy mengerutkan keningnya bingung.
"Bilangin tuh sama bosnya pak Roy, jangan sering ngelamun. Nanti kesurupan loh, ihhh takut." Cetus Zahra.
"Emang setan mana yang mau masuk kedalam tubuh tuan Alfa?" Tanya Roy dengan menahan tawa.
"Eh iya ya, dia kan lebih serem dari setan, yang ada setannya pada takut semua sama dia ," Ujar Zahra.
"Aku mau bikin kopi buat si setan dulu. Pak Roy hati-hati ya kalo masuk takutnya ikut ketularan jadi setan," Ucapan Zahra membuat Roy tak bisa menahan tawanya.
"Pak Roy kok malah ketawa?" Tanya Zahra bingung.
"Kamu lucu," setelah mengatakan itu Roy berlalu meninggalkan Zahra dengan menahan tawa.
"Lah apanya yang lucu? Isshh... dasar asisten sama bos sama aja anehnya," Gumam Zahra sembari menggelengkan kepalanya.
Roy yang masuk dengan menahan tawa, membuat Alfa merasa bingung.
"Lo kenapa?" Tanya Alfa.
"Ngaak, nggak ada apa-apa," Jawabnya.
"Yakin?" Tanyanya lagi.
"Bener," Jawab Roy.
"Lalu, ada apa kemari?" Tanya Alfa kembali.
"Saya mau memberikan informasi, ternyata suami dari ibu pemilik kosan nona Zahra namanya Bagas, pemilik PT. X yang sedang bekerjasama dengan kita," Jelasnya.
"Lo yakin?" Tanya Alfa
"Gua yakin Al, gua sendiri yang menyelidikinya," Jawab Roy.
"Baiklah, terus awasi dia jangan sampai bertemu dengan Zahra lagi," Ujarnya.
"Oke siap, akan gua aksanakan," Jawab Roy.
"Bagaimana perkembangan proyek kita?" Tanya Alfa lagi.
"Setelah kejadian waktu itu, sejauh ini sudah kembali stabil. Sudah mencapai 89 % pembangunannya," Jelas Roy.
"Bagus, terus pantau perkembangannya."
Setelah membicarakan itu Roy keluar dari ruangan Alfa.
Saat Roy sudah keluar tiba-tiba pintu ruangan Alfa ada yang mengetuk dari luar.
salam dari Ellisa Mentari Salsabila. jangan lupa mampir 🤗🤗 tinggalkan love dn komentar...
nanti zahra cuekin baru tau rasa...
si author bisa aja bikin kepo pembaca....
ditunggu kelanjutan nya... jangan lama lama ya kaka author...