Marsha Calloway terjebak dalam pernikahan yang seharusnya bukan miliknya—menggantikan kakaknya yang kabur demi menyelamatkan keluarga. Sean Harris, suaminya, pria kaya penuh misteri, memilihnya tanpa alasan yang jelas.
Namun, saat benih cinta mulai tumbuh, rahasia kelam terungkap. Dendam masa lalu, persaingan bisnis yang brutal, dan ancaman yang mengintai di setiap sudut menjadikan pernikahan mereka lebih berbahaya dari dugaan.
Siapa sebenarnya Sean? Dan apakah cinta cukup untuk bertahan ketika nyawa menjadi taruhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari keberadaan Marsha
Sean kembali membaca pesan itu dengan mata yang semakin membara. Melihat foto Marsha yang terpapar, tubuhnya seakan membeku sejenak. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin murka. Marsha—istrinya, satu-satunya orang yang sangat ia cintai—terjebak dalam cengkeraman orang-orang yang tak dikenal, yang tampaknya sudah merencanakan sesuatu yang sangat jahat.
Rasa cemas yang sudah menguasainya bertransformasi menjadi amarah yang sulit dibendung. Sean menghempaskan ponselnya ke meja dengan keras, suaranya bergema di seluruh ruangan. “Siapa mereka?!” teriaknya, suaranya penuh kebencian.
Asistennya yang sudah berdiri di sampingnya segera mundur sejenak, tak berani mengalihkan pandangan dari wajah Sean yang tampak seperti binatang buas yang siap menerkam. Namun, ia tahu bahwa meskipun Sean tampak sangat marah, ia tetap berada dalam kendali. Itu adalah hal yang harus ia percayai.
"Pak, tenang. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk menemukan lokasi Bu Marsha," kata asisten Sean dengan suara tenang, mencoba meredakan ketegangan yang semakin meningkat.
Namun, Sean tidak bisa tenang. Ia tahu bahwa semakin lama ia menunggu, semakin besar kemungkinan Marsha akan berada dalam bahaya. Dengan cepat, ia memerintahkan agar seluruh tim pengawal dikerahkan ke lapangan. "Aku mau mereka ditempatkan di setiap sudut kota. Jangan ada satu pun tempat yang terlewatkan," tegasnya, suaranya penuh tekad. "Tidak peduli apa yang harus kita lakukan, kita harus menemukannya. Sekarang!"
Tanpa menunggu balasan, Sean segera melangkah keluar dari ruang kerjanya. Langkahnya berat, seolah seluruh dunia berada di atas pundaknya. Wajahnya penuh tekad, tetapi di dalam hatinya, ada rasa takut yang terus menggerogoti. Mungkin ini adalah saat yang paling menakutkan dalam hidupnya—kehilangan Marsha, wanita yang ia jaga dan cintai dengan seluruh jiwa raganya.
Di luar, tim pengawalnya sudah siap siaga. Sean melangkah menuju mobilnya dengan cepat, diikuti oleh beberapa pengawal yang langsung duduk di kursi belakang, siap untuk melakukan pencarian besar-besaran. “Kita mulai dari sini. Saring setiap informasi yang ada,” katanya, memimpin dengan penuh kekuatan. Ia mengarahkan mobilnya ke tempat yang dirasa bisa memberikan petunjuk lebih lanjut.
Setiap menit yang berlalu seperti belati yang semakin dalam menusuk dadanya. Sean hanya bisa membayangkan Marsha yang biasanya penuh semangat, kini terjebak dalam situasi buruk, dikelilingi orang-orang tanpa hati nurani. Setiap bayangan yang muncul hanya memperburuk keadaannya.
Di sepanjang perjalanan, Sean terus memerintahkan timnya untuk mempercepat pencarian. Informasi terus mengalir dari berbagai sumber, namun tak ada yang cukup pasti. Mereka harus lebih hati-hati. Setiap kemungkinan harus diperhitungkan dengan saksama. Semua hal yang sekilas tampak biasa bisa jadi menjadi kunci dalam menemukan Marsha.
Di dalam mobil, suasana semakin menegangkan. Sean duduk di kursi depan, tangannya menggenggam erat ponsel, menunggu setiap pesan yang datang dengan harapan besar. Setiap detik yang berlalu adalah waktu yang sangat berharga. Setiap detik yang hilang adalah detik yang semakin jauh dari harapan untuk menemukan Marsha dengan selamat.
"Pak Sean, kami sudah memeriksa beberapa tempat yang mungkin menjadi lokasi persembunyian mereka," lapor salah seorang pengawal melalui earpiece. "Kami juga sudah menghubungi beberapa informan di lapangan, tapi belum ada petunjuk yang pasti."
Sean mengerutkan keningnya. Tidak ada waktu untuk sia-sia. "Teruskan! Jangan ada tempat yang terlewat. Temukan dia, sekarang juga," ujarnya dengan suara yang semakin tegas. "Aku nggak akan biarkan mereka melukai Marsha."
Keputusannya sudah bulat. Tidak ada lagi kata mundur. Marsha harus ditemukan. Ia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya itu kembali ke pelukannya dengan selamat. Ia sudah terlalu lama membiarkan dirinya terjebak dalam rutinitas yang monoton, terhanyut dalam dunia bisnis yang tiada akhir, dan sekarang—sekarang ia tahu bahwa prioritas utamanya adalah Marsha.
Di luar mobil, langit malam semakin gelap, namun Sean merasa tidak ada yang lebih gelap daripada perasaan yang menguasai hatinya sekarang. Ia merasakan sebuah dorongan besar untuk tidak pernah melepaskan Marsha lagi. Dia tidak peduli berapa banyak waktu yang harus ia habiskan, berapa banyak tenaga yang harus ia keluarkan. Sean hanya memiliki satu tujuan: menemukan Marsha dan memastikan ia selamat, apa pun yang terjadi.
Saat mobil melaju di bawah lampu-lampu jalan yang redup, Sean hanya bisa berpikir tentang satu hal: bagaimana cara ia bisa menyelamatkan Marsha sebelum terlambat.
...***...