Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Mengadu
Di belakang Mayang, Heri masih berusaha untuk mencari keberadaan Hana, dia sudah menghubungi nomor wanita itu berulang kali, tapi hasilnya nihil karena semua akses sudah diblokir.
Sampai akhirnya dia teringat untuk menghubungi Ibu Rima—orang yang mengurus panti asuhan yang pernah ditempati oleh mantan istrinya itu. Dia berharap Hana ada di sana, karena walau bagaimanapun Heri merasa bahwa perceraiannya adalah keterpaksaan atas baktinya pada sang ibu.
Di ruangannya Heri menunggu dengan cemas, karena panggilan tak kunjung terhubung. Namun, setelah beberapa kali mencoba akhirnya berhasil juga, dia mendengar suara di ujung sana.
"Dengan panti asuhan Kasih Bunda di sini, ada yang bisa kami bantu."
"Saya Heri, saya ingin bicara dengan Ibu Rima, apakah beliau ada?" balas Heri dengan cepat.
"Iya, saya sendiri," jawab wanita paruh baya itu dengan kening yang mengernyit, karena nama Heri terasa tidak asing.
Heri langsung melebarkan senyum.
"Bu, ini saya—suami Hana. Apakah dia ada di sana sekarang?" tanyanya masih mengaku sebagai suami Hana.
"Oalah, iya-iya Ibu baru ingat. Hana? Hana tidak ke sini, Her," jawab Ibu Rima apa adanya. Karena entah kapan terakhir kali wanita itu berkunjung. "Memangnya kenapa? Kalian lagi ada masalah ya?" Lanjutnya penasaran, sebagai orang yang mengasuh Hana, tentu dia sudah menganggap wanita itu seperti anaknya sendiri.
Heri langsung menggeleng seakan Ibu Rima melihat pergerakannya. "Enggak-enggak, Bu. Tadi pagi dia sempet izin pergi ke panti, saya cuma mastiin aja dia udah sampe atau belum karena ditelepon nggak diangkat." jawab Heri.
"Kalau begitu mungkin masih di jalan. Nanti kalau udah nyampe biar Ibu yang kasih kabar ke kamu deh," ujar Ibu Rima yang benar-benar tak tahu ada masalah apa di antara mereka berdua.
"Kayaknya sih begitu. Sebelumnya makasih ya, Bu," balas Heri, dan tak berselang lama panggilan pun terputus. Dari respon yang ditunjukkan oleh Ibu Rima, Heri sangat yakin bahwa Hana belum bercerita apapun pada wanita paruh baya itu atau bahkan tidak datang ke panti sama sekali. Lantas dimana wanita itu sekarang?
***
Bukan hanya memasak, tapi Mamah Saras juga harus membersihkan rumah yang cukup besar itu sendirian. Jika itu dulu, mungkin tidak masalah, tapi di usianya yang sekarang tentu hal tersebut membuat Mamah Saras merasa kelelahan. Bahkan sampai urusan mencuci pakaian pun harus dia yang turun tangan.
Wanita paruh baya itu menghela nafas kasar setelah memasukkan semua pakaian ke dalam mesin cuci. Jumlah penghuni di rumah ini ada empat orang, ditambah Mayang suka gonta-ganti baju, ada baju tidurlah, baju kantorlah, baju santailah, dan segala tetekk bengekk.
"Kalau aku terus-menerus seperti ini, yang ada aku cepat mati karena kecapekan," cetus Mamah Saras sambil memegang pinggangnya yang mulai terasa pegal. Dia duduk di meja makan dan menuangkan air ke dalam gelas. Rasanya nikmat sekali saat tenggorokannya basah.
"Huh! Kali ini aku harus bicara dengan Heri supaya dia bisa menasehati Mayang. Setidaknya hari-hariku bisa sedikit santai seperti kemarin," gumamnya lagi mulai merasakan sendiri bagaimana perbedaannya saat tidak ada Hana. Namun, dia masih gengsi untuk mengakui bahwa hanya Hana—menantu yang bisa dia andalkan.
Sampai malam setelah semua orang menyantap makanan. Mamah Saras mencekal Heri yang ingin menyusul Mayang ke kamar.
"Her, Mamah mau bicara sama kamu," katanya dengan mimik serius, kemudian melirik ke arah Papah Aris, seakan mengusir pria paruh baya itu. Karena dia ingin bicara empat mata dengan putranya.
"Kenapa, Mah?" tanya Heri dengan alis yang terangkat.
Mamah Saras celingukan, memastikan bahwa hanya ada mereka di sana.
"Her, kamu kan tahu Mamah sudah tua. Masa kamu tega sih biarin Mamah ngerjain semuanya sendiri, dari masak, nyapu, ngepel, cuci baju. Harusnya itu semua kan dikerjakan oleh Mayang, sebagai menantu di keluarga ini!" papar Mamah Saras dengan menggebu, seorang wanita yang menganut paham patriarki dan membuat para pria di sekitarnya menanamkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
"Mamah kan dengar sendiri waktu itu jawaban Mayang gimana, dia nggak bisa masak, Mah, dia juga kerja," balas Heri yang membuat Mamah Saras berdecak.
"Tapi waktu itu Hana menyanggupi. Meskipun bekerja bukankah seharusnya kewajiban istri itu tetap berbakti pada suaminya?" cetus Mamah Saras tak sengaja menyebutkan nama Hana.
"Kenapa jadi banding-bandingin sama Hana sih, Mah? Nanti Mayang denger repot, lagi pula dari dulu Mamah kan tidak pernah masalah, bahkan tidak membiarkan Mayang di dapur atau menyentuh alat-alat kebersihan," jelas Heri mengulik kehidupan mereka yang dulu.
Mendengar itu, Mamah Saras tergagap dan seperti kehilangan kata-katanya untuk menjawab Heri.
"Tapi—tapi sekarang status Mayang itu beda, Her, dia istri kamu!" ujar Mamah Saras terbata-bata. Masih mencari pembelaan.
Heri menghela nafas panjang, dari pada sana-sini ribut, lebih baik dia mengambil jalan tengah, semoga saja hak tersebut bisa menjadi solusi.
"Ya udah gimana kalo aku ambil jasa asisten rumah tangga? Mamah jadi nggak capek-capek dan bisa istirahat, Mayang juga nggak ngomel," ujar Heri yang sudah pusing dengan pekerjaan kantor, tapi masih harus mengurusi hal seperti ini juga.
Mamah Saras terdiam untuk menimang. Jika putranya merekrut orang, maka pasti ada pengeluaran yang dipangkas.
"Tapi jatah Mamah aman kan?" katanya memastikan terlebih dahulu.
"Aman, Mah," balas Heri tidak mungkin tidak memberikan gajinya pada sang ibu. Akhirnya Mamah Saras mengangguk setuju.
"Mamah setuju!"
"Tapi aku bilang sama Mayang dulu ya," kata Heri, yang membuat Mamah Saras yang baru saja tersenyum langsung kembali jutek seketika.
***
Menjadi wajah perusahaan, tentu Hana akan menemui berbagai macam bentuk manusia dengan sikap dan sifatnya. Seperti hari ini, tak disangka perusahaan Meditra Group kedatangan tamu yang akan membahas kerja sama.
Mobil berwarna putih terlihat melintas dan berhenti tepat di depan pintu utama, seorang wanita turun dari sana dan berjalan masuk. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sosok yang dia kenali.
'Bagaimana bisa?' otaknya menerka dengan pandangan mata sinis.
Namun, karena datang untuk berbisnis terpaksa Mayang kembali melanjutkan langkahnya menuju meja resepsionis.
Dari kejauhan Hana sudah tersenyum lebar untuk menyambut tamu. Akan tetapi lengkungan itu perlahan surut begitu menyadari bahwa yang datang adalah istri tersembunyi dari mantan suaminya.
Hana bergeming, dan membuatnya mendapat senggolan dari Vanya, karena kini wanita berpenampilan modis itu sudah ada di depan mata.
"Selamat datang di Meditra Group, ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" ucap Hana setelah sadar dan mampu menguasai dirinya. Karena pekerjaan tidak boleh dicampur adukkan dengan masalah pribadi.
"Saya Mayang, kepala divisi pemasaran dari PT. Extra Food, saya ingin bertemu dengan kepala divisi pemasaran kalian, kami sudah ada janji," jawab Mayang dengan nada angkuh juga tatapan yang menantang. Seakan tengah menunjukkan pada Hana—bagaimana berhasilnya dia di dunia karir.
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅