Mencertakan tentang gadis miskin dari desa Senja Rinjani yang menjadi asisten rumah tangga. stelah beberapa tahun bekerja,anak sang majikan Awan Abimana jatuh hati padanya. Cinta mereka sangat manis,meski senja dari kalangan bawah orangtua Awan sangat menyayangi Senja. Apalgi ibu Awan sudah sangat menyayangi Senja sejak awal senja datang kerumahnya sebagai asisten dirumahnya. Nyonya Arumi ibu Awan sangat menginginkan anak perempuan,namun sayang kecelakaan saat Awan masih kecil merenghut rahimnya. itu juga yang menyebabkan awan tidak memiliki saudara. Namun cinta manis mereka tak berlangsung lama setelah Senja melahirkan anak pertamanya Awan bertemu kembali dengan wanita dimasa lalunya. Wanita yang telah menenmani awan sejak lama. Namun mereka harus berpisah saat Awan memutuskan study nya kelyar negri. Wanita bernama Hana itu memilih laki-laki lain yang lebih mapan dan sukses dari Awan. Namun setelah pertemuannya kembali dengan Hana saat Hana menjadi seorang janda hati Awan terus goyah,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Suryandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIDAK JUJURAN
Mobil pun kini telah sampai pelataran butik, Awan memarkirkan mobilnya disana. Tak lupa dia bukakan pintu untuk istrinya itu. Lalu dikecupnya singkat kening Senja, dan Senja pun menyalami suaminya itu memberikan kecupan dipunggung tangan suaminya dengan takzim.
"Nanti kabri Mas kalau mau pulang, kalau sempat nanti mas jemput" ujar Awan pada istrinya.
"Iya mas, tenang saja" ucap Senja.
"Ya sudah, aku kekantor dulu ya. Jaga diri dan calon anak kita baik-baik"
"lya mas, hati-hati" ucap Senja pada suaminya.
Awan pun mengangguk lalu kecupan kecil mendarat dipipi Senja, begitu manis. Dan Awan pun kini sudah melangkahkan kakinya lebar masuk dalam mobilnya. Setelah itu dia memacu mobilnya dengn kecepatan tinggi karena jalanan lumayan lengang. Namun dia tidak pergi kekantornya, melainkan memutar arah. Kini tujuannya kerumah sakit dimana Felisya dirawat.
Selang sepuluh menit berlalu, mobil pun sudah sampai rumah sakit tersebut.
Awan berjalan menuju ruang inap Felisya.
"Tok..tok..tok" Awan mengetuk pintu lalu membukanya.
Senyum sumringah terlihat terukir diwajah cantik Felisya yang sudah nampak mulai segar tidak seperti kemarin saat dia mulai dirawat disini.
Terlihat juga Papa dan Mama Felisya disana, senyum mereka juga mengembang saat melihat Awan lah yang datang keruangan tersebut. Papa Felisya juga sudah terlihat sangat sehatsaat ini, pasalnya laki-laki usia setengah abad itu sebelumnya beberapa bulan lalu menjalani operasi cangkok jantung di Amerika dan membutuhkan perawatan yang juga cukup lama.
"Pagi Wan, senang sekali Om melihatmu" sapa papa Felisya pada Awan.
"Wah luar biasa, sekarang Om Kened tampak sepuluh tahun lebih muda setelah lama tak jumpa" goda Awan pada Papa Felisya itu.
"Hahaha.. Kamu bisa saja menggoda Om, yang ada om sekarang tambah tua. Sini masuklah"! Ucapnya dengan senang.
Awan pun lalu duduk disofa sebelah Om Kened, tak lupa dia menyalami laki-laki itu. Dan juga Mama Felisya disana.
"Kamu nggak ngantor Hon"? Tanya Felisya.
"Habis ini ngantor, jam sepuluh nanti ada meeting" ucap Awan pada Felisya.
"Terimaksih lo nak Awan kamu sudah mau menyempatkan mampir dulu menjenguk Feli disini, padahal kamu sangat sibuk" ucap Mama Feli
"Iya tante, sama-sama" ucap Awan
"Nanti pulang kantor mampir sini lagi ya" pinta Felisya dengan nada manjanya.
"Aku ushakan jika nanti tidak sedang lembur aku mampir sebentar" jawab Awan.
Felisya pun langsung menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Awan.
"Wan, ayo ikut om. Om mau bicara denganmu" ucap papa Felisya
"Iya om" jawab Awan tanpa banyak bertanya apa yang akan mereka obrolkan. Ini pasti hal yang sangat serius menurut Awan.
"Mari kita bicara di coffe shop depan rumah sakit biar enak ngobrolnya" ucap Papa Felisya pada Awan.
Lalu Awan pun bangkit dari tempat duduknya lalu pamit pada Felisya dan juga mamanya.
Laki-laki beda generasi itu sekarang menuju tempat yang mereka rencakan tadi. Setelah mereka sampai disana Awan memlih memesan kopi hitam tanpa gula, begitu juga Papa Felisya.
"Wan, ini masalah Feli" ucapnya membuka obrolan
Dahi Awan pun mengernyit belum paham.
"Ada apa dengan Feli Om" ucap Awan penasaran.
"Om, hanya memeiliki Feli kamu tahu itu. Om mohon menikahlah dengan Feli. Semangat Feli saat ini hanya kamu Wan. Om mohon" ucap Papa Felisya dengan nada mengiba pada Awan.
Jedar Awan begitu kaget dengan permintaan Papa Felisya ini.
Sebenarnya bukan kali ini saja Papa Felisya meminta Awan untuk menikahi putrinya itu, sebelum hubungan Felisya menikah dengan Marco, Tuan Kened pernah beberapa kali memintnya untuk segera menikah. Namun saat itu Awan ingin menikah dengan Feli saat orangtuanya juga menyetujui hubungn mereka. Namun restu tak kunjung diperoleh, dan Tuan Kened terus menyuruh putrinya menikah dengan Marco. Dan sekarang dia pun menyesali kesalahannya itu.
"Itu tidak mungkin Om, sekarang Awan sudah memiliki istri, bahkan istri Awan saat ini juga sedang hamil muda" ucap Awan tegas menolak
"Wan Om tau jika ada orang yang patut diperslahkan atas berakhirnya hubunganmu dan Feli adalah Om sendiri. Om mengakui kesalahan Om itu. Saya juga tau kamu telah menikah, menikahlah kembali dengan Feli. Setidaknya sampai anaknya terlahir Wan, Om mohon" ucapnya memohon
"Om pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dimainkan" ucap Awan.
"Om tau itu, tapi bagaimana pun Om sangat mengharapkan Feli bisa kembali seperti dulu. Dan juga bayinya agar bisa terlahir selamat Wan. Kamu tahu bukan, Om tidak memiliki anak selain Feli. Dan apakah kamu tau betapa bahagianya Om, saat mengetahui akan memeiliki cucu. Terlepas bagaimana calon bayi itu hadir Om sangat bahagia mendapatkan kabar kehamilan Feli. Pertimbangkanlah permintaan Om, jika kamu menyanggupinya lima puluh persen dari Kened Inc Corp. akan Om serahkan padamu" Ucapnya pada Awan
"Tapi om ini tidak benar" ucap Awan
"Ini hanya pernikahan sementara, jika nantinya kamu tidak menghendaki lagi Feli kamu bisa meninggalkannya. Kita buat hitam diatas putih, Pikirkanlah, Om akan memberimu waktu satu minggu ini untuk berfikir" ucapnya pada Awan.
"Baiklah om, beri Awan waktu berpikir. Karena semua tidak semudah yang om ucapkan" kata Awan. Lalu diapun pamit pergi dari sana setelah obrolan mereka selesai disana.
Didalam mobil Awan mengusap wajahnya kasar, kini dia dalam kebingungan. akankah dia menolak atau menerima tawaran Papa Feli. Bukan tentang lima puluh persen saham namun, tentang hatinya sendiri.
Bagaimana pun dia tidak bisa menepiskan rasa sayangnya pada Feli, namun disisi lain cintanya untuk Senja juga sangat besar.
Dari tujuh tahun yang lalu Felisya memang kelemahannya. Sesungguhnya, dia tidak pernah bisa melihat wanita itu dalam kesedihan.
Tak ingin berlama-lama diparkiran Awan pun akhirnya memilih melajukan mobilnya. Kini waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, Awan sedikit terlambat hari ini. Dia pun melajukan mobilnya menuju kantor dalam kecepatan tinggi.
Tak berselang waktu lama Awan telah sampai dikantornya. Disana dia langsung disambut dengan segudang aktifitas, asistennya Ronald membacakan jadwal untuk hari ini.
"Baiklah saya undur diri Tuan" ucap Ronald setelah selesai membacakan apa saja jadwal Awan untuk hari ini.
"Hem" begitulah jawaban Awan dengan matanya masih fokus pada layar monitor komputer yang ada didepannya.
Saat mode serius seperti ini Awan adalah orang yang tidak bisa diganggu.
Hingga tanpa terasa satu jam berlalu, Awan pun meeting dengan clientnya ditemani asistennya itu. Hari ini jadwal Awan begitu padat. Hingga sesaat dia kini bisa melupakan tentang kegundahan hatinya. Hingga waktu tanpa terasa kini menunjukkan pukul empat sore.
Awan pun tancap Gas menuju rumah sakit dimana Feli dirawat. Dia kini melewatkan satu hal tentang Senja, jika dia pun sudah berjanji menjemput istrinya itu dibutik jika waktunya sudah longgar seperti saat ini. Namun dia justru menuju rumah sakit di mana Feli dirawat.
"Hai Hon, senang melihatmu lagi" ucap Feli dengan hati yang bahagia melihat kedatangan Awan. Sedangkan kedua orangtua Feli sengaja memberi ruang untuk mereka berbicara berdua.
"Hai juga Fel, bagaimana kondisimu"? Tanya Awan lalu dia duduk didekat brangkar Felisya.
"Aku baik, seperti yang kamu lihat hon. Dan itu karena kamu. Terimakasih ya" ucapnya dengan senyum yang manis dibibirnya. Senyuman yang selalu meluluhkan Awan.
Lalu Awan pun membelai rambut wanita yang ada dihatinya tujuh tahun itu lembut.
"Tidak masalah, kamu harus segera sehat Fel. Ingatlah hidup ini sangat berharga. Dan malaikat yang sedang ada dirahimmu itu berhak melihat dunia. Percayalah menjadi seorang ibu tidak semenyeramkan yang kamu bayangkan" ucap Awan pada Felisya.
Dan tiba-tiba wanita itu memeluk Awan, air matanya terjatuh begitu saja. Suara isaknya tercekat dan tertahan, namun itu tak berlangsung lama karena suara tangisan itu terdengar di telinga Awan. Awan pun terus membelai rambut Feli dengan sayang.
Awan lalu menghapus air mata wanita itu, dan tanpa aba-aba Felisya mencium bibir Awan. Ciuman itu terasa syarat penuh kelembutan hingga Awan pun terlena dan membalas ciuman Felisya. Perlahan ciuman itu menjadi semakin dalam, semakin menuntut dan semakin brutal. Hingga tanpa sadar tangan Awan sudah menyusup masuk kedalam baju pasien milik Felisya. Memilin ujung benda kenyal milik Felisya itu.
"Ah.." desah Felisya meluncur begitu saja. Lalu menyadarkan Awan, Awan pun lalu melepaskan ciumannya. Wajah Felisya nampak kecewa karena Awan tiba-tiba melepaskan ciuman mereka.
"Ini salah Fel, kita sudah melakukannya dua kali" ucap Awan.
Namun bukannya mendengar Awan Felisya kembali menyambar tengkuk Awan, lalu mencium Awan lebih brutal lagi. Hingga ciuman itu terjadi kembali lagi. Bahkan tangan Awan sudah berada dititik sensitif milik Felisya. Memberikan kenikmatan pada wanita itu.
Sedangkan didalam tas Awan beberapa kali Senja menghubungi suaminya itu. Namun tak ada jawaban dari sana. Sedangkan Pak Supri supir mereka juga tidak bisa menjemput karena harus mengantarkan Nyonya Arumi kebandara. Akhirnya dengan terpaksa Senja merima tawaran Adnan untuk pulang bersama.
"Hon, ini enak sekali" lenguh Felisya. Awan kini sedang menyesap inti Felisya. Tak perduli mereka sedang dimana sekarang. Sedangkan satu tangan Awan memainkan milikinya sendiri. Seolah olah dia sudah tidak bisa menahan hasratnya. Dan tak lama kemudian saat miliknya berhasil menyembur keluar, milik Felisya pun juga menyembur dari inti kenikmatannya. Tanpa jijik Awan menyesapnya hingga tak bersisa. Senyum Felisya pun mengembang sempurna. Lalu Awan membenahi pakaian wanita itu dan juga pakaiannya juga.
"Terimaksih Hon" ucap Feli
"Aku pulang dulu ya, besok aku kesini lagi" ucap Awan kini tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Dia sudah menyingkirkan rasa tidak enaknya karena telah menghianati istrinya itu. Kini satu persatu ketidak jujuran Awan dimulai. Pernikahannya yang masih seumur jagung pun telah ternodai. Dan dia sendirilah yang mulai memainkan api.
Awan pun kini sudah memasuki pelataran rumahnya, betapa kagetnya dia Senja juga keluar dari sebuah mobil. Dia baru ingat berjanji akan menjemput istrinya itu.
Namun rahangnya langsung mengetat saat dia tahu siapa yang mengantarkan Senja pulang. Api cemburu yang sangat besar kini membakar hatinya.