Cinta Senja Untuk Awan

Cinta Senja Untuk Awan

BAB I Cinta Senja Untuk Awan ( Pergi Ke Kota )

Senja Rinjani gadis periang dan berwawasan luas meski usianya masih sangat belia. Dia terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ibunya sudah lama menderita stroke,ayahnya hanya seorang buruh tani diladang milik juragan tanah didesanya.

Senja bercita-cita menjadi seorang guru namun harus dia relakan karena keterbatasan biaya dan keinginannya membantu sang ayah untuk bisa mengobatkan ibunya. Besar harapan senja agar ibunya seperti sedia kala,

Senja sangat menyayangi kedua orangtuanya itu.

Senja sendiri kini masih memiliki seorang adik laki-laki yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Adik laki-lakinya itu masih duduk dikelas VII, Arvian Arsena kerap dipanggil sena namanya.

Sena sendiri sangat menyayangi kakak perempuannya itu,dia tidak tega melihat kakaknya harus merelakan cita-citanya dan berniat bekerja dikota sebagai asisten rumah tangga,namun dia bisa apa?

Saat ini pun dia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Yang dia bisa lakukan saat ini hanya belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh agar bisa mendapat nilai terbaik yang nantinya bisa dia gunakan untuk mengejar beasiswa.

"Belajar yang Rajin,Sen?Senja berucap sambil mengacak rambut adiknya itu. Saat Sena sudah selesai sarapan,sudah sangat rapi dengan seragam abu-abu putihnya itu.

" Siap kak?"senyumnya mengembang dibibir tampannya. Meski masih berusia 11tahun tapi Sena sudah terlihat sangat gagah dan tampan. Perawakan bongsornya menurun dari Pak Ridwan bapak mereka.

"Tapi jangan ngacak-ngacak rambutku dong kak,ini sudah rapi lo?" protes sena,bibirnya mengerucut sebal. Karena kakaknya kini rambutnya kembali acak-acakan.

"Ye..gitu aja marah?" Senja terkikik geli melihat ekspresi adiknya itu.

"Nanti kakak kekota,nyusul bibi mungkin berangkatnya nggak nunggu kamu pulang sekolah?" ujar senja.

"Jadi kakak hari ini mau nyusulin bibik?" tanyanya lagi seakan tidak percaya. Sebenarnya dia juga sudah tau rencana senja untuk kekota dan bekerja disana tapi dia tidak menyangka saja berangkat hari ini. Wajah sedihnya ketara begitu nyata tidak bisa ditutupi. Senja yang melihat itu langsung memeluk adik semata wayangnya.

"Kakak mau yang terbaik buat kalian,kakak harap kamu bisa jagain ibu bapak disini saat kakak dikota. Bantuin bapak saat kerepotan?" Senaja mengelus kepala adiknya dengan tatapan sayang. Air mata yang sedari tadi mereka tahan pun menetes juga. Cepat-cepat mereka menyekanya. Senja dan Sena memang sangat dekat. Hubungan kakak beradik mereka sangatlah kental. Akhirnya Sena pun berangkat kesekolah setelah masuk kedalam kamar ibunya untuk berpamitan. Sedangkan bapak mereka dari habis subuh nampak keluar rumah membawa motor bututnya,mungkin pergi kerumah Paman Ali adik Pak Ridwan. Biasanya jika kesana Pak Ridwan ada keperluan yang mendesak dan benar-benar penting. Karena paman Ali adalah orang sibuk,dia memiliki usaha pengepul hasil bumi dikampung mereka.

Sebenarnya Senja sudah ditawari berkali-kali oleh paman Ali untuk bisa mengenyam pendidikan dibangku kuliah. Namun Senja menolaknya,dia tidak mau berhutang budi kepada siapa pun sekalipun itu saudara. Selain itu Bi Ira istri paman Ali seakan begitu benci melihat Senja. Dia tidak mau menjadi beban pamannya.

Hingga jam sudah menunjukkan pukul 8.00WIB Senja sudah nampak rapi,dia menggunakan Hoodie warna merah muda lembut,celana jeans dan sepatu kets warna putih. Rambut panjangnya sepinggang dikuncir kuda.

Meski Senja tidak menyapu wajahnya dengan make up tebal hanya bedak tipis tanpa perona bibir,dia sudah sangat cantik. Bibirnya merah alami,kulitnya putih bersih,badan mungil namun sintal tak mampu ditutupi olh bajunya meski tidak ketat. Sungguh sangat menarik untuk dipandang. Bahkan penampilan Senja sama sekali tidak menggambarkannya sebagai gadis kampung.

" Bu,Pak senja hari ini pergi kekota nyusul bibi?",pamitnya.

"hati-hati ya nduk kamu kerja disana?",imbuh ibunya. Matanya berkaca-kaca sambil mengelus kepala senja.

"ibu akan sangat merindukanmu Senja?",ibunya itu duduk dikursi roda yang telah usang,sambil terus memandangi wajah putri yang dia sayangi itu. Hatinya begitu berat melepas senja.

Begitu juga dengan Pak Ridwan yang sedari tadi berdiri disamping istrinya. Melihat senja duduk bersimpuh dibawah agar sejajar dengan ibunya itu,sambil menciumi tangan wanita yang bertahun-tahun menderita sakit strok itu hatinya berdenyut nyeri. Sebenarnya di pun tidak tega melihat Senja harus pergi ke kota untuk bekerja apalagi sebagai asisten rumah tangga melihat bagaimana kepandaian putrinya tersebut. Seharusnya diusia Senja saat ini dia sedang menikmati masa mudanya,bersekolah untuk mengejar mimpinya. Namun dia tidak berdaya semakin hari perekonomian keluarga begitu buruk. Apalagi sekarang Pak Ridwan membiarkan Senja Jauh dari keluarga, membuatnya merasa gagal menajdi seoarang ayah yang baik untuk senja. Namun kondisi mengharuskannya merelakan senja,dia berdoa semoga senja nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik.

"Senja...dikota kamu nurut sama bibimu ya nduk? Kerja yang sungguh-sungguh jangan membuatnya malu dan kecewa. Bapak minta maaf padamu Senja karena tidak bisa memberikanmu kebahagiaan seperti teman seusimu?",ucap Pak Ridwan.

"Jangan berkata seperti itu pak? Senja bersyukur memiliki kalian,kalian sangat berharga bagi senja".

Air matanya yang sedari tadi ditahannya kini luruh juga,dengan cepat dia menyekanya. Mereka pun berpelukan dengan erat.

" Samapaikan salamku pada Sena ya Pak,Senja berangkat tidak menunggunya pulang dari sekolah?"Kata senja.

Pak Ridwan mengangguk tanda mengerti,sebenarnya tadi pagi Senja sudah berpamitan kepada Sena,dia berpesan kepada adiknya itu agar sekolah yang rajin. Jika harus jujur berat bagi Senja meninggalkan keluarganya tapi tekatnya sudah bulat dia ingin meringankan beban sang bapak.

"Iya nduk hati-hati ya?" ucap bapak dan ibu Senja serempak. Tak lama travel yang akan mengantarkan Senja ke kota pun telah tiba. Senja masuk kedalam rumah mengambil tas ransel warna hitamnya. Tak banyak yang dibawa senja hanya beberapa potong bajunya karena memang dia tidak memiliki banyak baju. Juga berkas-berkas penting seperti ijazah pendidikan terakhirnya sengaja ia bawa siapa tau itu nanti diperlukannya.

Setelah itu dia menyalami tangan kedua orang tuanya dan menciumnya penuh takzim.

Senja pun naik dalam travel tersebut. Jika jujur hatinya begiru berat,namun dia juga sudah bertekat bahwa dia harus menjdi wanita sukses yang bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Hatinya selalu berdenyut sakit saat melihat Pak Ridwan bapaknya penuh dengan kesulitan. Pak Ridwan sering kali berhutang sana-sini untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka yang terbilang banyak untuk orang seperti mereka. Hasil panen yang tak sebebrapa itu harus dibagi dengan pemilik lahan sama rata. Sedangkan ibunya harus rutin kontrol kesehatan jika tidak stroke yang dideritanya bertambah parah. Belum lagi biaya pendidikan adinya dan masih banyak kebutuhan sehari-hari lainnya yang tidak bisa dijangkau dengan hanya mengandalkan hasil panen saja. Lalu Senja pun melambaikan tangan kepada kedua orangtuanya sebagai salam perpisahan. Senja duduk dibangku deretan kedua dekat dengan jendela. Sengaja dia memilih duduk disana agar bisa bernafas dengan lega,sirkulasi udaranya pun lumayan bagus sehingga meminimalisir mabok perjalanan yang akan ditempuhnya dalam waktu 4jam. Diperjalanan hatinya penuh gemuruh,banyak kekhawatiran yang berseliweran memenuhi pikirannya. Memikirkan kemungkinan yang tidak-tidak. Meski dia berprestasi dibidang akademik namun dia belum punya pengalaman sama sekali dalam bekerja. Apalgi dari cerita Bi Sari bibi Senja rumah majikannya itu luasnya lebih dari luas sawah yang sedang digarap bapaknya. Kadang dia terheran memikirkan bagaimana ada rumah seluas dan sebesar itu. Meski senja juga tau di media-media sosial atau tayangan televisi yang menunjukkan rumah besar nan mewah melik orang-orang kaya yang uangnya tak berseri itu. Tetap saja bagi Senja yang terlahir dari kalangan bawah rasanya sangat luar biasa. Karena pikirannya yang terus berisik itu Senja begitu lelah Akhirnya sekarang senja pun tertidur disepanjang perjalanannya.

Travel yang membawanya sudah menurunkan beberapa penumpang lain selain senja.

Hingga sedikit penumpang saja yang tersisa disana. Layanan travel ini memang sangat memudahkan penumpang karena bersedia antar jemput sampai tempat tjuan penumpangnya,jadi senja tidak perlu naik turun kendaraan umum seperti naik bus umumnya.

Hingga akhirnya kini travel menuju tempat tujuan senja, selang 30 menit travel memasuki kawasan perumahan Elit kota Surabaya. lalu berhenti didepan gerbang rumah dengan pagar besi tinggi bernuansa putih. Rumah itu terlihat sangat mewah,sampai mata senja tak berkedip karena takjub. Senja pun memastikan alamat yang ditujunya sudah benar.

Senja turun dari travel membawa tas ranselnya, dia mengeluarkan selembar pecahan uang merah dan biru lalu memberikannya kepada supir travel tersebut. Tak lupa Senja mengucapkan terima kasih karena sudah diantar sampai tempat tujuan dengan selamat.

Pandangannya tertuju pada pos security yang ada disana dan Langkah kaki senja menuju pos security dipojok gerbang tersebut. Nampak dua security disana sedang duduk bersantai sambil menjaga rumah majikan mereka.

Tatapan mereka beralih ke Senja yang sedang berjalan kearah mereka. Senaja pun dengan percaya diri melangkahkan kakinya kearah dimana security berada.

"Selamat siang Pak, apa benar ini kediaman Tuan Abimana?"

Sapa Senja kepada kedua security tersebut ramah.

"Siang Nona... Benar ini kediaman Tuan Abimana,Nona ini siapa?" Tanya salah satu security.

"Jangan panggil saya nona pak,saya Senja keponakan bi Sari asisten rumah tangga diaini dari desa?

Panggil saja saya senja pak?" jawab senja.

Dua security itu saling tatap seakan tak percaya jika gadis cantik didepannya ini dari desa. Karena sama sekali tidak menunjukkan jika Senja dari desa. Wajahnya terlalu cantik untuk ukuran orang pedesaan. Bahkan penampilannya tidak menggambarkan jika dia gadis desa.

"Oh iya senja... Mari bapak antar kamu kedalam bertemu dengan bi sari?",imbuhnya.

Lalu salah satu security disana membuka gerbangnya dan mengantar Senja kedalam mention tersebut. Semakin menginjakkan kakinya kedalam Senja semakin takjub melihat rumah tersebut.

Hunian bergaya Eropa klasik berlantai 4 yang sangat luas dengan nuansa serba putih. BiBir senja seakan tidak bisa terkatup sempurna karena terus menganga sambil melihat kekiri kanan. Jangan lupakan diselah kiri terdapat hamparan garasi berdinding kaca,disana berjajar sejumlah mobil mewah bak showroom mobil. Menunjukkan seberapa tinggi jelas sosial sang pemiliknya.

"Astaga ini istana negri dongeng versi nyata?"

Gumamnya dalam hati. Namun segera senja menguasai dirinya takut bertemu sang pemilik rumah dan dianggap tidak sopan. Lalu senja menundukkan wajahnya sembari masuk kedalam rumah itu. Terlihat dari dalam bi Sari berjalan tergopoh-gopoh menyambut kedatangan ponakannya. Sedangkan security tadi langsung kembali ketika senja sudah masuk kedalam mention.

"Assalamualaikum bi?",senja menyalami bibinya dan mencium tangannya takzim.

"Walaikumsalam,Alhamdulillah senja akhirnya kamu sampai juga. Bibi tidak tenang sama sekali dari pagi,takut kamu nyasar?"

Ucap bi Sari dengan logat medoknya sembari tersenyum lega melihat kedatangan Senja. Senja pun memeluk bi Sari dengan hangat.

"Senja sudah besar bi..jadi tidak perlu se-khawatir itu?Apalagi bibi memberi alamat sangat jelas. Aku naik travel bukan bus yang harus berganti-ganti bus bi,jadi aman",imbuh Senja.

"Kamu pasti lelah setelah perjalanan lumayan jauh. Sekarang nyonya Arumi sedang keluar arisan bersama teman-teman sosialitanya. Sedangkan Tuan Abimana belum pulang dari kantornya.

Sementara ini kamu istirahat saja dulu...nanti setelah nyonya besar kembali kamu bibi panggil. Ayo bibi tunjukan kamar kamu".

Bi Sari pun menuntun senja kearah paviliun belakang mention tersebut. Letak kamar senja tidak jauh dari kamari bi sari. Lalu bi sari membuka pintunya menyuruh senja masuk kedalam.

"Istirahatlah...bibi akan ambilkan minuman dan makanan untukmu,kamu pasti laparkan?".

Bi sari begitu perhatin kepada Senja. Dia juga menyayangi senja dari kecil. Kenyataan dia terlahir sebagai wanita mandul membuatnya menyayangi keponkan-keponkannya.

Bahkan saat ini bi sari tetap menjada setelah gagal dalam rumah tangganya. Dia enggan menikah lagi karena begitu trauma dengn kisah masa lalunya. Suaminya menikah kembali dan menceraikannya karena dia tidak bisa memberikan keturunan. Senja pun menganggukkan kepalanya,paham apa yang dibilang bi sari.

Betapa terkejutnya senja saat sudah memasuki kamar tersebut. Bagi senja kamar tersebut lebih dari cukup,memang tidak terlalu besar namun sangat bersih. Didalamnya terdapat sebuah kasur ukuran 160cmx200cm yang sangat empuk. Lemari sederhana untuk meletakkan pakaiannya,juga meja rias kecil untuk menata cosmetic. Dibelakang terdapat sebuah kamar mandi kecil yang masih satu ruang dengan kamarnya. Juga ada kipas angin. Senja sangat bersyukur beberapa kali dia menggenjot tempat tidurnya yang begitu empuk.

"Ya Allah ini sulit dipercaya kamar pembantu modelan begini?" gumam sendiri karena masih seperti mimpi disini.

"Bapak,ibu doakan Senja disini bakalan betah kerja,Senja akan membahagiakan kalian?" Senja masih bermonolog dengan dirinya sendiri.

Dirumahnya tidak ada kamar seluas miliknya saat ini,dirumah dia hanya beralaskan kasur lantai tipis. Tidak ada almari ataupun meja rias dikamarnya.

Terpopuler

Comments

Dwi endah Susanti

Dwi endah Susanti

keren di???

2025-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!