Sagara

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Sudah?" tanya Ibu pada Sagara saat keluar dari Masjid berdua dengan Aisyah.

"Sudah, Bu."

"Kita lanjutkan perjalanan bisa?" tanya Ibu lagi yang hanya di balas anggukan kepala dan senyum simpul dari pemuda yang malah justru melirik kearah Aisyah.

Ia tak tahu saja jika wanita yang kecantikannya sedang di sembunyikan itu sudah tahu dengan modus yang Sagara lakukan hari ini.

Ketiga orang itupun lekas masuk kembali kedalam mobil untuk melanjutkan sisa perjalanan yang sebentar lagi seharusnya jika Sagara menjalankan Si kereta besi itu dengan kecepatan normal bukan seperti siput yang membuat Ibu maupun Aisyah hanya bisa mengusap dada dan meluaskan rasa sabar.

"Bisa cepat sedikit kan? agar nanti pulangnya tak sampai malam," ujar Aisyah dari kursi belakang.

"Kata Bapak harus hati hati, lambat tak apa asal selamat," jawab Sagara dengan senyum seringainya, ia sedang mengingat kan Aisyah tentang pesan Bapak sebelum mereka pergi pagi tadi.

"Sudah, tak apa-apa, memang benar yang di ucapkan Sagara, itu juga Amanah dari Bapak kan?" sahut Ibu lagi yang membuat Aisyah tak berkutik.

Sagara yang senang bukan kepalang terus menampakkan senyum di ujung bibirnya yang merah alami karna pemuda itu tak merokok sama sekali meski sebenarnya tak ada larangan dari keluarga besar sekalipun.

Waktu yang seharusnya 20 menit nyatanya berhasil di tempuh oleh mereka 43 menit. Sudah bisa dibayangkan selambat apa mobil itu berjalan.

"Aku belum pulang udah mual duluan, Bu." Aisyah berucap saat turun dari mobil dengan nada kesal.

Sagara yang mendengar itupun hanya tertawa kecil, hari ini ia sedang menjelma menjadi orang yang egois karena memikirkan kesenangan hatinya saja.

"Hari ini juga kamu tak ada acara kan, Nak? jalan jalan sedikit gak apa-apa loh, harimu itu sudah sibuk dengan dunia anak anak beserta dramanya," sahut Ibu, ia tahu beban seorang guru adalah rasa sabar yang luar biasa apalagi yang di hadapi puterinya kisaran anak 4-6 tahun yang moodnya tak bisa di tebak. Seorang ibu kandung saja sering Kelepasan apalagi ini hanya ibu pengganti di sekolah yang bukan 1 anak tapi 10 anak sekaligus.

"Iya, Bu."

Ibu berjalan lebih dulu yang di susul oleh Aisyah lalu Sagara yang tentunya berjarak.

Salam yang di ucapkan oleh Ibu untungnya langsung mendapatkan jawaban hingga dua wanita itu masuk tapi tidak dengan Sagara yang memilih untuk tetap di teras rumah.

"Belum cek Ponsel, ada yang nyari gak ya?" ucapnya pelan sambil merogoh kantong celananya.

Ia raih Si benda pipih baru dan mahal miliknya itu lalu di aktifkan sebab Sagara paling tak suka di ganggu saat dalam perjalanan membawa motornya.

Saat layar ponsel menyala, jangan tanya ada beberapa panggilan tak terjawab dan juga pesan yang masuk, tak hanya dari grup chat tapi juga sahabat dan keluarganya termasuk papanya sendiri. Namun, ada satu pesan yang membuat hati Sagara berdebar dengan hebat belum lagi jantungnya yang serasa mau copot yaitu pesan dari satu nama yang notifnya selalu ia tunggu.

#CalonIstri

[ Assalamu'alaikum, kamu jadi datang hari ini? ]

Jika tak ingat kini ia sedang berada di rumah orang lain, sudah bisa di pastikan mungkin ia akan berjingkrak kesenangan sambil guling-guling tak jelas.

"Kamu kenapa?" tanya Aisyah saat ia keluar lagi dengan nampan berisi minuman di tangannya.

"Eh, enggak. Hem, kamu chat aku pagi tadi?" tanya Sagara dengan wajah masih merah karna malu bercampur senang.

"Iya, aku hanya memastikan saja, aku tak ingin masakanku tak ada yang makan kalau sampai kamu tak jadi datang," jawab Aisyah sambil meletakkan minum untuk Sagara keatas meja lalu menarik kursi untuk sedikit lebih jauh.

"Aku sudah bilang datang ya datang, kamu tak percaya padaku?"

"Aku hanya percaya pada diriku sendiri dan penciptaku," jawabnya yang masih menyimpan rasa kesal meski di balik itu ia pun bersyukur karna sudah selamat sampai tujuan.

"Hem, aku pun sama, aku tak percaya saat ada yang bilang kamu dekat dengan pria lain selama ini," ujar Sagara dengan nada serius.

Dan itu berhasil membuat Aisyah menoleh kearah Sagara yang tersenyum kecil.

"Kenapa?" tanya Aisyah.

.

.

.

Karna aku pun percaya pada diriku sendiri jika kamu terlahir untuk jadi pendampingku..