Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Semakin hari, semakin pusing saja Wulan dengan tingkah keduanya. Baik Wawan maupun Kevin sering muncul dan membawakan barang-barang untuk dia sebagai bentuk perhatian mereka.
Wulan tak tahu harus bagaimana menghadapi keduanya apalagi Wawan, sejujurnya Wulan sudah sering kali meminta Wawan agar tak memanggil dirinya calon istri namun pria itu tetap tak mau merubah panggilannya, bahkan Wulan juga mengatakan kalau dia masih mempunyai suami jadi tak pantas Wawan memanggilnya seperti itu namun justru jawaban Wawan membuat Wulan tercengang.
"Mungkin sebentar lagi kalian akan berpisah, karena aku lihat pria yang mengaku sebagai suami mu itu tidak tinggal dengan kamu,"
"Jadi tidak salah kan aku memanggil mu calon istri karena aku yakin kamu akan berpisah dengan pria itu,"
Mendengar ucapan Wawan yang seperti itu membuat Wulan tak tahu harus apa, dia tak mungkin bilang dia sedang kabur dari suaminya. Ah Wulan semakin pusing di buatnya. Apalagi Wawan begitu gigih mengejar dia, kadang Wulan merasa kasihan dengan Wawan karena Wulan tak pernah berfikir untuk menikah dengan Wawan.
Wulan juga pernah menolak Wawan dengan mengatakan kalau dia tak mencintai Wawan dan jawaban Wawan saat itu membuat Wulan lesu. Wawan mengatakan kalau cinta itu datang seiring waktu. Nah loh Wulan langsung terdiam lesu mau bicara apapun intinya pria itu tak akan menyerah.
Sedangkan Rita dan Vera tak mau ikut campur dengan kehidupan pribadi Wulan dan kalau Wulan meminta bantuan mereka baru bertindak, apalagi saat ini usaha kecil-kecilan mereka berjalan lancar dan barang yang mereka jual cepat habis membuat mereka berdua sibuk.
Malam hari adalah malam yang tenang untuk Wulan karena Wawan maupun Kevin tak akan muncul di depannya saat ini. Ya Kevin sering datang pagi dan pulang siang hari atau datang siang dan pulang sore.
"Ah nyamannya," kata Wulan saat ini berbaring di sofa sambil menonton televisi.
Rita dan Vera juga ikut mendekat ke arah Wulan.
"Nih minum," kata Rita memberikan susu untuk Wulan.
"Terimakasih," kata Wulan tersenyum manis, dia bersyukur karena ada mereka berdua yang selalu menemani dia.
"Kamu kebiasaan sering lupa minum susu," kata Vera menegur Wulan.
"Kamu itu harus jaga asupan gizi buat ponakan aku agar dia tumbuh dengan baik di dalam sana," kata Rita mengelus perut Wulan.
"He he he he he he," Wulan hanya cengengesan.
"Oh ya terimakasih kalian mau menemani ku di sini," kata Wulan membuat mereka berdua menghela nafas panjang. Ya karena bukan sekali dua kali Wulan mengucapkan kata itu.
"Sudah jangan pikirkan, itulah gunanya sahabat selalu ada saat yang di butuhkan," kata Vera memeluk Wulan.
"Hiks hiks hiks hiks hiks, kalau tak ada kalian aku tak tahu harus bagaimana," Wulan memeluk erat Vera sambil terisak. Melihat itu Rita juga ikut memeluk keduanya.
"Kamu jangan berfikir macam-macam yang penting kamu dan ponakan kita bahagia," kata Rita.
Wulan mengangguk dan melepaskan pelukan keduanya.
Rita dan Vera saling melirik, ingin menanyakan sesuatu namun mereka takut Wulan akan sedih. Vera mengangguk meyakinkan agar Rita tak ragu menanyakan kepada Wulan.
Melihat Rita dan Vera saling melirik, Wulan tahu apa yang mereka pikirkan.
"Katakan saja apa yang ingin kalian tanyakan," kata Wulan meyakinkan keduanya agar tak ragu-ragu.
"Wulan apa kamu balikan lagi sama bos Kevin?" Tanya Rita hati-hati.
Melihat Wulan yang terdiam, Vera tahu hati sahabatnya ini tidak baik-baik saja.
Wulan menghela nafas sebelum dia menjawab.
"Aku tak tahu karena hati ku masih ragu," Wulan terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Jujur aku masih takut kalau aku sekarang menerimanya dan perempuan yang bernama Bela itu muncul lagi dan menghancurkan kepercayaan ku lagi," lirih Wulan.
"Kita lihat dulu bagaimana bos Kevin," kata Vera.
"Coba kamu tanyakan tentang Bela kepada bos Kevin, jangan ragu karena kamu tak mungkin selamanya begini tanpa kepastian. Anak kamu butuh sosok ayah," kata Rita dengan bijak.
"Terserah kamu mau pilih suami sah atau calon suami jadi papa anak kamu," kata Vera bercanda.
Wulan mendelik mendengar ucapan dari Vera. "Vera...." Kata Wulan melotot.
"Ha ha ha ha ha ha ha," bukannya takut Vera justru tertawa.
"Iya kalo sama Wawan bonus emak nya," kini giliran Rita meledek Wulan.
"Ish kalian ini gak lucu," kata Wulan dengan bibir mayun. Wulan melirik Rita dengan senyum aneh.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha," Rita tertawa bukan karena senang melihat Wulan yang tertindas namun karena Wulan dengan sengaja menggelitik Rita.
"Ampun, ha ha ha ha ha hentikan," pinta Rita sambil menahan tawa.
"Vera tolong aku," Rita sudah tak tahan sampai matanya mengeluarkan air mata. Melihat itu Wulan menghentikan aksinya.
"Rasain tuh," kata Wulan dengan tatapan kesal.
"Iya deh aku minta maaf, nanti aku tidak bercanda seperti itu lagi," kata Rita menampilkan senyum manisnya.
Vera melihat sudah jam 9 malam.
"Ayo tidur sudah malam," ajak Vera.
Wulan segera mematikan televisi dan berjalan menuju kamar, Vera dan Rita pun sama keduanya menuju kamar masing-masing.
Di tempat lain....
Tok tok tok tok tok...
"Masuk,"
Pria itu segera masuk namun dia tak berani menatap Kevin.
"Ada apa, malam-malam begini kamu menganggu tidur ku. Apa terjadi sesuatu dengan istri ku?" Tanya ta Kevin dengan tatapan tajam.
"Bu-bukan bos, tetapi...." Pria itu ragu untuk berbicara.
"Cepat katakan, tak mungkin kamu menganggu tidur ku kalau bukan hal yang penting," kata Kevin.
Glekk...
"Aku harus bagaimana," batin pria itu takut saat melihat wajah Kevin yang garang itu.
"Cepat katakan," bentak Kevin kesabarannya sudah habis karena bawahannya itu tak kunjung bicara.
"Nona Bela masuk rumah sakit dan dia menghubungi tuan Ray meminta agar bos datang menjenguk nya," kata pria itu dengan ketakutan.
Raut wajah Kevin semakin muram.
"Biarkan saja dan kasih tahu Ray berita apapun tentang Bela, aku tidak mau mendengarnya," jawab Kevin.
Pria itu mengangguk paham. "Baik,"
Melihat Kevin terdiam, pria itu pamit undur diri.
Setelah kepergian pria itu Kevin merebahkan tubuhnya lagi bukannya tidur Kevin justru menatap ke atas.
"Maafkan aku, tugas menjaga mu cukup sampai di sini saja karena aku ingin menjaga hati istriku, kesalahan mu cukup membuatku mati rasa," batin Kevin dalam hati, bukannya dia kejam namun semua itu kesalahan Bela sendiri andai Bela tak melakukan hal menjijikan seperti kemarin mungkin Kevin tak akan bertindak seperti ini.
Kevin sudah berjanji tak akan mengecewakan Wulan, cukup beberapa bulan ini Kevin tersiksa karena kepergian Wulan. Kevin ingin keluarganya harmonis seperti dulu apalagi anak mereka sebentar lagi akan lahir.
Bersambung....
