Anindiya Dianka Putri
Gadis cantik yang harus rela menelan pil pahit di hari pernikahan nya. Sang calon suami membatalkan pernikahan mereka tepat di hari pernikahan mereka karena dia harus menikahi gadis lain setelah empat tahun mereka menjalin asmara namun semua nya hancur dalam sekejap
Sekuat apakah hati Anin menghadapi semua ini, akan kah kebahagian datang menghampiri serta bisa mengobati luka hati yang sedang dia derita dan apakan Anin mau membuka hati nya kembali setelah pengkhianatan itu.
Hingga datang seseorang di hidupnya, mengacaukan kinerja otak nya, mengenalkan diri dengan status yang berbeda dengan diri Anin.
Bagaimana kelanjutan nya apa mereka bisa menerima status satu sama lain
Cerita hasil karya sendiri....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak sengaja bertemu
Mereka berempat kini tengah berada di cafe yang berada tepat di lantai dasar hotel itu.
Anin terlihat sedikit tidak paham saat mereka membahas masalah saham dan bisnis itu memang bukan dunia nya. Tapi lain dengan sahabatnya itu, Lina bukan hanya sering menjadi penyelenggara acara fashion besar seperti ini tapi dia juga sudah terbiasa dengan macam macam bisnis dan masalah perusahaan karena dia berdarah Mahendra.
"Nin...!"
Anin tersentak saat tiba tiba lengan nya di tepuk oleh Lina. Dengan senyum canggung Anine menatap Lina dan dua pria yang ada di hadapan nya sekarang.
"Emm ya.."
"Kamu belum pesen makanan nya kita udah pesen tuh sama pelayan."
Astaga berapa lama Anin melamun sampai sampai mereka sudah selesai ngobrol bahkan sudah memesan makanan siang.
"Emm samain saja sama punya temen saya Mas." Si pelayan menganggung lalu menulis sesuatu di buku kecil yang sudah dia siapkan.
Anin membuang wajah nya ke arah lain saat dia pria yang memeluk nya di lift menatap nya membuat Anin sedikit risih. Oh ayolah Anin bukan gadis munafik dia juga pecinta cogan. Tapi kalau di tatap langsung begitu dengan intens pula siapa juga yang gak gugup plus risih.
Ya yang menjadi sponsor di acara sahabatnya itu adalah perusahaan Damar. Damar menjadi sponsor agar dia bisa memperkenalkan perusahaan serta menarik investor bukan hanya batu bara, perusahaan Damar juga bergerak di bidang garmen dan tekstil.
"Terimaksih pak Damar karena perusahaan Anda sudah mau menjadi sponsor acara kami."
"Sama sama Buk Lina, setidak nya kita saling di untung kan di sini bukan."
Ucapan Damar sedikit tegas namun terkesan sedikit arogan membuat Anin yang mendengar nya sedikit tidak suka.
Namun berbeda dengan Lina, Anin melihat sahabat nya itu hanya tersenyum. Entah itu senyum tulus atau senyum jengkel pada sponsor nya.
"Kalau begitu kami permisi." Dua pria itu bangkit meninggalkan Anin dan Lina yang masih duduk di kursi nya. Namun beberapa saat kemudian Anin dan Lina bangkit meninggalkan meja tempat mereka memesan makanan tadi.
Langkah Anin terhenti saat melihat orang yang tidak ingin dia lihat lagi tengah menggandeng lengan seorang wanita yang tengah menggendong seorang bayi mungil. Namun tatapan nya bukan hanya mengarah pada orang itu tapi juga pada dua pria yang tengah menatap mereka bertiga.
"Aduhh... Kenapa berhenti sih." Anin mengalihkan pandangan nya saat tatapan mereka bertemu. Dan benar saja orang itu terlihat syok saat melihat keberadaan nya di sana.
"Ayo..!" Anin menyeret lengan sahabat nya itu agar cepat keluar dari cafe. Sayang nya pintu keluar dan masuk di cafe itu hanya satu jadi mau tidak mau Anin harus berpapasan langsung dengan orang itu.
"Nin...Bukan nya itu kak Tirta... Sama...".
"Istrinya!"
Anin langsung memotong ucapan sahabat nya itu sekaligus adik sepupu dari mantan calon suaminya.
"Terus?"
Lina menggelengkan kepalanya "Are you okey?"
Anin menatap Lina datar, lalu tertawa sekenan nya. C'mon Anin tidak suka yang seperti ini. Dikasihani satu kata yang paling Anin benci walaupun kenyataan nya dia memang pantas untuk di kasihani.
"Ohoo i'am fine okey, sure!"
Lina tahu kalau sahabat nya ini sebenarnya tidak dalam keadaan baik baik saja. Namun karena tidak ingin melampaui batas nya Lina hanya tersenyum dan mengangguk lalu menggandeng tangan Anin.
"Ayo..!" Anin pun tersenyum hangat pada sahabat nya itu,dengan langkah percaya diri Anin keluar dari cafe dan saat dia keluar dari sana Anin sudah di sambut oleh tatapan sendu seseorang yang pernah mengkhianti sekaligus di cintai nya dulu.
Tanpa menghiraukan tatapan itu Anin menegaskan langkahnya. Dia benar benar tidak ingin ada urusan apa pun dengan orang itu.
"Nindya." Panggilan itu, langkah Anin terhenti saat ada yang memanggil nya dengan panggilan yang sangat dia sukai dulu.
Anin meremas lengan sahabatnya, mencoba menyalurkan rasa sesak yang tiba tiba datang dalam dada nya. Melalui tatapan Anin berusaha meyakin kan Lina bahwa dia baik baik saja.
Dengan hati yang mantap, Anin melangkahkan kaki nya kembali menuju mobil nya. Tanpa memperdulikan panggilan seseorang yang terus berharap agar dia menoleh kebelakang . Oh ayolah masa depan Anin sudah terpampang jelas di depan buat apa lagi dia harus menoleh kebelakang.
Sedangkan orang yang memanggilnya namun tidak sedikit pun mendapat respon hanya menghela nafas nya berat.
'aku hanya ingin kamu memaafkan ku Nindya'
"Kamu baik baik saja mas Tirta."
Orang yang di panggil Tirta itu hanya menganggukan kepalanya. Lalu tatapan nya beralih pada dua orang pria yang tengah menatap pada nya serta wanita di samping nya.
"Mas Damar, apa mas Damar tidak mau maafin mbak Urie. kata mbak Urie dia nyesel udah ninggalin mas Damar."
Damar yang mendengar itu hanya menatap dingin dan datar pada mantan adik ipar nya. Ya istri dari Tirta adalah mantan adik ipar nya yang bernama Utari.
"Sampaikan pada kakak mu, kalau seorang Damarta tidak akan memungut sampah yang sudah di buang."
Dengan langkah arogan dia meninggalkan mereka yang masih mematung mungkin juga marah padanya saat Damar berkata pedas.
"Ck sombong sekali, bagaimana bisa kakak mu mendapat kan suami laki laki sombong seperti itu Tari."
Wanita yang bernama Tari itu hanya menyedikan bahunya acuh. Tanpa banyak bicara lagi dia menggandeng lengan Tirta agar mengikuti nya masuk ke dalam cafe.
Di dalam mobil Anin masih terdiam begitu juga dengan Lina. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Lina tahu kalau saat ini sahabat nya masih terganggu oleh pertemuan nya dengan kakak sepupunya itu.
"Nin...!"
Lina memulai bicara agar suasana di dalam mobil tidak sepi dan hening seperti kuburan baru.
"Ya, ada apa Lin."
Anin menoleh sekilas lalu memfokuskan diri kembali menghadap depan.Suasana jalan yang terkesan macet namun tidak begitu parah membuat Anin harus hati hati serta pelan pelan dalam mengendarai mobilnya.
"Kita mau kemana?"
Anin terlihat berfikir, sembari mengetuk ngetukan jari lentik nya di stir mobil "Nonton yuk, kita udah lama gak nonton bareng."
Lina terlihat antusias mendengar ajakan Anin. Memang benar mereka sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama setelah kejadian itu karena di sibukan oleh kesibukan masing masing dan ini adalah moment yang tepat.
"Film apa? Romantis, komedi, action atau horror."
Lina mengabsen semua genre film yang akan menjadi tontonan mereka nanti. Kayak nya film romantis komedi sangat cocok dengan keadaan saat ini. Film itu bisa menjadi mood booster untuk sahabatnya, apa lagi kalau pas adegan yang uuwwuu pasti suasana hati sahabatnya itu akan kembali pulih setelah pertemuan yang tak di inginkan nya tadi.
"Psikopat kayak nya bagus tuh Lin, siapa tau ada adegan yang bisa di tiru dalam menyingkirkan seseorang tanpa resiko."
Glekk... Lina menelan ludah seret saat mendengar genre film yang di saran kan oleh Anin sahabatnya. Oh jangan sampai sahabatnya yang cantik ini menjadi psikopat dadakan karena di tinggal kawin.
**JANGAN LUPA LIKE VOTE DAN KOMEN NYA YAAAAAA
BONUS PAK DUREN SAWIT, MONGGO ANTRI KALAU MAU MEMILIKI😂😂😂😂😂😂
SEE YOU NEXT PART**....