Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
"Cepet banget tu anak ngoroknya." Abidzar geleng kepala saat masuk kedalam kamar melihat Kinara sudah terlelap. Abidzar ikut berbaring di samping Kinara dan ikut terlelap juga.
"Jika Kakakmu menghubungimu lagi abaikan saja. Dan jangan pernah memberikan dia uang sepeserpun. Walaupun itu uangmu. Jangan lagi menjadi wanita lemah yang selalu mengalah kepda kakakmu itu. Aku sudah kirimkan rekaman telepon kita kemarin dengan dia kepada kedua orang tua kita." ujar Abidzar saat mereka sarapan.
"Apa? Mas Bizar ngasih rekaman ke Ayah dan ibu juga?" kaget Kirana. Abidzar mengangguk santai.
"Kenapa kaget? toh ternyata kedua orang tuamu juga sudah day dengan sifat kakakmu. Dan dia juga mendukung untuk tidak memberikan uang yang dia minta." jawab Abidzar santai.
"Mas, selama ini Ibu dan Ayah gak tau." kesal Kinara.
"Mereka tau. Tapi mereka pura-pura gak tau. Semalam mereka ceritakan semuanya." jawab Abidzar membuat Kinara tak percaya. Bagaimana kedua orang tuanya malah percaya dan membicarakannya dengan Abidzar. Apa yang membuat keduanya malah mendukung Abidzar.
"Jika sampai kamu tetap memberikan uang itu kepada Adisty jangan salahkan kalau aku akan menghukummu." tambah Abidzar saat melihat ekspresi kesal di wajah istrinya.
"Memang aku bocah? Pake di hukum segala."kesal Kinara.
" Aku berangkat duluan Mas. Mejanya biar nanti aku bereskan setelah pulang kantor saja. Soalnya hari ini ada CEO ribet mau kontrol ke lokasi."ujar Kinara bangkit dari duduknya. Abidzar geleng kepala sambil tersenyum miring.
"Apa CEOnya laki-laki?" tanya Abidzar. Kinara mengangguk.
"Apa dia ganteng?" tanya Abidzar kembali.
"Standar. Gak ganteng gak wajah pas-pasan. Kebanyakan pria nyebelin dan bikin emosi." jawab Kinara sambil meraih tangan kanan suaminya dan pamit pergi darisana. Sedangkan Abidzar di buat kesal. Bisa-bisanya dia bilang begitu.
"Astaga. Punya istri ko gamblang banget kalau ngomong." kesal Abidzar.
Hari ini dia memang ada jadwal untuk mengecek lokasi proyek yang di pegang oleh Kinara. Sebelum pergi Abidzar memperbaiki penampilannya. Kemudian dia pergi ke kantor. Sedangkan Kinara sudah tiba di proyek. Pengerjaan proyek kali ini sudah 55%.
"Kenapa CEO sekarang rajin sekali untuk mengecek proyek?" celoteh Kevin saat mereka sedang mempersiapkan data.
"Baguslah. Agar jika ada keluhan lebih gampang untuk di sampaikan. Dan pekerjaan kita juga lebih terkontrol." Jawab Kinara.
"Iya sih. Tapi gak sesering ini kali. Belum ada sebulan dia sudah kesini lagi aja." Ujar Kevin sambil menyeruput kopi yang di bawa oleh Bang Bapak.
"Tapi saya dengar memang dia sering mengontrol setiap proyek yang bm sedang berjalan. Dan memastikan semua sesuai dengan target waktunya." Bang Bopak menambahkan.
"Umur panjang tu orang. Baru juga di ceritain udah datang aja." ujar Kinara saat melihat mobil yang di kendarai oleh Devin tiba di halaman office mereka.
"Bener banget." jawab Kevin. Mereka berdiri dan menyambut kedatangan mereka.
"Selamat Pagi Pak Abi, Pak Devin." sapa Kinara sambil tersenyum. Dia sedikit bingung karena stelan yang di gunakan Pak Abi kenapa sangat mirip dengan stelan yang digunakan oleh suaminya tadi.
"Mungkin kebetulan. Apa seleraku yang pasaran?" Batin Kinara.
"Pagi. Boleh minta kopi. Saya belum ngopi." pinta Abidzar.
"Baik Pak Abi. sebentar saya belikan." ujar Bopak dan pergi darisana.
"Silahkan ini laporannya." Kinara memberikan laporan saat Abidzar duduk di meja kerjanya.
"Saya mau ngopi dulu. Singkirkan dulu laporannya. akan saya cek setelah ngopi dan ke proyek." jawab Abidzar membuat Kinara mendengus kesal di buatnya. Sedangkan Abidzar melihat ekspresi Kinara lewat sudut matannya.
"Ini kopinya Pak." Bang Bopak menyumpan kopi di atas meja Kinara disana juga ada beberapa jenis gorengan yang tadi di beli oleh Kinara. Dengan santai Abidzar mencomot gorengan di depannya.
"Pak Abi itu... Bekas saya, yang sudah saya gigit." Kinara mencegah Abidzar tapi terlanjur sudah masuk kedalam mulutnya. Semua orang juga di buat kaget dengan tingkah Abidzar. Apalagi Devin. Karena tidak biasanya Abidzar seperti itu. Dia kadang pemilih. Di proyek yang lain bahkan dia selalu membawa air minumnya sendiri. Sedangkan disini bahkan dia minta kopi dan yang lebih mengagetkan dia makan gorengan pisang yang sudah di gigit oleh Kinara.
"Kenapa gak bilang daritadi? Apa kamu sengaja?" Tanya Abidzar setelah dia mengunyah dan menelan gorengan pisang di dalam mulutnya.
"Pak Abi langsung hap dan nyamnyam. Apa gak liat kalau ada bekas gigitan di pisang gorengnya Pak?" jawab Kinara.
"Saya maafkan kali ini karena terlanjur tertelan. Lain kali kalau menyuguhkan makanan jangan makanan sisa." ujar Abidzar sambil menyeruput kopinya.
"Ayo kita ke proyek." Ajak Abidzar.
"Silahkan Pak Abi." Bang Bopak memberikan motor yang akan di gunakan oleh Abidzar dan Devin. Sedangkan Kevin dan Kinara menggunakan motor masing-masing. Mereka sudah mempersiapkan sebelumnya. Tidak seperti saat pertama kali. Mendadak dan tak ada kendaraan yang siap.
"Naik motornya masing-masing?" Tanya Abidzar.
"Bapak gak bisa bawa motor? Atau kalau tidak di bonceng Kevin saja." ujar Kinara.
"Kamu fikir saya selemah itu?" kesal Abidzar merasa di remehkan oleh Kinara. Mungkin karena pertama dulu saat dia pertama kali kesini Abidzar terlihat kaku membawa motor. Bukan karena tidak bisa. Tapi karena dia gugup dan tak menyangka akan satu motor dengan Kinara yang saat itu baru dia lamar.
"Ya maaf. Saya gek bermaksud. Mari kita pergi sebelum semakin panas." jawab Kinara membawa motornya terlebih dahulu.
"Awas kamu nanti di rumah." kesal Abidzar. membuat Devin mengerutkan keningnya.
"Maaf tadi anda bilang apa Pak Abi?" tAnya Devin penasaran.
"Gak ada. Kamu mungkin salah dengar. Ayo pergi, mereka sudah jauh." ajak Abidzar membuat Devin berfikir keras.
"Apa Pak Abi dan Bu Kinara ada hubungan? Tapi kenapa Bu Kirana cuek seperti itu? Jika memang mereka ada hubungan?" Batin Devin yang kebingungan dengan ucapan Abidzar.
"Kenapa malah pada ngobrol?" kesal Abi saat melibatkan Kinara sedang mengobrol sambil tertawa bersama dengan Kevin.
"Kami menunggu Anda Pak Abi." jawab Kinara. Abidzar terlihat kesal dan berjalan mendahului mereka di susul oleh Devin yang menatap aneh ke arah Kinara dan Abidzar.
outhor jgn lama2 s abizar jd bedegong na,,, cepet otw bucin akut sm Kirana ya 🫰🫰🫰
salam hangat dan selalu sehat outhor ku 🫶🫶
lope sakebon batur buat outhor 🫶🫶🫶🫶
salam sehat n semangat outhor ku 🔥🔥