Revenge Abandoned Princess

Setelah peristiwa serangan monster itu, mereka kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Kali ini mereka sudah mulai menapaki jalan yang terjal. Salah melangkah maka nyawa akan melayang.

Para penyihir membantu untuk mengamankan jalan. Tapi bukan berarti mereka bisa sesuka sendiri dalam berjalan. Intinya kehati-hatian, dan kewaspadaan adalah hal utama.

" Menyingkiiiiiir!" Ucap Glen ketika ia tahu akan ada longsoran salju yang datang.

Grubuuuuuk

Hal sepeti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali saja tapi sudah beberapa kali. Maka dari itu mereka harus selalu waspada.

Perjalanan yang sama sekali tidak mudah. Namun memang harus dilakukan.

Sesaat Arinsa merasa tidak enak karena seolah-olah semua orang kesusahan karena dirinya. Ia berpikir, karena sebuah ambisi pribadi, dia harus membawa semua orang dalam masalah.

Wajahnya menjadi sedikit muram, dan merasa sedikit putus asa.

Glencia langsung melihat ke arah Arinsa, dia bisa merasakan perubahan raut wajah sera suasana hati milik temannya itu.

" Kenapa Arin?"

" Tidak apa-apa, Glencia."

Tentu saja Glencia tidak percaya dengan ucapan Arinsa tersebut.

" Tidak, kau tidak baik-baik saja. Ada apa, katakanlah."

" Huft, ternyata perjalanan ini tidak mudah. Dan aku membuat semua orang kesulitan. Aku sungguh merasa tidak enak karena melibatkan banyak orang. Apa lagi, ini sama sekali hasilnya belum jelas, Glencia."

Glencia tersenyum tipis. Kini dia tahu apa yang dipikirkan oleh Arinsa. Sudah menjadi hal yang wajar kalau dia tiba-tiba memiliki pemikiran yang demikian.

Dalam situasi saat ini, sebuah hal yang wajar bagi Arinsa tiba-tiba merasa pesimis. Medan yang berat, udara yang sangat dingin serta sesuatu yang belum pasti. Semua menjadikan orang langsung bisa merasakan hal yang pesimis.

" Tidak perlu merasa demikian Arinsa, semua akan berjalan dengan baik-baik saja. Ini adalah bagian dari pekerjaan. Dan mereka dengan senang hati melakukannya."

" Ya, ku harap demikian. Dan aku harap Naga Es itu sungguh ada, sehingga apa yang semua orang disini lakukan tidak sia-sia."

Glencia mengangguk kecil, dia pun tentu berharap demikian. Di juga merasa enggan dengan adanya kerajaan Rou terlebih kepada Ariga.

Pria yang mengaku sebagai pangeran mahkota itu, jelas sama sekali tidak memiliki kapasitas seperti kedudukannya. Meskipun negara kecil, tapi seharusnya dia memiliki kredibilitas yang baik.Tapi ini tidak. Ariga, pria sungguh tidak kompeten di tambah memiliki reputasi yang buruk. Sudah seperi itu, dia terus-terus mengejar Glencia. Sungguh sama sekali tidak menyenangkan.

Perjalanan menuju ke tempat tidurnya Naga Es berjalan selama 3 hari. Mereka sampai di kawah tersebut, akan tetapi tidak ada apapun di sana.

Bruk!

Arinsa langsung terduduk lemas. Dia merasa semua ini sungguh sangat sia-sia belaka.

Perjalanan yang penuh dengan resiko, lama, dan melelahkan, tapi ternyata sama sekali tidak ada hasil yang diinginkan.

" Hiks, semuanya maafkan aku."

Sekuat apapun Arinsa yang datang dari dimensi berbeda, dia tetaplah seroang gadis berusia 18 tahun di dimesi ini. Hatinya tetap bisa merasa kecewa, terlebih hal itu sungguh sangat diharapkan olehnya.

Sreek

" Kau tidak perlu minta maaf. Dari awal memang semuanya tidak ada yang pasti. Dan masih ada cara lain lagi untuk membuat Rou hancur."

Arinsa menatap Glen yang saat ini berjongkok di sebelahnya. Sejujurnya dia sama sekali tidak menyangka bahwa pria yang dingin itu bisa bersikap lembut seperti ini.

" Cara lain?" Arinsa bertanya untuk memastikan.

" Iya cara lain, cara yang sangat efektif untuk membuat mereka tunduk dan hancur."

TBC