Duke, Mari Berpisah

Dalam kereta kuda yang melaju kembali menuju kastil Duke, berkali-kali Grisela harus menahan amarahnya. Matanya menatap ke arah penampilan anak ini. Pakaian mewah yang kotor, rambut pirang dengan pupil mata sebiru lautan. Benar-benar seperti citra penggambaran novel.

Tapi.

"Jadi kamu Grisela Fredrick?" Tanyanya.

"Benar, aku adalah istri dari Duke muda." Jawabnya berusaha tersenyum semanis mungkin. Walaupun hatinya mendidih, sedikit lagi dirinya akan sampai pada tempat dimana tabungan masa depannya berada. Tapi karena putra mahkota sial ini! Segalanya terhambat.

"Masalah monster di wilayah ini, merupakan tanggung jawab Duke. Aku akan memberikan konsekwensi pada Duke yang tidak dapat menjaga keamanan wilayahnya dengan baik." Ucap Putra mahkota, yang baru berusia 10 tahun.

"Begitu? Jika begitu kami akan menerima konsekwensinya. Lain kali, kami tidak akan membagi pasukan wilayah, untuk mengikuti perang. Duke Fredrick, juga tidak harus pergi membela negara. Lebih baik tinggal di kastil dan menjaga wilayah bukan?" Sindiran telak dari Grisela yang masih tersenyum tenang.

"Bukan, itu maksudku. Maksudku, mungkin dapat dipasang tanda peringatan jika di tempat itu terdapat banyak monster." Kembali putra mahkota berusaha tenang menghadapi gadis yang lebih muda darinya ini. Tapi benar-benar menyebalkan saat ada orang yang menyindir dan membantahnya secara langsung.

"Apa kami harus mengubah pemetaan wilayah? Bukankah tempat itu tidak seharusnya menjadi jalur kereta kuda? Mungkin saya harus meninjau ini dengan Duke muda, kemudian memberikan laporan tertulis pada Kaisar." Senyuman masih terlihat.

Gadis ini tidak begitu cantik, bangsawan ibukota banyak yang lebih cantik darinya. Tapi lidahnya begitu tajam, begitu tepat sasaran. Benar-benar membuat kesal.

Biasanya gadis bangsawan lain akan menurut memandang nya dengan malu-malu. Tapi, di depan Grisela, malah putra mahkota malu-maluin.

"Kereta kuda yang kalian siapkan untukku tidak bagus! Hanya kereta kuda untuk rakyat jelata." Kembali putra mahkota protes."Kereta kuda macam apa ini?"

Grisela mengepalkan tangannya, tapi masih tetap tersenyum anggun. Menghela napas."Mohon ampuni kesalahan hamba yang mulia putra mahkota, karena kereta kuda ini tidak begitu bagus."

"Pada akhirnya kamu sadar diri juga!" Putra mahkota benar-benar merasa menang kali ini.

"Karena itu, untuk memperbaiki kesalahanku. Mohon yang mulai putra mahkota turun dari kereta ini. Prajurit akan kembali ke kastil Duke dan membawa kereta kuda yang lebih bagus." Ucap Grisela, kemudian memberikan perintah untuk kusir agar berhenti.

"A...apa yang kamu lakukan!?" Tanya putra mahkota.

"Memperbaiki ketidak sopanan ku. Karena membawa kereta kuda yang tidak begitu bagus." Grisela tersenyum membuka pintu kereta."Mohon yang mulia putra mahkota turun, kami akan kembali dengan kereta kuda yang jauh lebih baik."

Brak!

Putra mahkota kembali menutup pintu kereta dengan kasar."Jalan! Aku tidak peduli dengan kereta kuda lagi." Pada akhirnya mengalah, kenapa sulit sekali berhadapan dengan gadis ini.

Padahal dari tadi gadis ini masih terlihat tenang. Tidak ada sikap kurang ajar, tapi kata-katanya benar-benar menusuk. Tidak pernah sekesal ini rasanya.

Kereta kuda yang kembali memasuki kastil Duke. Begitu luas, taman yang membeku ditutupi salju. Benar-benar tempat yang membosankan. Tapi dirinya harus menunggu hingga prajurit dari istana datang untuk menjemputnya.

Perlahan turun dari kereta. Para pelayan yang mungkin sudah mendapatkan informasi dari kesatria yang kembali lebih dahulu, berderet menunduk memberi hormat pada dirinya. Itulah perlakuan yang pantas untuk putra mahkota bukan.

"Saya memberi hormat pada matahari kecil kekaisaran." Killian menunduk memberi hormat. Senyuman menyungging di wajahnya, matanya menelisik mengamati keberadaan Grisela yang baru saja turun dari kereta. Sedangkan Riel, berada di atas kuda tunggangan bersama seorang prajurit.

Tidak terjadi apapun pada Grisela, benar-benar hal yang melegalkan.

"Duke muda, kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Aku dengar-dengar kamu memiliki penyakit serius. Aku harap tidak menular." Lagi-lagi kata-kata tajam dari sang pura mahkota.

"Mohon maaf yang mulia putra mahkota. Penyakitku berkaitan dengan ketidak stabilan mana. Jadi tidak akan menular. Tapi jika putra mahkota khawatir, aku dapat menghubungi Count Zyan yang berada di wilayah terdekat. Agar yang mulia putra mahkota dapat tinggal sementara di---" Kalimat Killian disela.

Putra mahkota menghela napas."Kalian suami istri sama saja."

"Terimakasih pujiannya." Jawab Killian penuh senyuman.

Sedangkan sang putra mahkota memijit pelipisnya sendiri. Duke William Frederic, dapat dikatakan sebagai pihak netral dalam perebutan kekuasaan.

Ada dua fraksi, fraksi pertama fraksi yang hanya setia pada keluarga kekaisaran. Sedangkan fraksi kedua merupakan fraksi bangsawan, yang dipimpin oleh Duke Moree.

Ada tiga Duke di kekaisaran ini. Tiga keluarga yang berkontribusi dalam pendirian kekaisaran.

Duke Orion, yang tinggal di wilayah timur, merupakan salah satu anggota fraksi kekaisaran. Berbeda dengan Duke Moree.

Duke Frederick sendiri yang memiliki kekayaan paling tinggi, lebih memilih berada di pihak netral.

Dalam perebutan kekuasaan, fraksi bangsawan berada di pihak pangeran kedua. Sedangkan fraksi kekaisaran berada di pihak putra mahkota.

Jadi, dirinya tidak dapat macam-macam jika berurusan dengan bangsawan yang selalu mengurung diri di wilayah Utara ini.

"Aku lelah!" Putra mahkota menghela napas, enggan berurusan dengan Duke muda yang dipastikan akan mati sebelum mencapai usia dewasa.

"Butler kami sudah menyiapkan pelayan dan kamar terbaik untuk yang mulia putra mahkota." Ucap Killian penuh sopan santun.

Biasanya anak-anak bangsawan lain akan melekat dan mencari perhatian putra mahkota untuk berteman bukan? Karena itu sudah pasti Killian akan mengikutinya.

Melangkah perlahan, dirinya berucap."Lain kali, minta istrimu untuk menjaga sopan santunnya. Kamu dengar?" Tanya putra mahkota tanpa menoleh ke belakang, mengira Killian mengikuti langkahnya.

Tapi anehnya tidak menemukan jawaban. Kala sang putra mahkota menoleh ke belakang. Ingin rasanya berucap mereka begitu menyebalkan.

Killian malah menghampiri Grisela. Kemudian bertanya dengan lembut."Kamu tidak apa-apa? Kamu tau, aku sendiri di sini. Aku sempat demam tadi."

"Maaf, aku lama, bahkan aku tidak menemukan bunga perak. Tapi besok aku akan kembali mencarinya dan memetik nya untuk Killian." Kata demi kata penuh senyuman dari Grisela. Mengusap-usap rambut Killian.

Hal yang membuat sang pura mahkota semakin menghela napasnya. Apa bagusnya dekat dengan anak perempuan? Anak perempuan hanya sumber dari segala masalah.

Di ibukota, maupun di istana, semua putri bangsawan selalu memakai pakaian indah untuk merebut perhatiannya. Bahkan ada yang sampai bertengkar. Karena itu anak perempuan hanya sumber masalah. Mereka egois dan aneh.

"Bagaimana kalau setelah ini kita memakan pie apel bersama." Ucap Killian penuh senyuman. Grisela mengangguk, setuju.

"Killian benar-benar manis!" Ucap Grisela gemas

Anak perempuan ini (Grisela) benar-benar berbeda dengan putri-putri bangsawan yang selalu mengejarnya.

***

Bug!

Putra mahkota membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kastil ini tidak semewah istana kekaisaran. Matanya menatap kosong ke arah atas.

"Kenapa anak perempuan itu begitu menyebalkan?" gumamnya mengingat sifat Grisela yang ramah pada Killian. Tapi tajam dan menusuk padanya.