NovelToon NovelToon
Arjuna Bopo Istimewa

Arjuna Bopo Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Keluarga / Spiritual / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:125.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Hanya Membela Diri

"Juna beneran marah itu?"

"Hiii serem banget ternyata kalo marah."

"Orang kayak Arjuna ternyata kalo marah nyeremin ya, biasanya prengas - prenges kok e."

Suara teman - teman Arjuna yang saling berbisik saat melihat Arjuna. Selama dua tahun mengenal Arjuna, bahkan ada yang lebih karena sudah mengenal Arjuna dari SMP, baru kali ini lah mereka melihat Arjuna menampakkan sisi kemarahannya.

"Sekarang maumu gimana?" Tanya Arjuna tanpa mengalihkan tatapan dinginnya dari Sandi.

"Silahkan minta apapun asal jangan Sashi karna aku gak akan ngelepasin dia, terlebih ke orang yang kayak kamu." Imbuh Arjuna kemudian. Ia tentu tak akan pernah rela melepaskan Sashi pada orang seperti Sandi yang tak punya adab itu.

"Kurang ajar! Nantangin kamu, ya." Kata Sandi.

Sandi langsung menyerang Arjuna dengan membabi buta. Arjuna sendiri hanya menghindar, tanpa melayangkan pukulan atau tendangan untuk membalas Sandi. Semua orang yang melihat pertarungan itu pun di buat menganga. Arjuna dengan mudah menghindari setiap serangan Sandi seolah dia bisa membaca setiap serangan itu.

Arjuna sendiri terus menghindar. Ia mengikuti pesan dari Ayah dan Boponya yang sudah melatihnya bela diri sejak ia berusia tiga tahun. Jangan menyerang kalau lawanmu tidak minta di serang, menghindar saja. Kalau kamu dapat satu pukulan, balas juga dengan satu pukulan, kecuali kalau lawanmu yang minta tambah. Begitulah pesan dari Ayah dan Boponya.

"Sialan! Kenapa kamu gak melawan? Kamu takut, hah?" Tantang Sandi yang tak terima karena seolah di ejek dengan gerakan gesit Arjuna yang terus menghindar.

"Kamu mau aku melawan? Oke, kamu yang minta lho, ya. Jangan salahin aku kalo sakit." Kata Arjuna yang kemudian bersiap dengan kuda - kudanya.

Sandi kembali menyerang Arjuna saat melihat Arjuna yang kini siap melawan.

Buuggh!

Sandi langsung terdorong mundur beberapa langkah saat tinjuan Arjuna mengenai berutnya. Pria itu langsung meringis merasakan nyeri di perutnya.

"Woooaaah!!" seru teman - teman Arjuna saat melihat satu pukulan Arjuna yang langsung membuat Sandi mundur. Beberapa dari mereka bahkan bertepuk tangan melihat aksi Arjuna.

Sandi semakin tersulut emosinya, Ia kembali menyerang Arjuna. Dengan cepat, Arjuna pun menyapu kaki Sandi hingga membuat pria itu tersungkur.

"Yaah, celanaku kotor. Bisa - bisa di marah Ibu ini." Ujar Arjuna sambil membersihkan celananya yang terkena debu tanah.

Teman - teman yang melihat tingkah Arjuna, tentu saja menyemburkan tawa. Arjuna yang tak tersentuh oleh pukulan dan tendangan Sandi itu, justru sibuk membersihkan celananya karena takut di marahi Ibunya.

"AAAARRRGGH!" Seru Sandi tak terima. Ia kembali menyerang Arjuna yang sedang membersihkan celananya.

"Jun! Awas, Jun!" Seru teman - teman Arjuna.

Arjuna pun refleks menoleh dan melayangkan pukulan tepat di hidung Sandi hingga membuat Sandi terjengkang dan terjatuh dengan hidung yang mengeluarkan darah.

"Lho! Eee, maaf. Gak sengaja, aku. Jangan ngagetin makanya." Kata Arjuna sambil menghampiri Sandi yang tak sadarkan diri.

"Heh, Mas! Tolongin ini temenmu." Kata Arjuna yang panik karena Sandi pingsan dengan hidung yang mengeluarkan darah.

"Woii, tulungi, Cah!" Pinta Arjuna yang memanggil teman - temannya.

Melihat itu, teman - teman Sandi pun langsung menghampiri Sandi yang masih tergeletak. Tak hanya teman - teman Sandi, teman - teman Arjuna pun turut menghampiri setelah Arjuna meminta tolong.

"Maaf, ya." Kata Arjuna sambil melihat ke arah Sandi yang belum sadar juga.

"Juna!!!!!" Suara melengking yang tentu ia kenal, bergema di lapangan itu.

"Duh Alah. Siapa yang ngadu ini?" Tanya Arjuna sambil melihat teman - temannya.

"Bukan aku, Jun. Sumpah!!"

"Iya, Jun. Gak ada yang ngadu sama Mbakmu, kok." Teman - teman Arjuna membela diri.

"Temennya Mbak Sashi paling, Jun. Kan tadi ada yang beli makan di warung Pakde." Timpal teman yang lain.

"Eh! Sayangku, Mbakku." Kata Arjuna yang cengar - cengir menyambut Sashi yang berjalan tergesa ke arahnya.

"Kamu gelut sama siapa? Mau jadi jagoan kamu, ya?" Omel Sashi.

"Enggak kok, Mbak. Tadi aku gak mau ngelawan, cuma dia yang minta." Jawab Arjuna.

"Udah di bilangin jangan gelut - jangan gelut! Bandel banget!" Omel Sashi sambil menjewer telinga Arjuna.

"AAAA Ampun, Mbaaak!" Seru Arjuna yang tiba - tiba menjadi seperti anak kucing di depan Sashi.

"Bukan aku yang mulai, dia yang ngamuk - ngamuk ngelabrak aku. Tadinya mau tak ajak ngopi, tapi dia gak terima dan malah bikin ribut di warung Pakde." Kata Arjuna sambil mengusap - usap telinganya yang terasa panas.

Sashi pun menghampiri Sandi yang masih di kerubungi teman - temannya.

"Kalian juga, bukannya di bawa ke Puskesmas atau Klinik kok malah cuma di bangunin aja. Lihat tuh darahnya gak berhenti - berhenti, bisa meninggal kehabisan darah nanti, anak orang." Omel Sashi.

Teman - teman Sandi pun segera menggotong Sandi dan berboncengan menuju ke Puskesmas yang untungnya berada tak jauh dari Sana.

Tak hanya Sandi dan teman - temannya, Arjuna bersama Sashi, Dina dan beberapa teman Arjuna pun turut ikut ke Puskesmas itu. Sesampainya di sana, Sandi pun langsung mendapat pertolongan. Sayangnya, Sandi harus di rujuk ke Rumah Sakit yang ada di Kecamatan karena tulang hidungnya patah.

Sashi dan Arjuna bersama teman - teman yang ikut ke Puskesmas pun kembali ikut mengantar Sandi ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, Sashi langsung menghubungi Ayahnya, sementara teman Sandi pun menghubungi orang tua Sandi.

Arsha yang kebetulan sedang bersama Aksa itu, langsung menuju ke Rumah Sakit yang ada di Kecamatan. Arjuna sendiri sedari tadi hanya tertunduk, jantungnya berdegub kencang karena takut di marahi Ayah dan Boponya.

"Astaghfirullah, kamu apain anak orang, Nang?" Tanya Arsha saat menghampiri rombongan anak sekolah yang menunggu di dekat IGD.

"Berantem tuh mereka, Yah." Jawab Sashi.

"Gak sengaja aku ninjunya, Yah. Sumpah!" Kata Arjuna dengan wajah polos.

"Tadi aku lagi bersihin celana, tiba - tiba dia nyerang. Yaudah, aku refleks ninju. Eeh kok pas kena idungnya." Cerita Arjuna.

"Lha kamu kenapa kok berantem to, Nang? Gak pernah - pernahnya gelut, sekalinya gelut kok nyampe Rumah Sakit." Tanya Aksa.

"Salah paham aja, Po. Dia suka sama Mbak Aci, terus ngira aku ini pacarnya Mbak Aci karena aku manggil Mbak Aci, Sayang." Jawab Arjuna.

"Kamu juga jahil sih, Jun." Sergah Aksa.

"Kan bisa bicara baik - baik, to." Kata Arsha.

"Tadinya mau tak ajak ngopi bareng, tapi dia emosi duluan." Sahut Arjuna yang membela diri.

"Kenapa kamu ladenin sih, Dek?" Tanya Sashi.

"Aku udah ngehindar lho, Mbak. Tapi dia gak terima dan minta aku bales serangannya." Jawab Arjuna yang nampak tenang saat di berondong pertanyaan oleh keluarganya.

"Itu ada buktinya kok, Yah, Po. Aku gak nyerang duluan." Kata Arjuna.

Arjuna pun meminjam ponsel temannya yang merekam kejadian tadi dan menunjukkan pada Arsha dan Aksa rekaman vidio itu. setelah melihat rekaman vidio itu, Aksa dan Arsha pun hanya bisa menghela nafas. Tak bisa menyalahkan atau membenarkan perbuatan Arjuna walaupun ia hanya membela diri.

"Aduh, pusing aku, Mas. Ngerasakne polah anakmu." kata Aksa.

"Apa lagi aku, Sa. Makanya aku gak mau nambah anak lagi." Jawab Arsha.

1
Hadi Pratomo
👍
Kasih Bonda
next Thor semangat
Faqisa Sakila
Good arjunaaa 👍👍👍
Reni Setia
waduh,,, gak mau nambah anak 😄
tapi buatnya mau
syora
serba salh jd juna,nglwan salah nggak nglawan mlh mkin geeerrr suasana
semoga sisansan cpt sadar,kcuali mang nggak betes sjk.lhir dia punya otak
klau smpai ngadu ke ortu,sruh aja jdi tmannya si jul jul jule tuh pas dek kyaknya
Amalia Putri
Masak bopo kembar gak nambah lagi kasihan amat bopo Abi sama biyung Runi cucuk nya cuma 6 ya.lanjut thor💪💪💪
syora
mnding kalian bantu doa supaya si sansan ngak dialihkan ke dunia lain
Atik Kiswati
wah....meh gegeran ki....
Santi
tiba2 Arjuna ku up jam segini,bahagia hatiku
Dhina Ragil
mesti sandi beraninya kroyok'an nich..cuihhh..cement..
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
tiniteyok
wahhh seru seruuuuu....😀😀😀ayo ndang gelut Jun 🤣
Nur Wakidah
aduhhh , , , cari mati nih si Sandi 🤣🤣🤣 , , , ben dicelukne bledek kui ngko karo mas Juna ,,,
incha
hadeh sandi salah lawan kamu
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭
widi
kasih paham jun itu mulutnya si sandi
la💪
wis author tersayang lagi kesurupan apa ni tumben gak ada angin hijan geledek jam segini up🤣
FDS: baru dapet wangsit. abis semedi di Grojogan Lengkung /Scowl/
total 1 replies
Ita Xiaomi
Wah Arjuna nak mengundang makhluk apa nih utk datang?
Ita Xiaomi
Kasihan lah mbak Aci, Jun.
Ita Xiaomi
Nah ini buaya dah datang😁
Arin
Tahan emosi Jun. Jangan sampai terpancing. Kekuatan mu tidak bisa di pandang remeh. Takutnya berakibat fatal biarpun cuma sedikit dikeluarkan.
Ita Xiaomi
Bijak nih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!