Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 24_Ketika Pelindung Jauh
Dengan kepergian Arjuna ke London, lingkungan kerja Kirana di Lantai Eksekutif seketika berubah. Perlindungan tidak tertulis dari kehadiran Arjuna menghilang, dan Kirana kembali menjadi sasaran empuk. Karyawan yang selama ini menahan diri, kini memanfaatkan kesempatan emas ini.
Kirana tetap bekerja dengan profesional, mengurus komunikasi Arjuna dan memilah data proyek besar. Namun, perundungan kini semakin terang-terangan dan terorganisir.
Di kantor saat Kirana membutuhkan dokumen yang harus dicetak, printer di ruang kerjanya tiba-tiba kehabisan tinta, dan semua tinta cadangan menghilang. Ia harus berjalan ke lantai bawah, di mana para staf administrasi menatapnya sinis.
"Oh, Nyonya Asisten CEO harus berjalan kaki? Kasihan sekali, Bodyguard-nya sedang libur," bisik salah satu staf keras-keras.
Saat Kirana memesan kopi, ia menemukan garam alih-alih gula di kopinya. Ini adalah trik kecil yang menyakitkan, apa salahnya hingga dia diperlakukan seperti ini.
Yang paling vokal adalah Amara, Manajer Proyek dari Divisi Pemasaran, seorang wanita ambisius yang secara terbuka menyukai Arjuna. Amara merasa Kirana telah mencuri posisi istimewa di sisi Arjuna.
Suatu siang, Amara mendekati meja Kirana.
"Kerja lembur lagi, Kirana?" tanya Amara, nadanya merendahkan.
"Kasihan sekali. CEO-mu di London, tapi kamu masih di sini. Aku dengar dia tidak pernah membawa 'asisten' yang hanya bertugas membuatkan kopi bersamanya ke pertemuan penting." ucap Amara dengan nada mengejek.
"Saya bekerja sesuai tugas, Nona Amara. Saya sibuk," balas Kirana dingin, tanpa mengalihkan pandangan dari tablet.
Amara meletakkan tangannya di meja Kirana, mencondongkan tubuhnya.
"Sibuk? Atau ditinggalkan? Hati-hati, Kirana. Wanita seperti kita yang mengandalkan penampilan, tidak akan bertahan lama di dunia korporat ini. Begitu CEO menemukan mainan baru, kamu akan dibuang." ucapnya lagi.
"Jika Anda tidak memiliki urusan pekerjaan, tolong menjauh dari meja saya. Saya tidak digaji untuk mendengarkan fantasi Anda," potong Kirana tegas.
Amara tertawa sinis, tetapi ia mundur. Perlawanan Kirana semakin memicu kebencian mereka.
Bayu, yang ditugaskan mengurus urusan internal, mulai menyadari adanya sabotase kecil di sekitar Kirana. Ia memanggil Kirana ke kantornya.
"Kirana, aku tahu ada yang tidak beres. Ada banyak komplain tidak jelas tentang kamu, dan aku yakin itu adalah gossip yang sengaja dibuat oleh Amara dan timnya," kata Bayu prihatin.
"Saya bisa mengatasinya, Bayu," jawab Kirana, meskipun ia merasa lelah.
"Tidak, kamu tidak bisa. Aku sudah mencoba. Mereka berani karena Pak Arjuna tidak ada. Dengarkan aku. Jangan pernah menunjukkan kelemahan. Pak Arjuna sudah pergi, dan kita tidak bisa mengganggunya hanya karena masalah internal ini. Bertahanlah sebentar lagi," pinta Bayu.
Kirana mengangguk. Ia tahu ia harus kuat. Ia harus melindungi bayinya dari stres dan harus membuktikan bahwa ia layak berada di posisi ini, terlepas dari pernikahan kontraknya.
Kirana menyelesaikan pekerjaannya tepat pukul lima sore, dengan disiplin yang ketat, sesuai perintah Arjuna. Ia diantar pulang ke penthouse yang sunyi, di mana ia bisa bernapas lega walau hanya sejenak setidaknya tidak bertemu dengan orang-orang kantor.
Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.
Saat Kirana sedang makan malam di ruang makan, pengawal pribadi di lobi menghubungi interkom.
"Nyonya Mahesa, ada seorang wanita yang bersikeras ingin bertemu dengan Anda. Dia mengatakan dia adalah kerabat Anda. Dia tahu nama lengkap Anda dan bahkan nama Ayah Anda," lapor pengawal itu.
Jantung Kirana langsung mencelos, dia pasti Wulan.
Kirana berjalan ke monitor keamanan. Di sana, ia melihat Wulan sedang berdebat keras dengan pengawal di lobi penthouse yang dijaga ketat. Wajah Wulan tampak marah dan putus asa.
"Katakan padanya, Nyonya Mahesa sedang tidak ada di rumah!" perintah Kirana panik.
"Sudah kami katakan, Nyonya. Tapi dia mengancam akan membuat keributan di luar jika Anda tidak keluar," balas pengawal itu.
Kirana tahu, Wulan pasti menyewa seorang detektif amatir setelah insiden lobi. Wulan berhasil melacak alamat tempat tinggalnya yang baru dan mewah ini.
Wulan mengangkat ponselnya, menelepon Kirana.
"Angkat teleponnya, Kirana!" teriak Wulan dari luar.
Kirana menerima telepon itu dengan tangan gemetar.
"Ma, saya sudah bilang, saya tidak punya uang! Kenapa Mama datang ke sini?!" teriaknya dalam telepon tersebut.
"Kamu berbohong! Kamu tinggal di gedung mewah ini! Kamu pasti menikah dengan bos besarmu! Mana uangnya, Kirana?! Kamu tidak akan aman sampai kamu memberikannya!" ancam Wulan.
"Kalau kamu tidak turun sekarang, saya akan teriak sekeras-kerasnya di luar gedung ini bahwa CEO perusahaanmu menyembunyikan istrinya yang hamil dan berasal dari keluarga miskin!"
Ancaman itu menghantam titik lemah Kirana. Jika Wulan membuat keributan dan berita itu bocor, tidak hanya akan menghancurkan reputasi Kirana di kantor, tetapi juga reputasi Arjuna di London, yang sedang dalam presentasi penting.
Kirana memegang perutnya. Ia tidak boleh stres. Ia harus menyelesaikan ini.
Kirana kembali ke ruang tengah, memandang tablet di mejanya alat komunikasi satu-satunya dengan Arjuna. Ia tahu ia tidak boleh mengganggu Arjuna. Proyek di London terlalu penting.
Ia mencoba menghubungi Bayu, tetapi Bayu tidak menjawab.
Kirana berdiri di tengah penthouse yang mewah. Ia sendirian, jauh dari pelindungnya. Ia menghadapi ancaman dari masa lalu yang bisa menghancurkan masa depannya dan bayi yang ia kandung.
Setelah berpikir keras, Kirana mengambil ponselnya. Ia tidak akan meminta bantuan Arjuna, ia akan meminta bantuan suaminya.
Ia menekan nomor telepon Arjuna di London, meskipun ia tahu ini adalah pelanggaran besar.
Arjuna menjawab setelah dering ketiga, suaranya terdengar lelah, tetapi tegas.
"Ada apa, Kirana? Aku harap ini sangat penting. Aku sedang mempersiapkan presentasi terakhirku," kata Arjuna.
Kirana menelan ludah, ada rasa takut dalam dirinya karena sudah mengganggu Arjuna.
"Maafkan saya, Pak Arjuna. Tapi... saya butuh bantuan Bapak. Wulan ada di lobi penthouse. Dia membuat keributan, dan dia tahu saya tinggal di sini. Dia mengancam akan membocorkan rahasia kita ke publik, Pak." ucapnya.
Hening sejenak di seberang telepon.
"Berikan ponselmu pada pengawal," perintah Arjuna, suaranya kini dingin, semua kelembutan yang pernah Kirana lihat menghilang.
Kirana memberikan ponsel itu pada pengawal. Arjuna berbicara singkat, penuh otoritas. Setelah itu, pengawal mengembalikan ponsel itu pada Kirana.
"Nyonya Mahesa, Bapak Arjuna sudah mengutus tim keamanan untuk menangani wanita itu. Beliau juga sudah menghubungi pengacara keluarga untuk menyiapkan tuntutan," lapor pengawal itu.
Kirana merasa lega sekaligus takut. Ia telah mengganggu pekerjaan Arjuna, tetapi ia juga telah diselamatkan.
"Dan satu lagi, Nyonya," kata pengawal itu.
"Bapak Arjuna berpesan: 'Tunggu aku kembali. Kita akan membahas ini.' Beliau terdengar sangat marah."
Kirana gemetar. Ia telah memenangkan pertempuran kecil melawan Wulan, tetapi ia harus membayar mahal saat Arjuna kembali dari London.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti