Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.
"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.
"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"
Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.
"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.
David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.
"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
6
David menepuk tangannya dua kali, memberi kode pada pelayan. Dalam sekejap, air mancur dari tengah kolam renang melesat tinggi ke angkasa. Sea, yang baru pertama kali melihat pemandangan seperti itu, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Ia ternganga lebar, membuat David dan beberapa penjaga di dekatnya tertawa geli.
"Tuan, kok bisa kayak gitu? Tuan pesulap, ya?" tanya Sea, yang baru sadar dari keterpanaannya.
David tampak bingung. "Sulap? Maksudmu?"
"Itu tadi, Tuan! Airnya keluar setelah Tuan tepuk tangan. Pasti Tuan bisa sulap, kan?" goda Sea sambil menaik-turunkan alisnya.
David menelan ludah. Ia ingin sekali mencium gadis itu saat itu juga. Sea terlihat sangat menggemaskan saat menggodanya seperti ini.
"Tidak, Sea. Aku tidak bisa!" jawab David, berusaha mengendalikan diri.
"Tapi kalau kamu mau, aku bisa ajari kamu bikin air mancur kayak tadi. Mau?"
Ada maksud tersembunyi dalam tawaran David.
"Beneran bisa, Tuan?" tanya Sea ragu.
David mengiyakan. Ia menepuk-nepuk pahanya, mengisyaratkan Sea untuk mendekat ke pangkuannya.
"Sini, akan kuajarkan sekarang juga!"
Sea, tanpa sedikit pun curiga, langsung beringsut, menempatkan diri di pangkuan David. Namun, ia sedikit terperanjat merasakan sesuatu yang begitu keras menekan bokongnya, seolah menduduki sebatang kayu.
"Tuan, apa Tuan menyimpan balok kayu disini?" tanya Sea dengan nada polos.
David memejamkan mata erat-erat. Alat vitalnya dianggap 'kayu' oleh Sea. Haruskah ia menangis meratapi nasibnya?
"Ssst, jangan banyak tanya. Sekarang, pejamkan matamu sebentar!" perintah David, mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sea mengiyakan. Ia segera menutup kelopak matanya, patuh pada arahan David.
Wajah David memanas, napasnya mulai tersengal saat Sea sedikit bergerak di pangkuannya. Ia memejamkan mata, berusaha menahan desahan yang nyaris lolos akibat gesekan yang tak disengaja pada 'asetnya'. Tak ingin ketahuan Sea, David buru-buru menoleh ke arah Yudi dan mengangguk.
"Sekarang buka mata dan tepuk tangan dua kali!" perintah David sambil menarik napas dalam-dalam.
Sea mengangguk patuh. Ia membuka mata dan menepuk tangannya sesuai perintah.
Prok, prok
"Wahhhh... Keren banget!" teriak Sea girang sambil bertepuk tangan heboh.
"Tuan, lihat! Airnya keluar! Waaahhh, Tuan hebat banget! Keren!"
Sea memuji sambil terus menatap takjub ke arah air mancur yang berhasil David buat.
David dengan sayang mengusap puncak kepala Sea. Gadis kecilnya itu terlalu polos. Dia sangat mudah dibohongi karena sebenarnya Yudi-lah yang telah menekan tombol agar air mancur itu muncul. Mana mungkin David bisa melakukan hal aneh seperti itu. "Ayolah, Sea, ini bukan negeri dongeng dengan banyak penyihir di dalamnya."
Yudi dan para pelayan yang melihat tingkah lucu calon nyonya mereka hanya tersenyum gemas. Mereka tak menyangka Tuan Muda mereka akan membawa gadis sepolos ini masuk ke rumah.
"Tuan, apa Tuan tidak ada niat membuka lowongan sewa kamar di rumah ini? Kamar di sini banyak sekali, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Nanti bangunannya bisa rusak dimakan rayap lho!" kata Sea setelah berteriak.
David tertegun mendengar ide yang menurutnya absurd dari Sea. Hanya gadis polos ini yang boleh tinggal di rumahnya; selain dia, tidak akan pernah ia izinkan.
"Dari mana ide menyewakan kamar di rumah ini muncul di benakmu?" tanya David, sedikit geli.
"Sayang, Tuan, kalau kamar-kamar ini kosong begitu saja," jawab Sea polos.
"Lantas, bagaimana kalau kamu saja yang menempati salah satu kamar disini? Tinggal bersamaku?" David mencoba menawarkan.
" Katakan ya, Sea. Malam ini juga akan kurancang kamar impian untuk kita berdua, batin David penuh harap"
Sea menggeleng pelan.
"Gajiku sebagai pelayan tidak akan cukup untuk membayar sewanya, Tuan. Aku bisa bangkrut dan kelaparan jika tinggal di sini," jawabnya jujur.
David merasa sedikit kecewa karena Sea menolak tawarannya. Gadis itu benar-benar tidak peka. Padahal, ia menawarkan tempat tinggal, bukan sekadar menyewakan kamar.
"Kamu mau makan sesuatu?" tanya David, mengingatkan janji sebelumnya.
Sea mengangguk antusias.
"Mie goreng," jawabnya singkat.
"Tidak dengan mie goreng," balas David.
"Ayolah, Tuan! Aku penasaran banget sama rasa mie goreng itu. Sebenarnya aku mampu membelinya, tapi aku nggak punya tempat buat memasak. Tuan... tolonglah! Aku janji akan membayar nanti. Ya?" Sea merengek sambil mengedipkan mata.
David tersenyum sendiri. Kesempatan ini memang sangat menguntungkan baginya.
"Jika kamu bermalam disini, kamu akan mendapatkan mie goreng itu!"
"Setuju!"
David terkesiap.
"Apa kamu yakin ingin bermalam disini?" tanya David dengan keraguan.
Gadis kecil itu benar-benar mengagumkan. Dengan cepat ia setuju, tanpa menyadari bahwa ia sedang memasuki sarang singa hanya demi seporsi mie goreng. Sebenarnya, seenak apa makanan itu?
"Iya, Tuan. Bukankah tadi Tuan sendiri yang menawarkan?" jawab Sea dengan polos.
"Baiklah, lakukan sesukamu."
David segera menurunkan Sea dari pangkuannya dan mendekati Yudi.
"Apakah benar ada hidangan bernama mie goreng?" tanyanya dengan heran.
"Di rumah ini?" tanya David sambil melirik ke arah Sea yang sedang bermain air.
Yudi mengangguk.
"Buatkan yang paling spesial untuk calon nyonya kalian. Aku ingin dia tertidur karena kekenyangan!"
"Baik, Tuan Muda. Sesuai keinginanmu!" jawab Yudi kemudian bergegas pergi ke dapur bersama para pelayan.
Sambil menunggu makanannya datang, David mengajak Sea untuk berjalan-jalan ke arah taman. Dia terus saja dibuat terpesona oleh kepolosan Sea yang tidak malu untuk mengakui kekagumannya terhadap rumah tersebut. David baru mengajak Sea kembali ke pinggir kolam renang setelah Yudi mengatakan kalau makanannya sudah siap. Dengan tatapan mendamba, David menemani Sea menyantap mie goreng yang dia inginkan. Sampai akhirnya Sea tertidur dalam pelukannya karena kekenyangan setelah menghabiskan semua makanan yang ada.
*****
"Sea, aku tidak akan pernah melepaskanmu dari rumah ini. Mulai malam ini, kamu adalah Nyonya Radeya, calon istri sah dari David Radeya," bisik David sambil membelai bibir Sea.
Sea menggeliat saat bibirnya disentuh lembut. Tanpa sadar, kakinya naik dan menyentuh bagian bawah perut David yang langsung menegang, wajahnya memerah padam.
"Jangan siksa aku begini, Sea. Kamu sudah masuk terlalu dalam!" desis David tertahan, rahangnya mengeras berusaha mengendalikan diri.
Tak kuasa menahan gejolak dalam dirinya, David akhirnya bergegas menuju kamar mandi. Ia harus segera meredakan hasratnya yang membara.
"Tahanlah sebentar. Tak lama lagi, kamu akan menemukan tempatmu. Penderitaanku pun tak kalah hebat darimu. Bisakah kamu memberiku waktu sedikit lagi, ya?"
Keesokan harinya...
Sea meregangkan tubuh sambil menjulurkan tangannya ke atas. Lalu, ia mengucek matanya yang baru terbuka.
"Selamat pagi," sapa sebuah suara.
Sea menoleh dan mendapati bosnya serta beberapa orang lain berada di kamarnya. Alisnya bertaut, merasa heran.
"Kok Tuan bisa ada di kamarku?" tanya Sea, bingung.
David tersenyum lembut. Ia duduk di tepi ranjang Sea, menyodorkan segelas susu hangat yang khusus dibuat untuknya.
"Bicaranya nanti saja. Sekarang, habiskan dulu susu hangat ini!"
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak