Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak perempuan
Paviliun kehangatan,
"Nanti malam terbangkan empat lampion di atas jembatan. Lukis juga daun murbai di setiap sisinya." Wanita berbalutkan gaun hijau daun bambu duduk santai di dalam ruangan. Kipas bambu di anyunkan pelan membuat angin membelai lembut wajahnya. "Tunggu." Dia menghentikan pelayan yang akan pergi dari ruangannya. "Tambahkan juga satu buah murbei."
"Baik." Pelayan laki-laki itu pergi setelah mendapatkan perintah dari salah satu Nona nomor satu di paviliun kehangatan.
Beberapa saat setelah pelayan itu pergi seseorang masuk kedalam ruangan. Pria berjubah hitam dengan topeng di wajahnya. "Kamu cukup nyaman hidup sebagai wanita murahan?" suara itu menekan.
Wanita itu bangkit berlutut di hadapan Tuannya. Dia menundukkan kepalanya tidak berani melihat wajah di balik topeng. "Tuan."
"Kamu sudah mendapatkan informasi yang aku inginkan?"
"Saya sudah mendapatkannya. Menteri pendapatan Feng Shui memiliki dua anak laki-laki, tiga anak perempuan. Nyonya utama bersama empat selir lainnya tinggal saling berebut tempat kedudukan. Dua puluh pelayan wanita, enam puluh delapan penjaga kediaman. Total semua orang yang ada di dalam kediaman sembilan puluh sembilan," jelas wanita itu tanpa adanya kekurangan.
Pria berjubah itu menatap dingin. "Jangan sisakan yang hidup." Dia membalikkan tubuhnya berjalan pergi. Saat pintu akan di buka, "Satu yang hidup. Nyawa mu tidak bisa di pertahankan lagi."
"Baik."
Pintu di tutup rapat saat pria itu telah pergi. Wanita di lantai bangkit menatap tajam kearah jendela yang langsung memperlihatkan jalan utama. "Semoga kamu dapat menerima pesanku."
Di malam itu juga wanita pembunuh melakukan aksinya. Di malam penuh kabut dia telah berdiri di atas atap kediaman Menteri pendapatan Feng Shui. Bilah tajam pedang berkilat di bawah cahaya rembulan.
Dia melangkah tanpa suara menyergap pria yang ada di dalam kamar bersama selirnya.
Sseettt...
Darah mengalir setelah sayatan fatal di bagian leher di lakukan.
"Aaaaa... pembunuh," teriak kuat selir itu saat melihat suaminya telah di bunuh.
Ssppll...
Pedang menembus perutnya hingga ke tulang belakang.
Sseeee...
Buuurr...
Darah menyembur saat pedang di hunus dari tubuh Selir.
Teriakan itu membuat para penjaga berdatangan. "Ada pembunuh." Pedang di hunus dari sarungnya. Para penjaga langsung menerobos masuk ke dalam kamar tuannya.
Bbree...
Satu tendangan membuat satu penjaga terpental.
Ssreett...
Dua sayatan leher dia dapatkan.
Dooreee...
Tiga penjaga terjatuh menabrak dinding kamar setelah tusukan pedang mengenai bagian tubuh mereka. Darah menyiprat kesegala arah membuat genangan kecil di sepanjang jalan kecil di dalam kediaman. Setiap tebasan yang wanita pembunuh itu lakukan selalu tepat sasaran. Kini hanya tinggal tiga orang saja yang masih harus dia selesaikan. Dia mencari kesegala tempat di kediaman Feng. Dan di dalam salah satu ruangan terdapat Nyonya Feng bersama putranya yang masih berusia sepuluh tahun dan selir ketiga. Mereka terlihat sangat ketakutan melihat pembunuh sudah menghadang di depan pintu masuk tanpa ada orang yang datang membantu melawan.
Saat dia melangkah mendekat,
Ttrreengg...
Tangkisan terdengar saat benda tajam di lemparkan dari arah belakang. Dia menatap seseorang yang telah berdiri berbalutkan jubah hitam seperti dirinya. Senyuman di balik kain penutup wajah itu mengembang perlahan. Orang yang di harapkan benar-benar datang. Dia berlari mendekat membuat perlawanan sengit tanpa henti.
Suara dentuman pedang terus terdengar menggema di halaman depan. Tiga orang di dalam ruangan hanya dapat memeluk satu sama lain penuh rasa takut.
Sellppp...
Buurrr...
Darah menyembur setelah pedang menembus jantung wanita pembunuh. Dia meraih tangan di dekatnya. "Anhe. Terima kasih telah datang. Akhirnya kebebasan ini menjadi milikku." Dia terjatuh dengan hembusan nafas terakhirnya.
Dari dalam ruangan, ketiga orang itu keluar berlutut memberikan hormat mereka. Rasa syukur dan terima kasih tidak dapat di ungkapkan hanya melalui kata-kata saja.
Orang dalam kegelapan itu hanya mengangguk pelan dan pergi meninggalkan kediaman yang penuh dengan jasad.
Di malam yang sama, dua jam setelahnya.
Li Anhe masuk kembali ke dalam kamar. Setelah hari pernikahannya suaminya memutuskan untuk tidur di kamar lain. Dan gadis itu menjadi lebih leluasa untuk melakukan pergerakannya. Penjagaan di kediaman Raja kecil cukup ketat. Tapi tentu tidak dapat menghalangi kegesitan Li Anhe dalam mengecoh pergerakan pengawal.
Pelayan Bi er masuk ke dalam kamar setelah melihat lampu kamar Nyonya mudanya masih menyala. "Nyonya muda, sudah malam kenapa belum tidur!" Dia mencium bau amis darah yang cukup kuat. Pelayan Bi er tidak bertanya lebih jauh. "Saya akan menyiapkan air hangat untuk mandi." Pelayan Bi er keluar dari ruangan kamar.
Li Anhe melepaskan baju luarnya menyimpannya di ujung ruangan di tumpuk dengan beberapa pakaian lainnya. Dupa wewangian juga di tambahkan untuk menyamarkan bau darah di dalam ruangan.
Sekitar tiga puluh menit pelayan Bi er datang ke dalam kamar Nyonya mudanya. "Nyonya muda air hangat sudah siap."
Li Anhe mengangguk mengerti. Dia berjalan menuju pintu di ujung ruangan kamar yang terhubung langsung dengan kamar mandi. Kepulan asap dari bak mandi memenuhi ruangan membuat kehangatan. Gadis itu membiarkan tubuhnya berendam cukup lama. Sedangkan pelayan Bi er membereskan baju Nyonya mudanya bersama tumpukan baju lainnya. Setidaknya dia harus merendam baju agar bau amis dan anyir tidak tercium lagi.
Sekitar jam tiga pagi, Li Anhe keluar dari dalam kamar mandi. Dia memakai baju tidurnya duduk di dekat jendela menatap cahaya rembulan yang masih sangat cerah. Sebenarnya dia tidak ingin membunuh rekan yang telah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Namun wanita itu justru meraih pedang di tangannya menariknya kuat masuk ke dalam jantungnya. Di saat itu Li Anhe sangat terkejut dia ingin menariknya agar tusukan pedang tidak terlalu dalam.
Namun wanita itu berkata, "Jika kamu tidak membunuhku saat ini juga. Mereka akan menyiksaku tanpa henti sepanjang hidupku."
Dan memang itu lah kenyataannya. Jika pembunuh tidak dapat membunuh hanya siksaan yang ia dapatkan sepanjang hidupnya. Karena ia telah menjadi budak buangan. Lebih baik terbunuh di saat gagal melakukan pembunuhan dari pada di tarik kembali ke kamp rahasia. Hanya neraka yang akan mereka dapatkan di sana.
"Kakak apa hubungan mu dengan keluarga Feng? Sehingga kamu harus mengorbankan nyawa mu hanya untuk menyelamatkan mereka." Kabut samar terlihat di kedua pandangan mata Li Anhe. Dia mengambil kertas yang telah ia terima dari wanita itu. Saat dia membukanya ada beberapa nama yang akan menjadi sasaran baru para pembunuh. Tatapan mata gadis itu menajam seperti bilah pedang. "Mereka ingin membalikkan kekaisaran." Meremas surat lalu membakarnya di atas bara api kecil pada lilin di depannya.
Pelayan Bi er datang lagi membawa air jahe hangat.
"Bi er, kamu juga harus istirahat." Li Anhe menatap hangat kearah pelayannya.
"Baik." Pelayan Bi er pergi setelah mendapatkan perintah dari Nyonya mudanya.
Gadis di dalam ruangan itu merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat kaku. Dia menyandarkan tubuhnya sembari menyaksikan kumpulan awan di langit malam yang perlahan terlibat menyatu lalu menyebar kesegala arah.
semangat dan sehat selalu
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
lanjut