NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Ima tampak berhenti berlari di tengah trotoar yang masih basah oleh embun pagi. Nafasnya terengah-engah, dadanya naik turun seiring udara pagi yang ia hirup dengan terburu-buru.

Ia berdiri di sana, diam, menundukkan kepala. Jemarinya mengepal di sisi tubuhnya, menahan gemetar yang perlahan menjalar. Wajahnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam, matanya berkilat menahan air mata yang hampir jatuh. "Kenapa... kenapa aku ditolak? Rupanya memang benar, aku tidak seharusnya menyampaikan perasaanku dengan buru-buru..." Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan emosi yang hampir meledak.

Namun, tiba-tiba, sebuah sentuhan di bahunya membuat tubuhnya menegang. Sentuhan itu cukup kuat untuk menyadarkannya sejenak. Ima menoleh dengan cepat, matanya membesar karena terkejut. Di hadapannya berdiri Regis, terengah-engah, seolah baru saja berlari mengejarnya. Keringat tipis tampak di pelipisnya, rambutnya sedikit berantakan karena angin yang sejuk berembus cukup kencang.

Ima langsung mundur, refleks menjauh. "Kenapa kamu mengejar ku?!" suaranya terdengar panik, tapi juga dipenuhi kebingungan.

"Tentu saja aku mengejar mu! Kau bersikap seperti melarikan diri, apa aku tidak khawatir?!" suara Regis terdengar tegas, nyaris seperti bentakan. Tatapan matanya tajam, menembus keraguan yang berusaha Ima sembunyikan.

Sejenak, udara pagi terasa lebih hening. Ima tak bisa berkata apa-apa, bibirnya sedikit terbuka, tapi tak ada satu pun kata yang keluar. Jantungnya berdegup kencang, entah karena gugup atau terkejut dengan ketegasan Regis.

Regis tampaknya menyadari bahwa ia hampir kehilangan kendali. Ia menarik napas panjang, menenangkan dirinya sendiri sebelum berbicara dengan suara yang lebih lembut. "Lio Zheng pasti punya alasan yang lebih baik. Anggap saja itu tidak pernah terjadi, dan jangan terluka..." ucapnya dengan nada yang lebih datar, meskipun sorot matanya sedikit melembut.

Ia berbalik, berniat untuk pergi. Langkahnya baru saja akan bergerak menjauh, namun tak disangka, Ima dengan cepat meraih tangannya.

"Tolong jelaskan semua ini," Ima menatap memohon membuat Regis terdiam dan menghela napas panjang.

"Zheng buta karena suatu kecelakaan. Dia sebenarnya seorang polisi yang sedang menyamar saja termasuk aku."

"Hah... Kalian berdua polisi??!!" Ima terkejut sendiri.

"Kami lebih tepatnya rekan penyamaran. Di kampus ada seorang kriminal yang sedang kami cari. Tapi atasan kami bilang pelaku itu ada di jalanan jadi aku selalu pulang ke halte bersamamu untuk mencari target kami. Lio Zheng memiliki pendengaran dan penciuman yang bagus, dia bisa melakukan apa apa sendiri dan mengenali di setiap aroma orang lain."

"Jadi karena itu dia langsung tahu aku ketika aku di samping nya," pikir Ima.

"Kami hanya sementara disini sampai target di temukan."

"Tapi... Kenapa kau di curigai kriminal saat itu?"

"Sebenarnya aku tak sengaja menembak korban karena aku benar-benar melihat pelaku di depanku. Jadi mau gimana lagi, aku lari saja hingga kau menyelamatkanku, saat itu aku takut kau akan ketakutan melihat bibirku yang memiliki bekas luka sayatan ini. Rupanya aku salah, sekarang kau tidak takut dan malah menantang ku," kata Regis lalu Ima menjadi tersipu malu.

"Ehehe maaf... Kupikir kau juga seorang penjahat, sejak pertama bertemu, kamu benar-benar misterius tapi setiap kita bertemu, aku mulai berharap bahwa kita bisa bicara lebih," tatap Ima.

"Itu yang dinamakan perasaan serasih, sebelum nya juga aku tak pernah memiliki rasa yang seperti ini bersama dengan seorang wanita, ketika melihat mu, mungkin tidak ada salah nya jika menuju ke tempat yang serius dengan mu," kata Regis membuat Ima terdiam, kini bicara mereka mulai akrab.

Tapi Ima kembali terdiam masih mengingat perkataan Lio Zheng tadi. Ia mengusap pipinya dan menghirup udara panjang. "Hm... Aku... Aku harus pergi dulu ya... Mas Regis," tatap nya.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Regis menatap, dia mengambil sesuatu dari sakunya yakni sapu tangan.

Sapu tangan itu berwarna hitam dan putih dengan corak yang begitu realistis.

"Aku... Aku tidak perlu, terima kasih," Ima menolak nya dengan perasaan tidak nyaman.

"Oh, ayolah gadis, kau tidak perlu bersikap begitu padaku, aku akui aku orang nya memang menggunakan nada begini, tapi anggap saja aku sama seperti mereka yang menggunakan nada akrab," Regis menatap.

Tapi Ima terdiam, Ima menatap luka di bibir Regis, di saat itu juga dia kembali mengingat perkataan Lio Zheng tadi. Tiba-tiba saja, "Hu!! Hiks... Akhh..." Ima malah menangis keras membuat Regis terkejut.

Bahkan semua nya menatap ke arah nya.

"He... Hei, kau baik-baik saja? Maafkan aku jika membuat mu menangis," Regis menatap panik.

"Hiks... Hiks... Aku tidak mau hidup lagi!" teriak Ima ke Regis yang terkaku. Seketika Ima berlari pergi lagi.

"Hei, tunggu... Astaga, gadis itu benar-benar tidak bisa di pahami," Regis langsung mengikutinya.

Ima berlari ke kamar mandi umum di kota itu. Ia membasuh wajah nya dengan air di wastafel. Lalu menatap wajahnya di kaca. "Hiks.... Hiks... Kamu pikir selama ini aku membantu mu juga untuk mendapatkan hati mu, dan sekarang ketika aku mengakui perasaan ku, dia malah menolak ku... Hiks.... Kurang apa aku!!" Ima masih tetap menangis.

Kemudian, beberapa jam berlalu, dia keluar dari kamar mandi itu dengan mata yang agak bengkak.

Ketika membuka pintu dan sudah di luar, ada yang mengatakan sesuatu.

"Gez... Lihat dirimu ini benar seperti anak kecil saja," kata orang itu, seketika Ima menoleh ke samping dan terkejut.

Karena di sana ada Regis, Regis yang sudah bersandar menyilang tangan nya menunggu Ima dari tadi.

Ia lalu mendekat dan mengulurkan sapu tangan, ia menundukkan sedikit badan nya dan mengusap perlahan bawah mata Ima membuat Ima terdiam dengan tatapan kosong dan masih melongoh.

"Lihat ini, mata milik mu jadi agak bengkak," Regis menatap serius. Setelah selesai, dia menyimpan kembali sakunya dan memperbaiki helaian rambut Ima.

Ketika sudah rapi, Regis tersenyum kecil. "Ini baru gadis manis yang aku kenal," ia memegang dagu Ima dengan begitu lembut.

Hal itu membuat Ima menebalkan alis nya dan langsung menampar tangan Regis membuat Regis terkejut menarik tangan nya, ia bahkan sekarang memasang wajah bingung kenapa Ima menampar tangan nya.

"Jangan sentuh aku... Kau benar-benar pria kriminal itu... Tidak pantas bersama ku," tatap nya dengan kesal.

Seketika, hati Regis seperti tersambar petir membuat nya memegang dada nya, di bayangan nya dia seperti batuk darah.

"Sialan... Itu kalimat yang menyakitkan..."

Ima melempar tatapan tajam membuat Regis tidak nyaman. Lalu Ima berjalan pergi.

"He... Hei, Ima…" Regis memanggil. Seketika Ima berhenti karena Regis memanggil nama nya itu dengan nada dari nya.

"Kau... Memanggil ku?" Ima menoleh.

"Ah iya kan, nama mu Ima kan?" Regis melangkah mendekat, dia mengulur tangan. "Atau kita harus melakukan perkenalan lagi?"

Tapi Ima membuang wajah dan berjalan pergi begitu saja membuat Regis terdiam kaku, ia mengepal tangan nya. "Ha... Apakah gadis tidak suka pria dewasa...?" gumam nya dengan kecewa.

Ima hanya berjalan pergi. Tapi tiba-tiba saja ada yang memegang tangan nya membuat nya terputar menatap orang itu yang rupanya yang menariknya, siapa lagi jika bukan Regis, dia benar benar belum menyerah.

"Ima, ini aku, Regis... Kenapa kau bersikap begini, apa salah ku?" Regis mulai menatap serius.

"Lepaskan aku!" Ima melepas tangan Regis, dia berjalan pergi tapi siapa sangka. Ia terdiam menghentikan langkahnya, karena melihat sesuatu yang membuat nya terpelongoh begitu.

Rupanya yang dia lihat itu adalah Lio Zheng yang berhadapan dengan seorang wanita yang cantik dan siapa sangka wanita itu adalah wanita yang bersama dengan Lio Zheng saat itu, masih ingat ketika Ima pertama kali kecewa hanya karena melihat Lio Zheng berhadapan dengan wanita di salah satu lorong dan mereka bicara sambil tertawa dan tersenyum senang satu sama lain.

"Itu..." Ima meremas tas ransel yang ia bawa di pundak nya.

Hingga ia harus meremas nya sangat kuat sekuat emosinya karena melihat Lio Zheng di cium bibirnya oleh wanita itu dan wajah Lio Zheng tampak tersenyum senang.

"Lio Zheng..." Ima gemetar menatap itu, benar-benar tidak menyangka, kejadian itu ada di depan kampus.

"Kenapa... Kenapa ini begitu... Sakit," Ima menundukkan pandangan dan di saat itu juga ia menangis.

Tapi tiba-tiba saja, Ima terkejut sebentar karena seseorang merangkul nya dari belakang, sebuah tangan besar itu melingkar di pundak nya dan memutar tubuh Ima untuk mengalihkan pandangan itu, dia memeluk Ima langsung membuat wajah Ima tertutupi oleh dada orang itu yang tak lain adalah Regis.

"Aku mengerti hal ini, gadis seperti mu memang akan selalu egois untuk mendapatkan seseorang yang kau sukai, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah sebuah takdir, jika dia tidak suka padamu maka jangan mencintai nya tanpa alasan apapun... Cukup cari pria yang mengerti diri mu, meskipun kau sudah putus asa mengatakan sesuatu yang belum pernah kau ucapkan pada lelaki, tapi tetap saja, anggap saja itu angin yang baru saja kau bisikan tanpa ada yang mendengar nya, mulai dari awal dan berikan kalimat itu pada orang lain yang di restui oleh hati mu," kata Regis. Ima mendengar suaranya dari matanya yang tertutup. Sebenarnya dia masih membuka mata, lalu ia menutup matanya ketika perkataan Regis sudah selesai.

Ia meletakan tangan nya di dada Regis dan menangis. "Hiks... Maafkan aku... Aku tidak mengerti soal hal ini," rintih Ima.

"Ini baik-baik saja tidak perlu di tangisi begini, sifat Lio Zheng yang sebenar nya memang begitu," kata Regis. Dia hanya memeluk Ima dengan satu tangan nya.

"Ini... Ini sangat hangat..." Ima terdiam merasakan hal itu. Wajar saja karena dia belum pernah di peluk pria hangat seperti Regis.

"Kenapa...?" Ima bergumam membuat Regis terdiam menatap.

"Kenapa kau tidak ikut pergi bersama dengan nya, kenapa kau malah di sini?" gumam kembali Ima dengan suara sedih.

Regis terdiam sejenak, lalu ia menghela napas panjang dan kembali membuat Ima memeluknya. "Jangan pikirkan aku, pikirkan dirimu sendiri..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!