Kehadiran Damar, pria beranak satu yang jadi tetangga baru di rumah seberang membuat hidup Mirna mulai dipenuhi emosi.
Bagaimana Mirna tidak kesal, dengan statusnya yang belum resmi sebagai duda, Damar berani menunjukkan ketertarikannya pada Mirna. Pria itu bahkan berhasil membuat kedua orang tua Mirna memberikan restu padahal merek paling anti dengan poligami.
Tidak yakin dengan cerita sedih yang disampaikan Damar untuk meluluhkan hati banyk orang, Mirna memutuskan mencari tahu kisah yang sebenarnya termasuk masalah rumahtangga pria itu sebelum menerima perasaan cinta Damar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serasa Malam Pertama
“Kamu cari apa sayang ?”
Damar menautkan alisnya melihat Mirna mengacak-acak isi koper dan masih mengenakan jubah mandi.
“Siapa yang siapin pakaian sih, Mas ? Aku kok nggak nemu….”
Glek !
Mirna menelan salivanya karena begitu ia berbalik badan wajahnya persis berada di deoan dada bidang Damar yang terekspos dan wangi sabun tercium kuat dari tubuhnya yang baru saja selesai mandi.
Sengaja Damar tidak bergerak atau bicara. Matanya memperhatikan reaksi Mirna yang sedang terpesona memandangi tubuhnya yang tidak ditutupi apa-apa, hanya ada handuk melilit di pinggang.
Rasanya ingin tergelak tapi Damar hanya senyum-senyum saja apalagi saat ia melihat beberapa kali Mirna menelan salivanya.
Sepertinya Mirna merasakan sensasi baru dalam posisi seperti ini padahal bukan yang pertama kali ia melihat tubuh Damar tanpa penutup bahkan sudah ratusan kali mereka berbagi peluh selama 6 tahun menikah.
Meskipun usia Mirna baru duapuluh satu saat menikah tapi ia cepat belajar dan sering memberikan kejutan untuk Damar soal urusan ranjang.
Gara-gara Mirna pintar bereksplor mencoba gaya baru akhirnya rencana ingin menunda punya anak sampai Mirna lulus kuliah gagal.
Memasuki tahun terakhir masa kuliahya, Mirna hamil. Damar sempat khawatir tapi akhirnya ia bisa bernafas lega karena Mirna tidak menyesal sedikit pun malah bangga karena bisa menjadi calon ibu muda.
Dengan senyum ditahan Damar membuang muka ke arah lain selama beberapa detik. Bagaimana tidak ingin tertawa melihat pelan-pelan kepala Mirna menunduk dan sudah bisa ditebak ke arah mana pandangannya berakhir.
Gila ! Benar-benar gila ! Nggak disangka mas Damar punya tubuh sebagus dan sexy begini. Biarpun six packnya nggak kayak bintang Korea karena perutnya mulai agak buncit tapi kenapa rasanya pingin pegang dan menyentuhnya, batin Mirna.
Tanpa sadar tangan Mirna terulur membuat Damar hampir tidak bisa lagi menahan tawanya tapi ia tidak mau membuat istrinya malu.
“Kamu tadi lagi cari apa sayang ?”
Damar mengulangi pertanyaannya membuat Mirna langsung sadar dan spontan menarik kembali tangannya.
“Aku….”
Kepala Mirna mendongak, matanya persis berada di depan bibir seksi yang sedang tersenyum dan lesung pipit Damar membuat debar jantung Mirna berpacu tidak karuan.
Kenapa malam mas Damar kelihatan lebih tampan berkali-kali lipat dari biasanya ? Apa karena badannya yang aduhai nggak pakai baju ? batin Mirna lagi sambil menelan salivanya.
Nafas Mirna sedikit memburu tapi lidahnya terasa kaku dan pikirannya pun seperti membeku hingga ia tidak bisa meneruskan kalimatnya membuat Damar mengerutkan dahi.
“Kamu kenapa ?”
“Eh…Nggak apa-apa.”
Malu karena Mirna yakin wajahnya yang makin panas pasti berubah kemerahan seperti kepiting rebus, Mirna pun berniat menjauhi Damar tapi mana mungkin ia merelakan istrinya menjauh, apalagi…..
“Aaawww !”
Tarikan tangan Damar membuat wajah Mirna membentur dada bidang suaminya.
“Mas Damar ngapain sih pakai…..”
Kali ini Damar tidak membiarkan Mirna berceloteh panjang lebar. Dibungkamnya bibir merekah itu dengan ciuman yang lembut.
Mirna terkejut, seluruh tubuhnya langsung menegang tapi sentuhan bibir Damar sulit ditolak malah mata Mirna mulai terpejam supaya semakin merasakan gerakan bibir suaminya yang memberikan sensasi luar biasa.
Rasanya kaki Mirna tidak lagi menginjak bumi hingga ia tidak sadar kalau Damar sudah membuka tali jubah mandinya lalu melepaskannya hingga tersisa pakaian tidur dari bahan satin berupa setelan celana pendek dan atasan dengan tali spagethi.
Salah satu tangan Damar memeluk pinggang Mirna dan tangan lainnya mulai menyentuh bagian dada Mirna membuat wanita itu membuka mata karena terkejut tapi Damar tidak memberikan kesempatan baginya untuk protes.
Tanpa melepaskan pagutannya, Damar membawa Mirna bergerak hingga keduanya berbaring di atas ranjang.
Sentuhan bibir dan tangan Damar membuat Mirna melayang dan rasanya semakin menggila. Sebagian diri Mirna merasa apa yang ia rasakan salah tapi sebagian lagi seperti merindukan sensasi indah yang diberikan Damar saat ini.
Tiba-tiba Damar melepaskan ciumannya tapi posisinya masih di atas Mirna.
“Boleh aku melakukannya malam ini ?” pinta Damar dengan wajah penuh gairah.
Mirna tersipu malu mengingat apa yang terjadi barusan dan kondisinya saat ini.
”Aku tidak ingat apa yang harus kulakukan untuk mengimbangimu,” ujar Mirna tanpa menatap mata pria yang masih mengukung tubuhnya.
Damar terkekeh. “Tidak ada teori yang bisa memberikan aturan pasti bagaimana kita harus melakukannya. Percayalah kalau semuanya akan berjalan secara alami.”
Perlahan Mirna menoleh dan menatap mata Damar dengan jantung berdebar-debar. Mulutnya ingin menolak tapi tatapan pria itu malah membuatnya menjawab sebaliknya.
“Aku percaya sama mas Damar.”
Damar tersenyum lebar. Tanpa membuang waktu, ia kembali memagut bibir Mirna dan meneruskan aksinya lebih jauh lagi hingga untuk pertama kalinya Mirna merasakan bagaimana indahnya sensasi bercinta setelah kecelakaan menimpanya.
“Terima kasih, sayang.”
Damar mencium kening Mirna yang tampak kelelahan tapi masih bisa tersenyum bahagia namun malu-malu dalam dekapan Damar.
“Kamu selalu luar biasa, sayang,” bisik Damar sebelum memeluk Mirna dan memejamkan matanya.
***
“Mami bangun ! Udah siang !”
Mata Mirna langsung terbuka lebar dan ia benar-benar terkejut melihat Chika ada di atas tempat tidurnya.
Ingatannya belum lupa dengan aktivitasnya bersama Damar semalam dan terakhir karena terlalu lelah bercinta, Mirna tidak memikirkan pakaian tidurnya yang sudah tercecer di lantai.
“Papi mana ?” tanya Mirna mengedarkan pandangannya namun tidak berani keluar dari selimut.
“Papi lagi turun sama om Rangga. Mami kenapa sih ? Sakit lagi ?”
Mirna menghela nafas lega saat mendapati dirinya sudah memakai kaos oblong milik Damar dan celana pendek miliknya tapi Mirna tidak ingat kapan ia memakai semua pakaian ini.
Apa Mas Damar yang membantuku memakaikan baju ? batin Mirna.
“”Chika datang sama om Rangga doang ?”
“Iya, tadi om Rangga cuma antar Chika sampai di pintu terus papi ajak om Rangga turun.
“Kalau begitu Chika tunggu di sini, mami mau sikat mandi dulu. Habis ini kita susul papi dan om Rangga ke bawah. Janji ya nggak boleh kemana-mana kecuali dijemput sama papi.”
”Oke mami !” Seperti biasa Chika mengacungkan kedua jempolnya.
Setelah mengganti tayangan televisi dengan acara anak-anak, Mirna pun mengambil pakaian ganti dan bergegas masuk kamar mandi.
Sementara di restoran hotel, kedua pria tampan itu sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi panas dan roti panggang.
“Sudah berhasil meyakinkan Mirna kalau kalian suami istri ?” ledek Rangga sambil tertawa.
“Nggak usah ditanya bagaimana jagonya gue untuk urusan yang satu itu,” sahut Damar dengan wajah pongah.
Rangga geleng-geleng kepala di sela tawanya. Ia benar-benar senang karena pilihan adiknya tidak salah. Rangga malah akan menyesal seandainya Mirna tidak ngotot dan memaksanya untuk menerima Damar.
“Ada sesuatu yang mau gue bicarakan,” ujar Rangga yang sudah berubah serius.
Damar yang baru saja menyeruput kopinya menatap Rangga dengan mata menyipit dan dahi berkerut.
“Soal apa ?”
Rangga menghela nafas sebelum bicara.
“Libatkan gue dalam usaha elo untuk menemukan siapa yang merencanakan kecelakaan Mirna sampai calon anak kalian meninggal. Gue nggak peduli kalau bukti yang ada melibatkan Anita.”
Kedua alis Damar menaut. Ada rasa tidak percaya dengan kalimat yang diucapkan Rangga karena selama ini Damar sangat tahu bagaimana perasaan sahabatnya itu pada Anita.
“Semalam gue udah memutuskan untuk pisah dengan Anita.”
Sekarang mata Damar membola karena terkejut mendengar pernyataan Rangga.
“Elo serius, Ga ?”
pergi ke akhirat mgkin
ah... lama2 jadi maminya sendiri