LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya dia wanitaku
“I’m home ….” Suara Bibi Bea terdengar dari luar. Kimmy dan Jasson segera berhambur keluar meninggalkan kamar untuk menyambutnya, begitu pun Elga yang ikut mengekori bibi dan juga pamannya tersebut.
“Bibi sudah kembali.” Seulas senyuman terselip di bibir Kimmy.
“Iya, Sayang.” Bibi Bea mengatur napasnya yang sedikit ngos-ngosan.
Wanita tua itu sejenak tercenung saat dirinya kembali dan melihat keponakannya berada di rumah tidaklah sendiri. Ia mengamati Elga yang baru saja digendong oleh Kimmy—gadis kecil itu ketakutan saat melihatnya. Lalu Bibi Bea mengalihkan pandangannya ke arah Jasson. Keningnya berkerut, mengamati dengan seksama laki-laki muda nan tampan itu dari balik kacamata berbingkai panjang yang ia kenakan.
“Keponakan menantu?” Suara Bibi Bea begitu heboh saat baru saja berhasil mengingat Jasson. Ia benar-benar tidak menyangka suami keponakannya itu akan berkunjung ke rumahnya. Wanita tua itu melenggangkan barang bawaannya dan berjalan menghampiri Jasson.
Jasson mendelik hebat tatkala wajahnya dijadikan sasaran oleh Bibi Bea untuk diciumnya berulang kali. “Astaga, keponakan menantu Kenapa kau setampan ini.” Bibi Bea mencubit kedua pipi Jasson dengan begitu gemas. Membuat Kimmy menahan tawa saat melihat suaminya diperlakukan seperti itu. Ada kesenangan sendiri yang terpancar di kedua manik mata kelabu milik Kimmy saat menyaksikan bagaimana wajah suaminya yang memerah karena menahan sesuatu.
“Bibi ….” Jasson begitu geli. Ia dengan sungkan menjauhkan tubuh Bibi Bea darinya.
“Kimmy, kenapa suamimu setampan ini? Bibi hanya satu kali melihatnya waktu pesta pernikahanmu dulu. Dan waktu itu Bibi tidak terlalu jelas melihatnya. Karena waktu itu suamimu hanya merengut saja seperti … seekor tikus.” Bibi Bea mencubit kembali pipi Jasson sambil tertawa. Mata kuyunya serasa tidak ingin beralih dari wajah Jasson. “Sungguh tampan sekali, seperti mendiang pamanmu waktu muda.”
Kedua mata Jasson masih mendelik. Ia menatap ke arah Kimmy. Sorot mata itu tampak sedang meminta tolong kepadanya. Namun, sialnya, Kimmy justru malah menertawakannya. Wajah wanita itu nampak memerah karena sedari tadi menahan tawa.
Jasson yang semula nampak terganggu akan Bibi Bea, kini terlihat pasrah. Tawa Kimmy yang sangat jarang ia jumpai lebih berharga dari apapun. Jasson rela diperlakukan seperti itu demi bisa melihat istrinya tertawa yang entah kapan terakhir kali ia melihatnya. Tawa Kimmy benar-benar melumpuhkan pandangannya.
“Dan gadis kecil ini?” Elga menyembunyikan wajahnya di dada Kimmy saat Bibi Bea beralih ke arahnya. “Dia bukan anakmu dari wanita lain, kan?” tanyanya sengit kepada Jasson.
“Astaga.” Jasson tergelak. “Tentu saja bukan, Bibi. Ini keponakanku.”
Jasson beralih menatap Kimmy. Tatapan mereka saling bertemu dan terkunci. “Aku tidak memiliki wanita lain, selain Kimmy. Hanya Kimmy wanitaku satu-satunya,” katanya dengan penuh ketegasan. Namun, suara itu terdengar sendu dan menghujam dalam. Tatapan mata dan suara seorang laki-laki yang penuh dengan penyesalan dan takut kehilangan. Kimmy mengerjap-ngerjapkan matanya. Sumpah demi apapun, setiap kali menatap mata Jasson rasanya Kimmy benar-benar ingin menangis. Laki-laki itu benar-benar melemahkannya.
“Iya, Bi. Gadis centil ini keponakan kami. Anak dari Alana sahabatku yang menikah dengan Kakak Ken.” Kimmy berusaha kembali mencairkan suasana. Tapi tidak dengan Jasson yang masih menatapnya dalam kebisuan.
“Oh, Alana ... Wanita yang cantik dan cerewet itu.”
“Mamiku tidak cerewet,” cetus Elga secara tiba-tiba. “Justru Nenek yang cerewet. Jika Nenek bilang Mamiku cerewet di depan Daddy, Daddy akan memakanmu!”
“Bicaralah yang sopan kepada orang yang lebih tua, kau tidak mau kan tidur di kandang domba.” Jasson mengambil alih Elga dari gendongan Kimmy dan membekap mulutnya yang ia rasa sangat berbahaya jika sedang berbicara.
“Bibi, maafkan keponakanku. Dia sangat aktif, jadi agak sedikit cerewet.”
“Tidak masalah. Anak yang aktif seperti dia adalah anak yang memiliki kepintaran dan kepekaan yang sangat tajam.” Bibi Bea mengusap-usap kepala Elga, lalu menciumnya.
“Kuharap kalian segera memberi kami cucu selucu gadis cerewet ini.”
Bibi Bea rupanya tampak senang dengan kehadiran Elga—wanita itu merindukan kehadiran anak kecil yang sudah lama tidak mengisi kekosongan rumah ini. Putranya yang sudah berumur justru sibuk dengan karirnya di Amerika hingga melupakan keinginannya untuk berumah tangga, sementara suaminya sudah meninggal lima tahun yang lalu. Kini hanya hewan-hewan ternaknya saja yang selalu menjadi hiburan bagi wanita tua itu.
***
Petang menyambut. Penghuni rumah Bibi Bea kini tampak duduk saling berhadap-hadapan di meja makan. Menunggu pelayan menghidangkan makanan yang sejak daritadi mereka tunggu-tunggu. Elga memainkan peralatan makanannya. Gadis kecil itu rasanya tidak sabar segera menyantap hidangan makan malam yang aromanya berterbaran di sekitaran ruang makan.
“Kimmy, Elga, Jasson. Bibi membuatkan pie daging untuk kalian.” Bibi Bea kini ikut turun tangan memberikan potongan pie daging yang masih mengepulkan asapnya di masing-masing piring mereka dengan bantuan pelayan juga tentunya.
“Pie daging ….” Elga bersorak dan tidak sabar untuk menyantapnya saat aroma pie daging yang baru saja keluar dari dalam pemanggang begitu menggelitik di indera penciumannya. Begitu pun dengan Kimmy.
“Selamat makan.” Susana menjadi hening seketika. Hanya terdengar suara dentingan peralatan makan yang bersentuhan dengan piring. Kali ini Elga cukup dewasa untuk makan sendiri dan tidak meminta bantuan orang lain untuk menyuapinya
“Ini sungguh lezat.” Gadis itu berulang kali memuji makanan itu di setiap sela-sela kunyahannya.
Jasson baru menyentuh makanannya sesuap. Laki-laki itu sedari tadi sibuk memperhatikan Kimmy yang makan dengan tergesa-gesa, seakan makanan ini ialah makanan yang sangat lezat hingga tidak dirinya tidak ingin menyia-nyiakan. “Apa dia sangat menyukai pie daging?” Jasson mengernyitkan keningnya dengan heran.
“Aku sudah selesai,” kata Kimmy menarik tissue dan mengelap bibirnya yang terdapat setitik saus keju melekat di sana. Semua mata seketika beralih melihat ke arah Kimmy. Tidak ada sedikit pun makanan yang tersisa di piring milik wanita itu.
“Kau makan cepat sekali , Sayang.” Bibi Bea menggelengkan kepalanya sambal tersenyum.
“Iya, aku sangat lapar.” Mata Kimmy mengitari meja makan. Hanya dirinya yang terlebih dulu menghabiskan makanan.
“Apa ada pie daging lagi, Bibi?”
“Tidak ada, Sayang. Bibi hanya mendapat sedikit daging tadi pagi, itu sebabnya Bibi hanya membuat pie daging satu loyang.”
“Makanlah milikku.” Jasson tiba-tiba menyodorkan pie daging itu kepada Kimmy.
“Tidak, terimakasih!”
“Makanlah!” Jasson memaksa. “Perlu kusuapi”
“Aku tidak mau jangan memaksaku. Habiskan saja makananmu.”
“Tapi sayangnya aku sudah kenyang. Kalau kau tidak mau ….” Jasson melirik ke arah Kimmy yang tak sedari tadi mengamati pie miliknya, “biar pelayan yang mengangkatnya.”
“Jangan, biar kuhabiskan,” kata Kimmy seraya menarik piring pie itu dari meja Jasson. “Maksudku, sayang jika dibuang. Biar kuhabiskan.” Kimmy mulai menyantap kembali pie daging milik suaminya tersebut dengan begitu lahap. Jasson terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Selama menikah, ia tidak pernah melihat Kimmy makan dengan selahap itu.
“Kimmy, mungkin besok pagi Bibi akan lebih awal pergi ke peternakan karena Bibi harus memeriksa hewan-hewan ternak milik warga.”
“Apa Bibi tidak bisa beristirahat di rumah saja? Pikirkan Kesehatan Bibi.”
“Ini menjelang musim dingin, Bibi harus memeriksa hewan-hewan ternak supaya mereka baik-baik saja.”Bibinya yang berprofesi sebagai dokter hewan ini memanglah sangat keras kepala hingga Kimmy sangat sulit sekali menasehatinya maupun membantah.
***
Seusai makan dan menghabiskan waktu untuk mengobrol ringan di meja makan. Kimmy beranjak berdiri meninggalkan tempat duduknya. Ia berpamitan kepada Bibi Bea untuk menidurkan Elga di kamar. Keponakananya itu berulangkali menguap karena mengantuk mendengarkan obrolan orang-orang dewasa yang sangat membosankan. Kimmy tentu saja mengabaikan Jasson di meja makan bersama bibinya. Tanpa berpamitan atau sekedar berbasa-basi untuk mengajaknya beristirahat. Jasson bisa memaklumi Kimmy yang masih marah kepadanya.
“Jasson, wanita memang seperti itu. Kau harus sedikit bersabar menghadapinya. Jika Kimmy tidak mau menerimamu tidur di kamarnya, kau bisa tidur bersama Bibi di kamar.” Wanita tua itu tertawa menjengkelkan sembari mengusap bahu Jasson dengan tatapan penuh mendamba. Benar-benar tidak tau malu sekali dengan usianya yang hampir memasuki kepala enam.
Jasson tertawa pelik. “Terimakasih, Bi. Tapi sepertinya Kimmy akan menerimaku. Jasson permisi.” Dengan raut wajah yang takut, Jasson berpamitan pergi meninggalkan ruang makan, dan berjalan tergesa-gesa menghampiri Kimmy di kamar.
“Kimmy, tunggu.” Jasson menghalangi pintu kamar yang nyaris ditutup oleh Kimmy.
“Ada apa?” tanyanya dengan suara dingin.
“Aku juga mau istirahat.”
“Kau bisa istirahat di sofa.”
“Kau tega membiarkanku tidur sofa sendiran dan diciumi oleh wanita lain?”
“Siapa yang kau maksud wanita lain?” Kening Kimmy berkerut. Sorot matanya sedikit terselip emosi.
“Bibi Bea.”
“Dia bibiku, bukan wanita lain.” Emosi itu seketika menyurut dari sorot matanya. Hanya bibinya, Kimmy tidak akan keberatan. Kecuali yang menciumi Jasson benar-benar wanita lain.
“Sama saja. Tetap saja Bibi Bea wanita. Kau rela aku diciumi lagi olehnya?” Jasson bergidik ngeri. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan jika benar-benar tidur di luar lalu wanita tua itu tiba-tiba menciuminya saat tidur. Pikiranku sungguh terkutuk.
“Aku sama sekali tidak keberatan. Sudah tidurlah di sofa saja.”
“Jasson ….” Suara Bibi Bea terdengar melambai membuat tubuh Jasson terjingkat ketakutan.
“Kimmy tolong biarkan aku tidur denganmu.” Jasson yang ketakutan merengkuh lengan tangan Kimmy, dan mengapitnya. “Ijinkan aku tidur di dalam. Tolong ....” Sorot mata itu penuh permohonan. Jasson benar-benar terlihat ketakutan.
“Baiklah kau boleh tidur di dalam, tapi ….”
“Aku tidak akan macam-macam.”
“Ya sudah cepat masuklah.” Kimmy membuka lebar pintu kamar itu dan membiarkan suaminya untuk masuk.
“Ya, tapi aku tidak janji." Jasson menarik salah satu sudut bibirnya seraya melirik ke arah Kimmy dengan tatapan penuh kemenangan.
.
.
.
.
Jangan lupa dukungan like dan votenya.