NovelToon NovelToon
Pembantu Spesial Untuk Om Duda

Pembantu Spesial Untuk Om Duda

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pembantu
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: ocybasoaci

Novel ini menggunakan POV 1 (Lydia). Apabila ada yang mengatakan arti keluarga adalah motivator terbaik, tempat memberikan ketenangan, tempat bersandar paling nyaman. Nyatanya itu semua tidak di dapatkan oleh Lydia. Ia terpaksa mengambil keputusan bekerja menjadi pembantu. Bukan karena dia kekurangan uang, hanya saja Lydia merasa bahwa rumah masa kecilnya sudah tidak senyaman dulu.

Lydia adalah anak sulung dari tiga bersodara, usianya kini sudah 36tahun, tiga adik perempunya sudah menikah. Hanya ia sendiri yang belum menemukan jodohnya. Gunjingan dari tetangganya terus ia dengar hingga ia tidak kerasa lagi tinggal dikampung halamannya dan juga keluarga. Mirisnya lagi bukan hanya tetangga, tetapi ketiga adiknya pun seolah memusuhi dirinya dengan alasan ia akan merebut suami mereka. Rumah dan lingkungan yang dulu nyaman, kini menjadi tempat yang ingin ia hindari.

Mampukah Lydia mendapatkan arti keluarga yang sesungguhnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ocybasoaci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada Apa dengan Adiku?

Jantungku semakin deg-degan ketika sudah sampai di rumah sakit, karena rasa penasaranku akan segera terjawab. Siapa kira-kira yang sakit? Apalagi sampai kritis Dengan bergandengan tangan kami pun langsung melangkahkan kaki untuk segera mencari tahu jawaban dari pertanyaanku itu.

Pandanganku menangkap sesosok yang sangat aku kenal, tengah duduk termenung di depan ruang operasi. Kakiku semakin berat untuk melangkah, tidak ada lagi yang menungu selain Bapak, bahkan iparku ataupun adikku yang lain nggak ada sehingga rasa penasaranku semakin memucah.

"Pak..." Aku berjalan lebih kencang dan langsung Bapak menatapku dengan tatapan yang mengiba.

"Siapa yang sakit? Dan kenapa sampai kritis?" tanyaku pada Bapak dengan suara lemah, sementara Mas Aarav mengusap punggungku, untuk memberikan dukungan, dan menangkan aku.

"Lyra, mungkin semalam terjadi pertengkaran dengan Dirly, ketahuan tadi pagi ketika Wita nangis terus, pas di dobrak pintunya kondisinya udah hampir tidak tertolong," balas Bapak dengan wajah menunduk dan suara yang bergetar, lemah.

Deg!! Bulu kudukku langsung merinding, ketika mendengar penjelasan Bapak.

"Apa Dirly yang melakukanya?" tanyaku dengan emosi yang menguasi dadaku.

"Dugaan polisi dan kami kuat mengarah pada Dirly, apalagi dia nggak ada di TKP," jawab Bapak lagi.

"Jadi di kamar Lyra hanya ada Lyra dan Wita saja?" tanyaku lagi, rasa penasaranku semakin besar apalagi, semalam di rumah kami sedang ramai kenapa bisa kecolongan tidak ada yang tahu kejadian itu.

Bapak kembali mengangguk dengan lemah.

"Terus kondisi Lyra sendiri gimana?" tanyaku lagi.

"Lyra sedang dilakukan operasi, di perutnya ada tiga luka tusuk dan dokter sedang melakukan yang terbaik untuk adik kamu. Mbak, maafkan Lyra kalau dia ada bikin Mbak sakit hati, tolong doakan Lyra agar kuat menghadapi masa sulit ini," ucap Bapak dengan suara beratnya, dan aku lihat untuk pertama kalinya Bapak terisak sedih. Aku tahu bagaimana perasan Bapak itu. Pasti marah dan juga sedih karena di saat seharusnya bahagia menyelimuti keluarga kami, nyatanya ada satu sisi yang membuat keluarga kami dirundung kesedihan.

Aku menggenggam tangan Bapak dengan kuat. "Bapak tenang saja, Lydia memang marah dan kesal pada Lyra, tapi Lydia juga pasti doakan agar Lyra kuat menghadapi cobaan ini." Aku kembali menguatkan Bapak.

"Ibu dan adik-adik yang lain bagaimana keaadanya?" tanyaku lagi, pikiranku semakin tidak tenang ketika tidak melihat Ibu.

"Ibu kamu di rumah, beliau syok bahkan sampai pingsan ketika melihat kondisi Lyra. Lyka dan suaminya baru saja pulang nanti akan ke sini lagi. Mereka sedang mengurus di rumah. Banyak polisi di rumah sehingga butuh kesaksian, dan Lysa dan suaminya menjaga Ibu dan anak-anak di rumah. Bapak bagian jaga Lyra. Bapak nggak nyangka kalau nasib anak Bapak akan berujung tragis seperti ini. Bapak pikir Dirly orang yang sabar dan bisa membimbing Lyra . Nyatanya dia malah hampir menghilangkan nyawa istrinya. Mungkin kalau Wita nggak nangis terus Lyra nggak akan tertolong." Bapak terus mengeluarkan unek-uneknya, terlihat sesekali Bapak mengusap kelopak matanya dengan sapu tangan.

Hatiku teriris-iris ketika melihat Bapak terisak seperti sekarang.

"Kenapa ada orang yang tega seperti itu. Bapak yang merawat anak-anak Bapak saja nggak tega mau mukul atau nyubit , tapi ini kenapa malah hampir dibunuh. Sebesar apapun salah Lyra, kalau tidak mau bersama lagi, kenapa harus dibunuh. Hancur hati kami ketika melihat anak kami babak belur. Bapak tau Lyra memang keras, tapi kenapa harus di habisi seperti itu." Bapak kembali meracau. Yah aku sediri tidak  setuju dengan cara Dirly menghukum Lyra, sangat hina seperti ini. Binatang sekalipun memiliki hati nurani, kenapa manusia malah sangat keji.

"Wita gimana kondisinya sekarang Pak?" Aku semakin terpikirkan ponakaknku yang belum genap usia tiga tahun itu.

"Entalah Mbak, pasti trauma banget, tadi kata Lysa nangis terus."

Terlihat Bapak sangat lelah, siapa yang terima anak yang dibesarkan dengan penuh kasih, diperlakukan seperti itu. Apalagi itu terjadi di rumahnya. Aku mengusap punggung Bapak.

"Bapak belum istirahat?" tanyaku dengan suara lembut.

Bapak menggeleng dengan lemah, sebagai jawabanya.

"Gimana kalau Bapak istirahat saja dulu di mushola atau cari kosan untuk istirahat sekitar sini. Lydia nggak mau nanti malah Bapak yang sakit gantian. Lyra butuh Bapak dan Ibu untuk menguatkannya, dan juta Wita pasti butuh kakek dan neneknya." Aku berusaha menasihat Bapak untuk menjaga kesehatan beliau. Apalagi aku tahu sudah beberapa hari ini Bapak istirahatnya kurang itu semua karena mempersiapkan pernikahan aku.

"Iya Pak, biar urusan Lyra, Aarav dan Lydia yang jaga. Bapak istirahat saja dulu. Kalau Bapak jatuh sakit malah kasihan semuanya bakal lebih repot." Mas Aarav di belakang aku juga tidak kalah ikut menasihati Bapak.

Kulihat Bapak menatap Aarav penuh arti. "Terima kasih karena sudah mau terima anak Bapak dengan tulus. Bapak nantinya tidak bisa mengawasi Lydia, Bapak juga tidak bisa menjaga Lydia lagi. Bapak pasrahkan sepenuhnya urusan anak Bapak sama kamu Nak Aarav. Hanya satu pesan Bapak, kalau kamu sudah tidak sayang lagi dengan anak Bapak. Pulangkan ke Bapak. Atau kamu telpon Bapak biar Bapak yang jemput, dan jaga kembali anak-anak Bapak. Jangan sakiti dia. Karena hati ini (Bapak memegang dadanya) hati ini rasanya sakit, sakit sekali ketika anak kita di hajar habis-habisan oleh suaminya. Bapak masih sanggup mengurus anak-anak Bapak," ucap Bapak dengan suara beratnya. Aku pun jadi terisak dengan sedih. Kemarin Bapak memang sudah memasrahkan aku pada suamiku.

Namun, dimomen ini hatiku benar-benar sakit. Betapa sayangnya orang tua dengan anaknya. Namun, kadang sosok suami yang seharusnya melindungi anaknya, dan sudah di percaya dengan demikian yakin justru menjadi orang yang paling kejam.

"Bapak tenang saja. InsyaAllah Aarav akan jaga Lydia dengan baik, dia wanita yang baik, tutur katanya sopan, bisa menghormati Aarav sebagai suami. Saya banyak belajar dari anak Bapak. InsyaAllah saya selalu bersama-sama dengan anak Bapak sampai maut yang memisahkan kami." Mas Aarav menggenggam tanganku dengan kuat. Aku kembali terisak dengan kuat, hatiku lemah ketika mendengar janji suamiku. Aku tidak pernah merasa sebegini bahagianya. Rasanya kesabaranku selama ini tidak sia-sia ternyata Tuhan memberikan hadiah kesabaran seindah ini.

"Terima kasih Nak Aarav. InsyaAllah Lydia akan selalu patuh pada suaminya. Dia adalah kakak yang baik untuk adik-adiknya, jadi InsyaAllah istri dan ibu yang baik juga untuk anak-anak kalian nanti. Bapak nggak bisa kasih wejangan lagi, karena Bapak sendiri gagal menjadi orang tua untuk adik kamu Lyra. Mungkin karena Bapak terlalu memanjakan adik kamu, sehingga dia tumbuh jadi anak yang wataknya keras."

"Bapak jangan bilang gitu, nggak ada orang tua yang gagal mendidik anaknya. Bapak istirahat saja yah biar nggak sakit. Nanti kalau ada kabar dari Lyra, Lydia akan telpon Bapak." Aku kembali meminta agar Bapak istirahat. Wajah tuanya sudah terlihat lelah sekali.

Aku melihat senyum samar dari wajah lelah Bapak. "Terima Kasih Mbak, kalau gitu Bapak istirahat dulu di masjid rumah sakit, nanti kalau ada apa-apa telpon Bapak yah."

Aku membalas dengan anggukan. "Bapak jangan khawatir semuanya bisa Lydia urus."

Bapak pun setelah pamit dengan aku dan Mas Aarav berjalan dengan langkah yang gontai meninggalkan kami. Hatiku sakit, sekaligus salut dengan ke dua orang tuaku yang mendidik anak-anaknya dengan tegas dan baik. Soal Lyra yang keras dan sedikit membangkang itu bukan salah orang tuaku mendidiknya. Dia memang memiliki sifat seperti itu dan mungkin gengsi untuk menunduk dari yang lain, sehingga orang tuaku menasihatinya pun kadang tidak di dengar.

"Ya Tuhan sehatkanlah selalu Bapak dan Ibu kami. Agar aku bisa membalas bakti selama ini karena telah dididik dengan penuh kasih."

Kini pandanganku menatap ruang operasi. Aku menginginkan betapa kesal dan marahnya aku dulu pada sosok yang saat ini tengah berjuang. Namun kali ini bongkahan kemarahan itu luluh, berganti dengan do'a untuk adikku.

"Quotes kerelaan hati"

Sekuat apapun kita mencoba bertahan karena kesabaran.

Ada luka yang terpendam di dasar perasaan

Sakit karena hinaan

Kecewa karena penghianatan

Juga rasa lara karena digunjing pada tuduhan yang tidak pernah kita lakukan

Memang benar, dunia adalah cobaan

Saat kita di bawah

Jangankan mereka menggenggam jari untuk bersama-sama melangkah

Menoleh pun tampaknya tidak sudi

Kemana hati nurani itu pergi saat kita meminta pertolongan?

Materi dan janji semu nyatanya lebih menggoda.

Karena keegoisan, hilang jalinan sodara

Musnah pula ikatan kerabat dan sahabat

Yang ada hanya hujatan, seolah lupa bahwa itu menunjukan posisi tidak terhormat

Di titik inilah kita belajar kuat

Tetap tegar menyikapi mereka yang tertawa lebar

Mengiklaskan beban yang terasa berat sebagai jalan membentuk iman yang kuat

Memaafkan mereka yang memberi luka, tidak akan menjadikan diri ini hina

Justru dari kerelaan hati mengulurkan tangan terlebih dahululah menunjukan siapa yang lebih bermartabat

Tuhan sejatinya tidak pernah tidur

 Akan memberikan balasan dari setiap perbuatan kita

 Lyra, mungkin kamu memang pernah membuat hati ini sakit, kecewa dan membenci

Namun, semua aku maafkan, asal kamu mau memperbaiki diri

Aku terus menatap pintu ruangan operasi di mana di dalam sana adikku sedang berjuang untuk sebuah kehidupan.

"Bertahanlah Lyra, Wita akan sangat sedih kalau kamu pergi. Wita butuh sosok Ibu yang kuat."

1
Arfan
Untuk cewe2 add Tele aku dong sayang: @OrgB16
Anonymous
bgsss bgtt
Luh Nanik
bikin baper balik dooong 😁😁😁
Chris Antono
Luar biasa
Chris Antono
Lumayan
Miranti Herman
Luar biasa
Sintia Dewi
wah brarti siska udh digool sm yg laen
Sintia Dewi
aarav km cuman modus aja kan ke lidya/Chuckle/
Nofi Ani
msih ada kelanjutannya apa tdk?
Bucinnya Baekhyun🐶
mau kaya Aarav nih haha
Tua Jemima
certanya membosankn
Aghitsna Agis
ini udah tamat apa blm
Ci_Osyih Aenta: Udah kak, ini bonusnya baru dapt 1 Episode.
total 1 replies
ahyuun.e
huhu nambah dedek lgi ya om duda wkwwk
Ela Jutek
uwahhh cantik nya😄
Ela Jutek: iyahhh akak otor emang cantikkk kok, masa ganteng😆✌✌
Ci_Osyih Aenta: terimakasih, Othor emang cantik 🤣
total 2 replies
Ginasih Nengah
💪💪💪💪
Endang Werdiningsih
semangat amat mau nambah anak lg,min...
Nar Sih
ahir nya kakak kqsih exra part juga buat kk author dan kebahagiaan
Ci_Osyih Aenta: Amin, sama2 kaka, doa yang terbaik juga buat kakak🙏🏻
total 1 replies
Endang Werdiningsih
bonchap'a mana othor
Endang Werdiningsih: ditunggu othor,,
Ci_Osyih Aenta: bulan kok bukan😔
total 3 replies
Qilla
nahkan intinya derita dan ketidak adilan lydia selama ini hanya ababb dan angin lalu udah berws dgan bgitu saja ,ayolah yang bener dong
Qilla
blibet
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!