"kamu beneran sayang kan sama Kakak?"
"Iya kak" jawab Marsya
"Kalo gitu buktikan"
"Hah, gimana caranya?" Tanya Marsya kebingungan, bukankah selama ini Marsya sudah menunjukan rasa sayangnya itu padanya dari sikap, dan perhatiannya, apalagi yang kurang dari itu semua?
"Ayo kita lakukan itu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi Marsya.
"Lakukan apa?" Tanya Marsya tidak mengerti dengan arah pembicaraan tunangannya itu.
"Berci*ta dengan Kakak."
"B-berci*ta? A-apa aku harus ngebuktiin dengan cara seperti itu?"
Tanya Marsya tergagap karena gugup dan sedikit takut mendengar pernyataan tunangannya.
"Ya, untuk membuktikan kalau kamu benar-benar sayang sama Kakak, kamu harus membuktikannya dengan cara memberikan apa yang selama ini kamu jaga"
Ucapnya merayu seraya terus mengelus pipi Marsya.
"T-tapi apa harus seperti itu? A-aku masih sekolah kalau kamu lupa, lagipula aku cuma mau ngasih itu ke suami aku nanti"
"Marsya sayang, jangan lupa, Kakak ini tunangan kamu, sekarang atau nanti sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marsya dan Naresh
Marsya duduk diruang tamu, melihat ikan hias laut yang di pelihara Papa Erwin di dalam aquarium sambil mendengarkan lagu, dan memakan martabak kesukaannya yang tadi dibelikan oleh Naresh.
All my bags are packed
I'm ready to go
i'm standin' here outside your door
i hate to wake you up to say goodbye
"Sya"
Marsya menoleh mendapati Naresh yang berjalan kearahnya lalu duduk di sebelahnya.
"kenapa Kak, udah selesai latihan silatnya?" tanya Marsya memandang wajah Naresh walau sebenarnya jantung Marsya tidak aman karna selalu berdetak cepat setiap kali melihat Naresh.
"Belum, lagi istirahat. Sya, besok Kakak harus pergi ke Yogyakarta, karna masih ada kerjaan disana" jawab Naresh dengan pandangan masih tertuju ke aquarium.
"Hmm berapa lama Kak?"
"Satu bulan" jawab Naresh dengan wajah sendu.
"O-oh oke Kak."
Setelah mendengar jawaban Marsya, Naresh bangkit dari duduknya meninggalkan Marsya yang termenung memikirkan Naresh yang akan pergi esok hari.
*****
Keesokan harinya di sekolah Marsya...
Pukul 09.15
"Lo kenapa sih Sya, gue perhatiin dari tadi ga fokus belajar" tanya Elaine Hazel salah satu teman baik Marsya di sekolah, kebetulan saat itu sedang jam kosong.
"Gue kepikiran Kak Naresh, dia mau keluar kota" kata Marsya gelisah sambil bolak-balik melihat ponsel di genggamannya.
"Naresh yang sering lo ceritain itu? Yang murid silat bokap lo?"
"Iya" jawab Marsya singkat.
Marsya memutuskan untuk mengirim pesan kepada Liam untuk menanyakan keberangkatan Naresh.
Me :
Kak Liam, lagi dimana?
Kak Liam :
Dirumah kamu, lagi nemenin Naresh pamit sama tante.
Me :
Kak Naresh berangkat jam berapa?
Kak Liam :
jam 11an.
Marsya semakin gelisah memikirkan Naresh yang akan pergi sebentar lagi.
"Ya ampun gimana ya El, makin kepikiran malah makin mules perut gue, berasa pengen berak" ucap Marsya sambil memegang perutnya.
"yaudah balik sana, ntar gue izinin ke guru" jawab Hazel sambil merotasikan bola matanya.
"Wah memang El yang terbaik, makasih yaa, gue minta jemput dulu"
"Hmm"
Me :
Kak Liam, Marsya boleh minta tolong buat jemput ke sekolah?
Kak Liam :
Loh emang udah balik? Yaudah Kakak jemput sekarang.
Me :
Belum, Marsya izin ke guru hehe, Oke ditunggu ya kak, makasih.
Marsya memang tidak memiliki kendaraan, karena selain tidak mau membebani orang tuanya untuk membelikannya kendaraan, juga karena tidak di perbolehkan membawa kendaraan sendiri oleh Papa Erwin, jadi dia terpaksa minta dijemput oleh Liam karena Papanya bekerja dan tidak bisa menjemputnya. Setelah berkirim pesan dengan Liam, Marsya pun pamit kepada teman baiknya dan langsung menuju ke depan gerbang sekolah untuk menunggu Liam.
"Yoo El, gua balik duluan yaa, jangan lupa izinin ke guru hehe" ucap Marsya sambil menepuk pundak Hazel.
"Yoo, hati-hati dijalan sista" jawab Hazel.
Setelah menunggu di depan gerbang sekolah, tak berselang lama Liam pun datang menggunakan motor sport hitam milik Kalingga.
Brumm brummm
'buset ngeri kebawa angin doang gue liat kak Liam bawa motornya Kak Lingga, badan sama motor gedean motornya haha' Marsya menahan tawa ketika terlintas pemikiran seperti itu di kepalanya.
"Ayo Kak" ucap Marsya.
"Kok udah balik Sya jam segini?" Tanya Liam karena setahu Liam sekolah Marsya selesai sekitar jam 12.
Liam sendiri baru lulus sekolah tahun ini bersama dengan Arkana, Naresh 1 tahun diatasnya, sedangkan Kalingga dan Albiru masih kelas 12, mereka dulunya satu sekolah.
"Marsya mules-mules Kak, jadi izin pulang"
Marsya tidak berbohong dirinya memang sakit perut karena terlalu memikirkan Naresh yang akan pergi.
"Pegangan Sya, takut jatoh" Liam mulai melajukan motornya.
'gue disuruh pegangan, tapi pegangan kemana ini anjir masa pegangan ke jok belakang, kaya GTA dong, biarin lah'
"Yang bener aja kak, jangan ngebut"
Marsya terpaksa berpegangan pada jok belakang motor Kalingga, karena Liam mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
*****
Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit karena macet, akhirnya Liam dan Marsya sampai dirumah Marsya. Dirumah hanya ada Mama Wulan, Arkana, juga Naresh.
"Assalamualaikum Marsya pulang"
"Walaikumsallam" jawab Mama Wulan, Arkana, dan Naresh hampir bersamaan.
Marsya membuka sepatu menggunakan kakinya, lalu masuk dan menyalami semua orang yang ada dirumah.
"Bocah nakal, jam segini udah pulang" kata Mama Wulan menyentil kening Marsya saat Marsya menyalaminya.
"Pfftt marahin aja tan, marahin" kata Arka mentertawakan Marsya yang meringis.
"Marsya mules-mules ma, belajar juga ga fokus"
"Alah alesan, bilang aja mau ketemu Naresh"
Blushh
Wajah Marsya dan Naresh langsung memerah seperti kepiting rebus, Naresh yang sedang tersenyum gemas memandang kearah Marsya langsung mengalihkan pandangannya, Liam dan Arkana langsung tertawa terbahak-bahak melihat Naresh yang salah tingkah.
"Engga yaa emang beneran mules ini mah, ekhmm Marsya ke kamar dulu"
Marsya langsung masuk kedalam kamar karena malu di ledek oleh Mama Wulan.
Marsya langsung terduduk di lantai ketika sudah menutup pintu kamarnya.
'astagaaa malu banget anjirrr, mana di ledekin di depan orangnya langsung lagi'
Setelah menenangkan detak jantungnya, gegas Marsyaa menanggalkan seragamnya lalu memakai celana jeans hitam dan kaos hitam. Marsya menuju ruang tamu sambil mencepol asal rambutnya, lalu duduk di sofa bersebelahan dengan Mama Wulan.
"Katanya mules, kok ngga berak?" Agak frontal memang Mama Wulan ini.
"Astaga Mama ngomongnyaa, gajadi, mulesnya udah ilang hehe"
"Kan ceuk mama ge naon (kan kata mama juga apa)" jawab Mama Wulan karena memang sudah tau kelakuan anaknya seperti apa.
"Resh, Kalingga sama Albiru ngga ikut?" Tanya Mama Wulan sambil menyeruput kopi hitam. (Mama Wulan ini selain maniak game, juga maniak kopi hitam).
"Engga tan, mereka sekolah" jawab Naresh.
"Loh tapi itu motor Kalingga bisa dipake sama kalian?"
"Saya sengaja pinjem motornya tan buat anter Naresh, semalam kita nginap dirumah Albiru, habis antar Naresh saya kerumah Albiru lagi sekalian tuker motor" jawab Liam.
"Oohhh"
Setelah itu mereka mengobrol sampai tak terasa waktu berlalu dan waktu untuk keberangkatan Naresh tiba.
"Tan, udah hampir jam 11, Naresh pamit dulu ya takut ketinggalan kereta." Pamit Naresh sambil mencium takzim tangan Mama Wulan.
"Iya Resh, hati-hati di jalan ya."
"Sya, Kakak pamit, jangan nakal ya." ucap Naresh sambil mengusap kepala Marsya.
"Iya Kak" jawab Marsya sambil mencium tangan Naresh, meskipun hanya untuk melanjutkan pekerjaannya selama 1 bulan, tetap saja Marsya merasa sedih karena nantinya dia tidak bisa melihat Naresh.
"Tan, Liam juga pamit ya"
Akhirnya Naresh dan Liam pergi, sedangkan Arkana kembali kerumahnya.
*****
Seminggu berlalu setelah keberangkatan Naresh ke Yogyakarta, Marsya selalu memikirkan Naresh tetapi sejak keberangkatannya, Naresh tidak pernah mengiriminya pesan lagi, padahal Marsya selalu mengiriminya pesan menanyakan bagaimana kabarnya.
'sialan bisa-bisanya gue mikirin dia terus, padahal dia aja gapernah ngabarin gue'
Hari ini hari Jumat, sepulangnya dari sekolah, Marsya, dan Oriza langsung membantu Mama Wulan untuk beres-beres rumah sampai menjelang sore, setelah selesai mereka pun merebahkan tubuhnya di lantai ruang keluarga karena kegerahan.
"Ma, kayaknya Marsya suka sama Naresh."
"Udah keliatan" jawab Mama Wulan sambil memejamkan matanya.
"Hehe" jawab Marsya cengengesan.
"Kayaknya Kalingga juga suka sama Kakak"
"Si beruang itu? Mana ada" Marsya melihat ponselnya yang bergetar, berharap Naresh yang mengiriminya pesan ternyata hanya operator yang memberitahukan bahwa nomer ponselnya memasuki masa tenggang karena jarang di isi pulsa.
"Hust ga boleh ngomong gitu Marsya"
"Ya soalnya kaya beruang mah tinggi gede badannya, Marsya kalo di sebelah dia jadi Marsya and the bear"
"Ppfttt hahahaha" Oriza tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan kakaknya itu.
*****
Brumm brumm ckittt
Terdengar suara motor berhenti, dan di parkirkan di garasi rumah, ternyata itu Papa Erwin yang baru saja pulang kerja.
"Assalamualaikum"
"Walaikumsallam" Mama Wulan menghampiri Papa Erwin sambil membawa segelas air putih untuknya. Papa Erwin pun duduk di sofa lalu meminum air yang di bawakan Mama Wulan.
Marsya dan Oriza duduk di sebrang sofa yang di duduki oleh Papa Erwin dan Mama Wulan.
"Papa kok pulangnya magrib sih, bukannya papa turun pagi ya?" Tanya Oriza, maksud turun pagi adalah kerja shift malam dan pulang pagi.
"Tadi Papa emang pulang pagi, tapi teman Papa minta antar ke Bogor." Jawab Papa Erwin merebahkan kepalanya ke sandaran sofa, Mama Wulan pun berinisiatif untuk memijat kepala Papa Erwin yang terlihat sangat kelelahan.
"Ngapain pa?" Tanya Mama Wulan.
"Dia beli rumah disana, dia minta temenin buat cek rumahnya, kebetulan dia beli rumah di pedesaan, dan rumahnya dekat dengan rumah tetua disana, jadi tadi Papa numpang istirahat dulu dirumah tetua itu karna Papa belum istirahat selepas kerja, eh malah bablas sampe sore"
Setelah berbincang sebentar terdengar suara adzan berkumandang, dan mereka pun melaksanakan kewajiban mereka.