"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Real man 𝜚˚⋆
Hari ke tujuh hubungan Haikal - Ella.
Tak terasa sudah satu minggu Haikal menjalin hubungan bersama Ella - adik kelasnya. Satu minggu itu juga hidup Haikal jauh lebih berwarna, benar apa kata Cakra bila kehadiran Ella dalam hidupnya akan membuat Haikal melupakan masalah hidupnya. Hidup tanpa cinta memang menenangkan, tapi akan sangat terasa sepi dan hampa. Makin hampa sebab Haikal hanya hidup sendiri tanpa kasih sayang orang tuanya.
Seluruh siswa-siswi Diningrat Internasional school juga sudah mulai menerima kenyataan bahwa salah satu dari 7 pangeran mereka sudah berpawang. Ella yang dulu selalu di bully sebab menjadi kekasih Haikal kini hidupnya jauh lebih tenang, tidak ada lagi yang berani membully nya sebab Haikal selalu turun tangan jika ada seorang yang berani mengusik ketenangannya. Hal itu mampu membuat orang yang memiliki niat untuk membully Ella harus mereka kubur jauh-jauh, Haikal jika marah tak kalah menyeramkan dengan Arkan maupun Sarga. Jadi lebih baik mereka mencari aman untuk tidak mengusik ketenangan dua pasangan itu.
Ella, gadis dengan rambut yang tergerai indah itu melangkah riang menuju parkiran. Kedua tangannya menggenggam erat ujung tali tas punggungnya, senyumnya mengembang saat mendapati Haikal yang tengah bercanda tawa bersama dengan teman-temannya di atas motor mereka masing-masing. Tak hanya Ella, bahkan seluruh murid yang tengah berjalan pulang hendak keluar gerbang pun sontak terhenti sesaat, menikmati momen dimana kumpulan lelaki tampan Diningrat Internasional School tengah tertawa dengan begitu menawan.
"Noh, cewek lo bang." Erik menyenggol lengan Haikal pelan, menujuk Ella yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada menggunakan dagunya.
Haikal yang semula sibuk menjahili Eza bersama Cakra, Rey dan Nando pun terhenti. Dia menoleh sesuai dengan arah tujuh Erik, kemudian turun dari atas motornya, kaki jenjangnya melangkah menghampiri gadisnya.
"Kenapa nggak bilang kalau kelasnya udah selesai, hmm?" Haikal menepuk pucuk kepala Ella pelan, menunduk menatap Ella menunggu jawaban.
Ella tersenyum tipis sedikit mendongak sebab tingginya hanya sebatas dada lelaki itu, "Ella nggak mau ngerepotin kak Haikal."
Dahi Haikal menyergit tak suka, "ngerepotin apa sayang? aku tadi ke kelas kamu, tapi masih ada bu suk yang lagi marah-marah."
Haikal meraih satu tangan Ella untuk dia genggam, menggenggam tangan itu dan membawanya berjalan menuju motornya berada.
Ella terkekeh pelan, ternyata memang banyak siswa-siswi yang tidak menyukai bu Sukma sebab beliau yang hobi marah-marah tidak jelas dan paling parahnya lagi beliau suka memberi pekerjaan rumah yang jumlahnya di luar nalar, 50 soal bahkan 100 soal matematika.
"Kak, jadi mau buatin Ella nasi goreng?" Ella mendongak menatap Haikal dari samping, sepertinya memang sebuah fakta nyata jika Haikal selalu tampan bila ditetapkan dari bagian mana saja.
Haikal menoleh dengan kepala yang sedikit menunduk, kepalanya mengangguk pelan diiringi dengan senyuman tipis. "jadi sayang, tapi kita ke minimarket dulu ya buat beli bahan-bahannya."
Ella mengangguk semangat, ucapan dan janji Haikal memang tidak perlu diragukan lagi. Kemarin lelaki itu berjanji untuk membuatkan Ella nasi goreng buatannya, dan kini benar dia akan menepati janjinya.
Haikal mengambil suatu helm di atas motor miliknya, membantu menggunakan helm itu di kepala Ell yang tengah menunduk. Sepertinya gadis itu masih malu jika di depan teman-temannya, terlebih seluruh anggota Peaceable saat ini tengah menatap ke arahnya.
"Jangan liatin cewek gue kayak gitu nyet, rawan sawan dia takut ntar."
"Njir lo pikir kita demit apa nyeremin gitu, orang cakep-cakep gini juga." Rey menyugar rambutnya ke belakang berlagak sok tampan sebab dia tau saat ini banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.
Haikal hanya mendengus, "gue duluan ya." pamitnya pada teman-temannya kemudian dia menepuk pundak Cakra pelan, "ntar gue ke rumah lo, Daddy sama Mommy lagi ke luar kota kan?"
Cakra mengangguk singkat, "hati-hati."
Setelah itu motor Haikal melesat keluar gerbang Diningrat Internasional School, menuju minimarket dekat apartemen nya berada, setelah itu Haikal akan menepati janjinya untuk memasakkan Ella nasi goreng spesial buatannya di apartemen nya nanti.
Haikal dan Ella turun dari atas motornya, melangkah beriringan memasuki minimarket di depannya. Haikal yang menggenggam tangan Ella, dan Ella yang selalu mengikuti langkah Haikal. Tak banyak dari mereka yang menatap keduanya lama sebab jaket kulit yang dikenakan Haikal sudah jelas jika lelaki itu salah satu anggota Peaceable, geng motor yang cukup terkenal.
Keduanya melangkah masuk, Ella mengambil satu tas belanja untuk menaruh barang belanjaan mereka nantinya. Haikal yang menyadari itu segera mengambil alih benda itu dari tangan Ella.
"Sini biar aku aja yang bawa."
Ella hanya mampu mengangguk pasrah, terserah Haikal saja yang terpenting dia nanti akan makan nasi goreng spesial buat dan kekasihnya itu.
"Dasar cewek s14l4n, 4njin9 lo tau nggak. Nyusahin ngambil gitu aja nggak becus."
Tangan Haikal hendak mengambil satu bungkus cabe rawit besar pun terhenti, begitupun dengan Ella yang hendak mengambil bawang merah juga ikut terhenti. Mereka berdua sama-sama menoleh ke samping di mana tak jauh dari tempat mereka berdiri, seorang lelaki seusianya tengah membentak seorang gadis yang sepertinya kekasih lelaki itu.
Dari yang Haikal dan Ella lihat, gadis itu tidak sengaja menjatuhkan beberapa saus berukuran kecil sebab dia ingin meraih saus ukuran besar yang ada di rak paling atas. Dan lelaki itu memarahi gadisnya habis-habisan di depan banyak orang, sementara gadis itu hanya mampu menunduk malu sebab menjadi pusat perhatian sekarang.
"Cewek br3n9s3k! Lo tuh becusnya apa sih, malu-maluin tau nggak."
Lelaki itu menarik tangan gadis itu kasar, menyeretnya berjalan keluar minimarket. Hingga membuat gadis itu mengikuti langkah lebarnya dengan sedikit terseok-seok.
Haikal menghadang jalan lelaki itu saat hendak melewatinya, menatap lelaki itu tajam tak lupa satu tangannya meraih tangan Ella menyuruh gadis itu untuk berdiri di belakangnya.
"Cewek lo kesakitan kalo lo tarik tangannya kayak gitu. Anak orang bro, bokap nyokap nya aja belum tentu se-kasar itu sama dia."
Bukannya ingin ikut campur atau mejadi pahlawan di siang bolong seperti ini, hanya saja dia sangat benci bila perempuan di perlakukan kasar seperti itu, terlebih lagi di tempat umum dan banyak orang seperti ini.
Lelaki itu menatap Haikal tak kalah tajamnya, "bukan urusan lo."
"Urusan gue kalo lo kasar sama cewek di depan mata gue."
Lelaki itu terkekeh sinis menatap Haikal remeh, "mau sok jadi pahlawan lo?"
Haikal menyunging sudut bibirnya, "lo perlakuin cewek lo kasar di delan banyak orang, nggak malu? Cuma banci yang beraninya kasar sama cewek."
Lelaki itu tak menjawab, tangannya mengepal erat dengan ucapan Haikal yang merendahkannya. Tanpa banyak bicara dia melangkah hendak melewati Haikal begitu saja, namun telukan pelan di pundaknya mampu membuat langkanya berhenti.
"Lelaki sejati nggak kasar ke cewek, lo banci kalo ngerendahin cewek lo sendiri di tempat umum."