NovelToon NovelToon
Jejak Langkah Menuju Dunia

Jejak Langkah Menuju Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: avocado lush

Dina, seorang pelajar dari kota kecil dengan mimpi besar, memiliki hasrat yang kuat untuk menjelajahi dunia dan mengembangkan diri. Ketika sekolahnya mengadakan lomba sains tingkat provinsi, Dina melihat ini sebagai kesempatan emas untuk meraih impian terbesarnya: mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi ke luar negeri. Meskipun berasal dari keluarga sederhana dan di hadapkan pada saingan-saingan dari sekolah sekolah-sekolah elit, Dina tak gentar. Dengan proyek ilmiah tentang energi terbarukan yang dia kembangkan dengan penuh dedikasi, Dina berjuang keras melampaui batas kemampuannya

Namun, perjalanan menuju kemenangan tidaklah mudah. Dina Harus menghadapi keraguan, kegugupan, dan ketidakpastian tentang masa depannya. Dengan dukungan penuh dari keluarganya yang sederhana namun penuh kasih sayang, Dina berusaha membuktikan bahwa kerja keras dan tekad mampu membuka pintu ke peluang yang tak terbayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon avocado lush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teror di Ujung Malam

Keheningan malam semakin terasa menyesakkan. Angin bertiup kencang, membawa daun-daun kering yang berputar-putar di udara, seolah mengikuti gerak gelisah hati Dina. Sepanjang perjalanan pulang, pikirannya tak henti-hentinya mengingat apa yang dikatakan Mbah Tirta—tentang sejarah, tentang sumur tua, dan tentang ancaman yang semakin mendekat.

Dina memasuki rumahnya dengan hati yang tak tenang. Sesaat ia berdiri di depan pintu, menatap kegelapan malam yang menyelimuti halaman rumahnya. Tiba-tiba, dering telepon membuyarkan kesunyian yang ada. Ia segera mengambil ponselnya, dan nama Armand muncul di layar.

"Dina, ada sesuatu yang tidak beres. Pak Karim baru saja menghubungi saya," suara Armand terdengar cemas. "Ada yang mengintai rumahmu."

Dina menahan napas. "Apa? Siapa yang mengintai?"

"Dia tidak tahu, tapi yang jelas ini bukan orang biasa. Mereka tidak hanya mengamati, tetapi sepertinya menunggu sesuatu." Armand terdengar semakin khawatir. "Kamu harus hati-hati. Aku akan segera ke sana."

Tanpa menunggu lebih lama, Dina menutup telepon itu dan melangkah ke luar. Suara langkahnya teredam di jalan yang gelap. Kincir angin di kejauhan berputar perlahan, namun Dina merasa tak ada ketenangan yang bisa ia rasakan malam ini. Tiba-tiba, dari balik pohon besar di tepi jalan, ia mendengar suara langkah yang teredam, seolah ada yang mengikuti.

Hatinya berdebar lebih cepat. Ia mempercepat langkah, mencoba untuk tidak panik. Tetapi suara langkah itu semakin dekat, dan dalam sekejap, Dina merasa ada seseorang di belakangnya. Tanpa sadar, ia menggenggam erat tas di tangannya, menyiapkan diri untuk segala kemungkinan.

Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul di hadapannya. Dina terkejut dan mundur satu langkah. Orang itu mengenakan topi hitam dan jaket tebal, wajahnya tertutup bayangan malam. Dalam sekejap, ia mendekat, dan suara beratnya terdengar seperti ancaman.

"Kamu mencari masalah, ya?" suara itu terdengar rendah, namun tajam.

Dina menatapnya, mencoba mencari keberanian dalam diri. "Apa yang kamu inginkan?"

Orang itu tidak langsung menjawab, melainkan melangkah mundur sedikit, memberikan ruang bagi Dina untuk melihat benda yang ia bawa—sebuah peta tua yang tampak aus. "Ini lebih dari sekadar proyek energi yang kamu jalankan, Dina. Kami tidak tertarik dengan kincir anginmu. Tapi kami tahu, ada sesuatu yang tersembunyi di Jatiroto. Dan kami akan menemukannya."

Dina merasa seluruh tubuhnya merinding. "Apa yang kalian cari?"

Orang itu tersenyum tipis. "Mungkin kamu akan tahu lebih banyak jika kamu berhenti menghalangi jalan kami. Jatiroto bukan tempat yang aman bagi orang-orang yang ingin tahu lebih dari yang seharusnya."

Seperti itu, dia menghilang kembali dalam bayang-bayang malam. Dina berdiri terpaku di tempatnya, tubuhnya masih gemetar. Tanpa berkata apa-apa, ia berlari kembali ke rumahnya, mengunci pintu dengan cepat, berusaha menenangkan pikirannya yang semakin kacau.

Sesampainya di dalam, ia menemukan Armand sudah ada di sana, tampak khawatir.

"Ada apa, Din? Kamu baik-baik saja?" Armand segera menghampirinya.

Dina duduk di kursi, mencoba menarik napas panjang. "Mereka mencari sesuatu, Armand. Sesuatu yang ada di Jatiroto."

Armand menatapnya dengan cemas. "Apa itu?"

Dina menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu pasti. Tapi aku merasa ini jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Ada yang ingin menghancurkan segala yang ada di sini."

Armand merasakan ketegangan yang mengalir di antara mereka. "Kita harus segera mencari tahu lebih lanjut. Tidak ada waktu lagi untuk ragu."

"Benar," jawab Dina, matanya penuh tekad. "Jatiroto tidak akan jatuh begitu saja. Kita harus melawan."

Namun, meski ada semangat baru yang membara di dalam dirinya, Dina tahu bahwa ancaman yang mereka hadapi bukan hanya soal proyek yang terganggu. Ini adalah perang yang lebih besar—perang yang melibatkan sejarah, kekuatan tersembunyi, dan sesuatu yang lebih dari sekadar tanah yang mereka cintai.

Dengan tekad yang semakin bulat, Dina dan Armand memulai langkah baru. Sebuah perjalanan yang akan membawa mereka pada sebuah rahasia besar yang terkubur dalam kedalaman tanah Jatiroto.

Malam semakin larut. Dina dan Armand duduk di ruang tamu yang hanya diterangi oleh lampu temaram, menyusun rencana yang lebih matang. Peta tua yang tadi disinggung oleh orang misterius itu masih terbayang di pikiran Dina, seolah menggugah perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Desain dan gambar-gambar di peta itu tampak familiar, namun tetap misterius.

"Kalau mereka mencari sesuatu di Jatiroto, kita harus tahu lebih banyak," ujar Armand, matanya memancarkan kecemasan yang dalam. "Mbah Tirta pasti tahu lebih dari yang dia sampaikan. Dia bukan hanya seorang pengetahuan lokal biasa."

Dina mengangguk, tatapannya jauh ke depan. "Benar. Ada cerita tentang sumur tua itu, tapi aku yakin itu lebih dari sekadar legenda."

Mereka memutuskan untuk mendatangi Mbah Tirta malam itu juga, meski angin malam terasa semakin dingin dan mencekam. Perjalanan menuju rumah Mbah Tirta tidak mudah, apalagi dengan suasana yang penuh ketegangan. Jalan setapak itu dipenuhi dedaunan basah dan akar pohon yang mencuat, menciptakan bayangan aneh di bawah sinar rembulan.

Sesampainya di rumah Mbah Tirta, mereka mengetuk pintu kayu tua yang tampak rapuh namun kokoh dengan cara misterius. Tak lama, pintu terbuka dengan pelan, dan Mbah Tirta berdiri di sana, matanya yang tua namun tajam menatap mereka dengan sorot penuh kewaspadaan.

"Kalian datang untuk apa?" tanyanya dengan suara serak, seakan sudah tahu jawaban dari pertanyaan itu.

"Mbah," kata Dina, suaranya penuh harap, "kami butuh tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di Jatiroto. Apa yang mereka cari?"

Mbah Tirta menghela napas panjang, lalu mempersilakan mereka masuk. Di dalam rumah, aroma dupa yang khas memenuhi udara, menciptakan suasana mistis. Dinding-dindingnya penuh dengan simbol-simbol aneh yang tampaknya memiliki makna mendalam.

"Ada legenda," ujar Mbah Tirta sambil menyalakan lilin tambahan. "Tentang harta yang tidak hanya berupa emas atau perak, tetapi sesuatu yang jauh lebih berharga—energi yang terhubung dengan alam. Mereka yang mengetahui peta itu berusaha menemukan 'Sumber Jiwa'."

"Sumber Jiwa?" Armand bertanya, alisnya terangkat.

Mbah Tirta mengangguk. "Konon, itu adalah inti dari kekuatan Jatiroto. Energi yang bisa memberi kehidupan atau kehancuran. Sumur tua itu adalah gerbangnya. Tapi gerbang itu hanya bisa dibuka oleh mereka yang memiliki kunci spiritual yang benar."

Dina merasa sesuatu dalam dirinya bergetar. "Mbah, apakah ini sebabnya semua ini terjadi? Apakah proyek kincir angin dan sumur tua itu terhubung?"

Mbah Tirta menatap mereka dengan serius. "Ya, semua itu adalah cara untuk membangkitkan atau menjaga keseimbangan. Tapi ada pihak yang ingin menyalahgunakannya. Itulah mengapa kalian harus berhati-hati. Kalian adalah bagian dari ini, suka atau tidak."

Ketika Mbah Tirta berkata demikian, suara gemuruh terdengar dari kejauhan, seolah tanah sendiri berbicara. Dina dan Armand saling berpandangan, kesadaran akan betapa dalamnya masalah ini mulai menguasai mereka.

"Kita tidak bisa mundur," kata Dina dengan nada tegas. "Mbah, apa yang harus kita lakukan?"

Mbah Tirta menatap mereka lama, sebelum akhirnya berkata, "Besok pagi kita akan ke sumur tua. Tapi malam ini, siapkan diri kalian. Meditasikan niat kalian, karena perjalanan ini bukan hanya tentang fisik, tapi juga spiritual."

Dina dan Armand mengangguk, merasakan beratnya tanggung jawab yang kini mereka pikul. Ini bukan sekadar menjaga Jatiroto dari ancaman fisik, tetapi juga dari kehancuran yang bisa datang dari kegelapan batin yang tersembunyi.

1
Sisca Audriantie
good keren banget😊
avocado lush: terima kasih /Pray//Whimper/
total 1 replies
elayn owo
Gak bisa berhenti baca deh! 🔥
ADZAL ZIAH
semangat menulisnya ya kak ❤ dukung juga karya aku
avocado lush: makasih kak dukungan nya /Heart/ siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!