"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Seketika Vivi menatap Reynan. Makanan yang baru saja masuk mulut itu hampir saja tersedak. "Maksudnya?" Kemudian Vivi mendekatkan wajahnya ke telinga Reynan. "Kak Rey gak ngapa-ngapain kan semalam?"
Reynan hanya tersenyum penuh arti. Dia mengerlingkan matanya menggoda Vivi. Rupanya Vivi hanya pandai menggoda saja tapi dia terlalu polos.
Tidak mendapat jawaban dari Reynan, Vivi mencubit pinggangnya. "Kak Rey?"
Reynan mendekatkan wajahnya. "Mau tahu? Nanti malam kita ulangi lagi sebelum kamu tidur."
Kedua orang tua Reynan menatap Vivi dan Reynan sambil tersenyum. "Apa kalian mau bulan madu mumpung Rey sudah sembuh."
Lagi, nafsu makan Vivi pagi hari itu terganggu karena obrolan seputar kegiatan suami istri. Dulu dia memang berani menantang Reynan tapi setelah Reynan sembuh dan meresponnya, nyalinya justru menciut.
"Wah, ide yang bagus. Gimana sayang? Mau bulan madu?" tanya Reynan sambil menyenggol lengan Vivi.
Vivi hanya mengangkat bahunya. Dia masih belum memikirkan masalah bulan madu itu karena rasa kesalnya pada Reynan masih belum hilang. "Aku belum kepikiran. Nanti saja."
"Oke, kalau kalian sudah punya rencana bilang saja sama Papa, agar Papa mengurus semuanya tapi tetap, selama kalian belum memberikan Papa cucu, Vivi yang memimpin perusahaan," kata Rangga.
"Vivi, kamu mau jadi direktur?" tanya Raina. "Kalau aku sih gak akan pernah mau disuruh pegang perusahaan. Makanya aku ambil fakultas seni, biar gak mikir bisnis terus." Raina tertawa kecil. Dia tidak mau ambil pusing dengan bisnis keluarganya, toh sudah ada kakaknya yang menjadi andalan keluarga.
"Rain, sedari dulu kan aku suka bisnis, dan aku juga mau buktikan sama Kak Rey bahwa aku bisa," kata Vivi kemudian dia mulai memakan sarapannya.
"Semakin bangga sama kamu." Satu tangan Reynan mengusap puncak kepala Vivi.
Tapi Vivi menggeser kepalanya agar Reynan berhenti mengusapnya. Perhatian Reynan bukan hanya ditunjukkan saat mereka berdua tapi Reynan sekarang berani terang-terangan menggodanya.
Kemudian tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka selama menghabiskan sarapan. Setelah selesai, Reynan dan Vivi berpamitan berangkat ke kantor. Mereka berangkat bersama dalam satu mobil yang masih dikemudikan oleh Anton karena kaki Reynan belum sepenuhnya normal seperti dulu.
Sepanjang perjalanan ke kantor, Vivi hanya menatap layar ponselnya. Tidak seperti sebelumnya, Vivi selalu bergelayut manja di lengan Reynan saat berada di dalam mobil.
Tiba-tiba Reynan mengambil ponsel Vivi. "Apa lebih menarik hp daripada aku?"
"Ih, Kak Rey! Bisa gak sih gak ganggu aku?" Vivi ingin merebut ponselnya tapi Reynan semakin menjauhkannya.
"Gak bisa! Kamu dulu juga gak bisa gak ganggu aku walau hanya semenit."
Vivi tak merebut ponselnya lagi. Dia hanya melipat kedua tangannya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Masih betah aja kesel sama aku. Semua sudah selesai, meskipun Arga belum tertangkap tapi setidaknya kita bisa memulai rumah tangga yang lebih harmonis."
Vivi hanya mengalihkan pandangannya meskipun dalam hatinya tersenyum mendengar perkataan Reynan.
Beberapa saat kemudian, mobil itu telah berhenti di tempat parkir. Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju lift.
Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka menyapa hormat. Mereka berdua masuk ke dalam lift VIP dan naik ke lantai tujuh. Di dalam lift, Vivi masih saja mendiamkan Reynan.
"Oiya, Bu Vivi harus mengadakan meeting dan membuat pengumuman kalau direktur di perusahaan sekarang adalah Bu Vivi," goda Reynan. Dia tahu, tidak semudah itu mengganti jabatan di perusahaannya. Untuk mengesahkan semua dokumen penting tetap membutuhkan tanda tangannya.
"Iya, pasti aku akan mengumumkan ke seluruh staff di sini," jawab Vivi. Semangat dan rasa percaya diri Vivi memang sangat tinggi. Hal itu yang membuat daya tarik Vivi semakin bertambah.
Reynan hanya menahan tawanya. Setelah pintu lift itu terbuka, Vivi melangkah mendahului Reynan.
Reynan hanya mengikuti Vivi dari belakang sambil membawa tas yang berisi laptop dan beberapa dokumen penting.
"Vivi, aku dengar kamu masuk rumah sakit. Tidak ada luka parah kan?" tanya Farid setelah Vivi masuk ke dalam ruangan direktur.
Reynan hanya berdehem sambil meletakkan laptopnya di meja direktur. Sebelumnya dia sudah mengirim pesan pada Farid bahwa untuk sementara Vivi akan menjadi direktur menggantikannya sesuai keinginan Papanya.
"Maaf, maksud saya Bu Vivi."
"Tidak usah panggil, Bu," kata Vivi sambil duduk di kursi kebesaran Reynan. Dia juga membalik nama Reynan di atas meja itu.
"Harus tetap panggil, Bu. Ingat posisi." Reynan menunjuk mereka berdua dengan jarinya.
Vivi berdengus kesal lalu membuka laptop Reynan yang berada di atas meja.
Reynan hanya tersenyum dan membiarkan istri kecilnya bermain-main dengan jabatan itu.
Vivi kini menatap Reynan yang masih saja berdiri di ambang pintu. "Pak Rey, tempat sekretaris dimana ya? Harap duduk di sana."
"Oke, Bu bos." Reynan akhirnya duduk di meja kerja yang biasanya ditempati Vivi. Dia menghidupkan layar komputernya lalu memeriksa e-mail pusat.
"Pak Tomi minta bertemu. Akhirnya proyek itu akan berjalan." Reynan segera mempersiapkan berkas-berkas penting yang akan dibawa. Dia juga mengecek kembali proposal kinerja proyek itu lalu mencetaknya ulang.
Kemudian dia berdiri dan menyerahkan berkas-berkas penting itu pada Vivi. "Bu Vivi segera pelajari ini dan menangkan tender ini."
Vivi mengernyitkan dahinya menatap Reynan, lalu dia membuka map itu dan membalik satu per satu kertas itu.
"Kita ke tempat Pak Tomi dua jam lagi," imbuh Reynan yang masih berdiri di dekat Vivi.
Farid yang berada di tempat itu, hanya menatap Reynan dan Vivi secara bergantian. Dia sudah melihat ada cinta yang kuat di antara mereka. Meski sekarang ada perdebatan kecil tapi membuat mereka semakin terlihat mesra. Hal itu membuatnya iri. Entah kapan dia akan menemukan pasangan yang cocok di hatinya.
💞💞💞
Sabar Farid, nanti ada waktunya sendiri.🤭
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor