Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Mendapatkan Solusi
"Kita tidak punya waktu. Hanya menunggu beberapa jam lagi untuk malam puncak. Pestanya nanti malam! Juliet aku bodoh, tidak teliti dan pelupa. Bagaimana ini? Ya Tuhan, aku mau bunuh diri..."
Namun, kesalahan kecil ini menghancurkan semuanya. Sebenarnya bukan kesalahan kecil, dress code sangat penting, ini kesalahan besar.
"Setengah mati kita memilih pakaian, menghabiskan uang sebanyak itu... dan ternyata salah! Aku... aku terlalu sibuk memikirkan tema dan kemewahan, sampai aku lupa detail yang paling penting."
Juliet memandang Myra dengan campuran emosi kesal, bingung, tapi juga kasihan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.
Pesta itu nanti malam, dan mereka benar-benar kehabisan waktu.
Setelah beberapa saat, Juliet berdiri, mengambil paperbag pakaian mereka yang masih tersimpan di lemari.
Ia merogoh ke dalamnya dan menarik keluar nota pembelian.
"Berhenti mengoceh. Kau masih punya waktu!" kata Juliet sambil memegang nota itu.
Myra menatapnya dengan mata berlinang. "Apa maksudmu?"
Juliet menaruh nota itu keatas meja.
"Tunggu apalagi? Cepat hubungi mereka!" Menunjukkan ke arah nota yang tertera nomor mereka.
Myra menghapus air matanya dengan punggung tangan, mencoba mengembalikan semangatnya.
"Kau benar! Juliet, kau jenius! Aku akan menelepon mereka sekarang."
Juliet hanya mengangguk, lalu mulai membereskan buku-bukunya yang berantakan. Meski ia kesal, ia tahu tidak ada gunanya marah sekarang.
Saat ini waktu adalah musuh utama mereka.
Sementara itu, Myra sibuk dengan teleponnya, berbicara dengan staf butik. Beberapa menit kemudian, ia berbalik ke arah Juliet dengan ekspresi lega.
"Mereka setuju! Kita bisa menukar pakaian kita, tapi kita harus pergi sekarang."
Juliet mengambil dompet, Myra mengambil beberapa paperbag berisikan kostum mereka.
Dengan langkah cepat, mereka meninggalkan asrama, berlari menuju tujuan berikutnya dengan harapan besar bahwa malam itu akan tetap berjalan sesuai rencana.
*
*
Secrets of The Night
Pesta diadakan di sebuah mansion megah yang berdiri di tengah kawasan eksklusif, dikelilingi taman dan lapangan yang luas.
Mansion ini memancarkan kemewahan dengan arsitektur bergaya klasik Eropa.
Pintu gerbang utama terbuat dari besi tempa dengan ornamen emas, menyambut tamu dengan keanggunan yang memikat.
Saat mobil berhenti di depan gerbang mansion, Juliet memandang keluar jendela dengan mata yang membelalak.
Lampu-lampu hias yang berkilauan menghiasi seluruh area mansion, menciptakan kesan glamor yang hampir menyesakkan.
Pilar-pilar tinggi di depan pintu masuk dilapisi emas berkilauan, Musik orkestra mengalun lembut, namun terasa seperti gema yang menegangkan di telinganya.
"Juliet, ayo turun! Kita sudah di sini," desak Myra, yang duduk dengan gelisah di sampingnya.
Tangannya sudah meraih pintu, bersiap untuk keluar.
Juliet tetap terpaku, ia merasakan dadanya sesak. Di luar, seorang pelayan membukakan pintu mobil dengan sopan, membuat Juliet semakin panik.
“Cepat, Juliet! Kita bikin antrean ini panjang!” tegur Myra sambil melirik ke belakang, di mana deretan mobil mewah mulai membunyikan klakson.
Pengemudi di mobil Juliet memandang mereka dari kaca spion dengan wajah cemas.
“Maaf, Nona, kita harus segera bergerak,” katanya dengan nada lembut namun mendesak.
Juliet menggigit bibirnya, menahan dorongan untuk meminta sopir membawanya kembali ke asrama.
Namun, suara klakson bertubi-tubi membangunkannya dari lamunannya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
Saat akhirnya ia melangkah keluar, udara malam yang sejuk menerpa wajahnya. Ia mendongak dan membaca tulisan neon besar di atas gerbang: Secrets of the Night.
Juliet akhirnya melangkahkan kakinya ke atas karpet merah, masih merasa kaku karena sorotan lampu dan suara bising di sekelilingnya.
Ketika ia mendekati gerbang utama, matanya menangkap kilauan dari berbagai dress tamu undangan.
Hampir semua wanita mengenakan dress mini yang berani, menonjolkan lekuk tubuh mereka dengan potongan yang tidak menyisakan banyak imajinasi.
Gaun berwarna hitam, biru, dan perak mendominasi pemandangan, sesuai dengan dress code malam itu, namun dengan gaya yang jauh lebih sensual dan modern dari apa yang ia bayangkan.
"Beraninya kau!" Juliet memberikan tatapan menusuk pada Myra. Saat menyadari Myra telah membodohinya.
"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" Myra pura-pura tidak mengerti, namun kilatan jahil di matanya tak bisa disembunyikan.
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!