NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228.4k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Firasat Bahaya

Di salah satu sudut kafe yang cukup tenang di Yogyakarta, Mumu duduk berhadapan dengan Pak Rendra, seorang pria berusia paruh baya yang rambutnya mulai memutih di beberapa bagian.

Wajahnya tampak serius, meski terselip senyum hangat yang tak pernah hilang sejak pertemuan mereka dimulai.

Ini bukan pertemuan yang biasa bagi Mumu. Setelah beberapa hari berlalu sejak ia meninggalkan Rumah Sakit tempat dulu ia bekerja, hari ini ia kembali berhadapan dengan seniornya yang lama.

Kopi hitam di cangkir di depannya hampir tak tersentuh, sementara Pak Rendra sudah beberapa kali menyeruput es teh yang dipesannya.

Dari sorot mata pria itu, Mumu bisa menebak ada hal penting yang ingin disampaikan.

Keduanya terdiam sesaat, menikmati suasana kafe yang mulai ramai dengan pengunjung sore hari.

"Mumu..." Pak Rendra membuka percakapan dengan nada hati-hati.

"Saya dengar kabar dari beberapa orang bahwa kamu sekarang menjalani hidup yang cukup tenang di luar dunia medis. Bagaimana kabar istrimu?"

Mumu tersenyum tipis.

"Alhamdulillah, Pak. Istri saya sekarang sedang hamil, meskipun ada beberapa masalah kesehatan yang sedikit mengkhawatirkan."

Pak Rendra mengangguk pelan, wajahnya sedikit berkerut. “Masalah kesehatan apa, Mumu? Apa kalian sudah memeriksakan ke dokter?”

Mumu menunduk sejenak sebelum menjawab.

"Ini nampaknya penyakit yang diluar medis, Pak. Yang membuat saya khawatir, kondisi istri saya saat ini datang dan pergi. Kadang dia sehat, kadang sakit parah, dan sakitnya... aneh."

Pak Rendra menatap Mumu dalam-dalam, kemudian meletakkan gelas teh di atas meja. "Bukan penyakit medis?"

Mumu menarik napas panjang, seolah berusaha merangkai kata yang tepat.

"Ya... penyakit ini tidak bisa dijelaskan secara medis. Tidak ada gejala yang spesifik."

"Kadang tubuhnya lemas tanpa sebab. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi belum ada yang berhasil sepenuhnya."

Pak Rendra tampak berpikir.

"Mumu, saya prihatin dengan persoalan yang kamu alami dan saya berharap persoalanmu cepat selesai."

"Kamu tahu, saya selalu menghargai kemampuanmu sebagai tenaga medis, bahkan di luar itu. Kamu punya bakat lebih. Mungkin justru ini saat yang tepat untuk kamu kembali. Rumah sakit membutuhkan seseorang seperti kamu."

Mumu menatap Pak Rendra dengan dengan tenang. Ia sudah menduga bahwa pertemuan ini bukan hanya tentang bertanya kabar.

Ada sesuatu di balik undangan ini, dan sekarang terungkap.

“Maksud Bapak… ingin saya kembali bekerja di Rumah Sakit?”

Pak Rendra tersenyum tipis, mencoba melunakkan suasana.

“Kamu tahu sendiri, Mumu. Setelah kamu pergi, banyak perubahan yang terjadi. Kami benar-benar kekurangan tenaga yang bisa diandalkan seperti kamu."

"Kemampuanmu dalam menangani pasien, terutama yang memiliki masalah yang tidak biasa, itu tak tergantikan.”

Mumu terdiam, memikirkan kata-kata Pak Rendra. Ada bagian dari dirinya yang rindu kembali bekerja di rumah sakit, membantu orang lain, dan merasakan hiruk-pikuk dunia medis lagi.

Namun, keadaan sekarang berbeda. Ia tak bisa begitu saja meninggalkan Erna yang sedang hamil dan dalam kondisi kesehatan yang rapuh.

“Saya paham, Pak, kalau Rumah Sakit membutuhkan tenaga, dan saya merasa terhormat Bapak masih mempercayai saya.” Jawab Mumu akhirnya.

“Tapi, saya sudah memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, terutama untuk menjaga istri saya. Dia butuh saya, Pak, dan saya tak bisa meninggalkannya begitu saja, terutama dengan kondisi yang seperti ini.”

Pak Rendra mengangguk pelan, mencoba memahami posisi Mumu.

Namun, dia tidak menyerah begitu saja.

“Saya mengerti, Mumu. Tapi bagaimana kalau kamu bisa menyeimbangkan keduanya?"

"Saya tahu ini mungkin sulit, tapi kami bisa memberikan fleksibilitas."

"Kamu tidak perlu bekerja penuh waktu seperti dulu. Kami bisa atur jadwalmu sesuai kebutuhanmu, terutama selama istrimu membutuhkanmu. Bagaimana?”

Mumu tersenyum lembut, mengapresiasi tawaran tersebut, tapi hatinya sudah bulat.

“Pak Rendra, saya tahu Bapak menawarkan hal ini dengan niat baik, dan saya sangat berterima kasih untuk itu."

"Tapi saya rasa, untuk saat ini, saya ingin fokus sepenuhnya pada keluarga saya."

"Kondisi istri saya cukup mengkhawatirkan, dan kehamilannya juga bukan kehamilan yang mudah. Ada beberapa hal yang harus saya perhatikan.”

Pak Rendra menatap Mumu dengan penuh pengertian, meskipun ada sedikit kekecewaan di wajahnya.

"Saya benar-benar berharap kamu bisa mempertimbangkannya lagi, Mumu."

"Kamu selalu jadi aset berharga bagi Rumah Sakit ini, dan kehilanganmu benar-benar berdampak besar."

"Tapi saya juga tidak bisa memaksa. Keluarga memang yang utama."

Mumu mengangguk. "Terima kasih, Pak. Mungkin di masa depan, ketika keadaan sudah lebih stabil, saya akan mempertimbangkannya lagi. Tapi untuk sekarang, saya ingin ada di sisi istri saya."

Jika memang ia menjadi aset berharga tak mungkin ia dikambinghitamkan hanya gara-gara pihak Rumah Sakit tak mau mengambil resiko.

Hanya saja pemikiran itu tidak Mumu utarakan.

Keduanya terdiam lagi. Mumu bisa merasakan ketulusan dari Pak Rendra, tapi juga ada tekanan halus di baliknya.

Meski begitu, ia tetap teguh pada pendiriannya. Kesehatan Erna dan kehamilannya adalah prioritas utamanya saat ini.

Mumu tiba-tiba merasakan firasat aneh, seperti ada sesuatu yang mengancam di sekitar mereka.

Ia menoleh ke arah pintu kafe, dan entah mengapa, perasaan itu semakin kuat.

Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Dalam sekejap, naluri Mumu mengambil alih.

Ia langsung berdiri dari kursinya dan dengan cepat menyambar bahu Pak Rendra yang masih duduk santai di depannya.

“Pak Rendra, cepat!” Teriak Mumu, mendorong pria itu hingga jatuh ke lantai bersamanya. Mereka berdua meluncur di lantai kafe, meninggalkan kursi mereka yang masih bergoyang sedikit.

Pak Rendra belum sempat mengerti apa yang terjadi.

"Mumu, apa yang...?"

Belum selesai Pak Rendra bertanya, terdengar bunyi keras yang memekakkan telinga.

"Gubrak! Brak!!!"

Kursi dan meja yang tadinya berada di tempat Mumu dan Pak Rendra duduk barusan terlempar ke segala arah.

Kaca depan kafe pecah berkeping-keping, melontarkan serpihan ke seluruh ruangan.

Sebuah mobil tiba-tiba menghantam dinding kafe dengan kecepatan tinggi.

Bagian depannya hancur berantakan, menabrak tempat yang seharusnya mereka duduki beberapa detik lalu.

Pengunjung kafe yang berada di sekitar meja mereka menjerit panik, sebagian berhasil menghindar, namun beberapa lainnya tertabrak oleh mobil yang tak terkendali itu.

Suasana kafe yang tenang berubah seketika menjadi kacau.

Mumu segera bangkit dari lantai, tubuhnya masih terasa bergetar dari adrenalin.

Pak Rendra masih terbaring di sampingnya, terengah-engah, matanya membelalak melihat kerusakan yang terjadi di hadapannya.

“Mumu... apa yang... terjadi?” Pak Rendra terdengar masih bingung, suaranya bergetar.

“Saya tidak tahu, Pak, tapi mobil itu…” Mumu menunjuk ke arah kendaraan yang kini separuh masuk ke dalam kafe. Mesin mobil masih menggerung pelan, namun tidak ada tanda-tanda pengemudi keluar.

Mumu mendekati mobil dengan hati-hati, mencoba memastikan situasinya aman.

Saat ia sampai di dekat pintu pengemudi, bau alkohol yang tajam langsung menusuk hidungnya.

Pengemudinya seorang pria, masih tergantung di sabuk pengaman, kepalanya terkulai, dan botol minuman keras tampak jatuh di samping kursinya. Wajahnya merah padam, jelas-jelas mabuk berat.

"Mabuk..." Gumam Mumu pelan. Ia memeriksa denyut nadi pria itu. Masih ada. Pria itu tampak kehilangan kesadaran karena benturan, tapi beruntung dia masih hidup.

Di belakang Mumu, suasana kafe semakin kacau. Beberapa pelanggan yang terluka parah mulai mendapat perhatian dari pengunjung lain.

Darah tampak di beberapa tempat, tangisan, dan jeritan terdengar di mana-mana.

Pak Rendra, yang mulai pulih dari keterkejutannya, menghampiri Mumu dengan napas yang masih berat.

"Kalau kamu tidak menarik saya tadi, kita mungkin sudah…"

Mumu mengangguk tanpa berkata apa-apa, pikirannya sibuk menilai situasi.

Ia beruntung bisa bereaksi cepat, tapi bagi mereka yang tak sempat menghindar, situasinya tidak sebaik itu.

"Kita harus bantu yang lain, Pak."

Dan tanpa menunggu jawaban, Mumu bergerak membantu para korban yang terluka, sementara suara sirene polisi dan ambulans mulai terdengar dari kejauhan.

1
Ejan Din
kenapa dipikirkan. silap kalian tidak sama seperti mumu.. apa otak kalian itu seperti udang.. jelas2 mumu tidak peduli tentang kalian..
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
Rikarico
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!