NovelToon NovelToon
Diary Aluna

Diary Aluna

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Phatel

Aluna adalah gadis yang tumbuh di keluarga sederhana. Kesehariannya kerap kali diwarnai dengan cemoohan dan makian dari keluarganya sendiri.

Bagaimana ia menghabiskan hari-harinya yang penuh air mata?

Semuanya ia luapkan dalam Diary yang ia simpan baik-baik dalam lemari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phatel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Telur Rebus Buatan ayah

Ketika piring kotor yang diantar padanya semakin berkurang, akhirnya Aluna memutuskan untuk meniggalkan tempat itu untuk mencari neneknya. Ia akan meminta makan pada sang nenek karena sejak tadi perutnya sudah menuntut meminta diisi.

Aluna berjalan memasuki rumah yang dipenuhi oleh sanak saudara yang berasal dari kampung. Suasana di dalam rumah sudah dihias sedemikian rupa dimana terdapat pelaminan cantik untuk pengantin di dalamnya. Pesta digelar secara adat, sehingga wajib ada pelaminan di dalam rumah untuk pelaksanaan adatnya, namun ada juga pelaminan yang di sediakan di luar rumah tak jauh dari panggung agar para tamu yang berhadir dapat melihat paras dari kedua mempelai.

Saat ini Amel dan Fadly, suaminya tengah bersanding di pelaminan luar rumah. Aluna memilih duduk di pojokan dekat kamar pengantin seraya mengamati orang-orang di dalam ruangan itu. Semua sibuk sendiri, tidak ada yang menyadari kehadiran Aluna di sana.

Aluna terlalu takut untuk meminta makanan pada saudara yang ada di sana, terpaksa ia menahan perih di lambungnya akibat belum diisi sejak siang. Gadis itu menunduk memilin perutnya yang sakit sebelum sebuah tangan kekar menepuk lembut pundaknya.

"Ngapain kamu sendirian di sini?" tanya seorang laki-laki yang Aluna kenali sebagai salah seorang ustadz di tempatnya mengaji di TPA dulu.

"Hah? Kok Ustadz Budi di sini?" tanya Aluna heran.

"Loh, inikan pernikahan abangku." jawab Ustadz Budi tak kalah heran. Ia merasa bingung mengapa Aluna bisa ada di pesta pernikahan abangnya.

"Eh? Berarti ustadz adiknya bang Fadly dong?" tanya Aluna lagi.

"Iya. Dia abang kandungku." jawab ustad Budi.

"Kak Amel itu kakakku." pekik Aluna kemudian.

Budi tersentak kaget mendengar jawaban Aluna. Dirinya yang datang terlambat bersama teman-teman sekolahnya sengaja diminta oleh keluarga Aluna untuk makan di dalam saja karena hidangan yang ada di meja prasmanan semuanya sudah dipindahkan ke dalam mengingat sudah tidak ada lagi yang datang karena waktu juga sudah menunjukkan pukul setengah lima sore.

Siapa sangka ia malah melihat seseorang yang dikenalnya tengah duduk di pojokan tampak kesakitan memegang perutnya. Ketika ia hampiri, ternyata itu adalah orang yang pernah menjadi muridnya di TPA, dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata gadis itu adalah adik dari kakak iparnya. Sungguh dunia ini sempit sekali.

Aluna melirik Budi dari atas ke bawah, pria itu mengenakan pakaian seragam Abu-abunya hari ini. Tidak seperti biasanya yang mengenakan baju koko dan kain sarung serta peci di kepala, hari ini Budi tampak selayaknya pria remaja sesuai dengan seragam yang dikenakannya. Aluna tidak menyangka jika ustadznya itu ternyata masih SMA.

"Eh, ngomong-ngomong kamu bisa bantuin saya gak?" tutur Budi memelankan suaranya.

"Bantu apa ustadz?"

"Kamu bantu saya ambilin makan boleh? Saya kebetulan baru pulang sekolah sama teman-teman saya dan kami lapar." pinta Budi. Aluna mengernyit. Dirinya saja yang empunya acara sedang kelaparan karena tidak berani mengambil makan, ini malah diminta mengambilkan makan buat orang lain.

"Tapi ustadz...." Aluna terdiam sejenak, berfikir harus beralasan apa untuk menolak permintaan lawan bicaranya itu.

"Tolong dong Aluna. Tadi memang kami sudah disuruh ambil makan ke dalam kok. Tapi kan saya orang luar di sini, ya saya segan dong." kilah Budi masih tetap mendesak Aluna.

'Gimana ini? Masa aku harus ngasih tau ustadz Budi kalau aku dilarang nyentuh makanan di sini karena aku punya penyakit menular? Nanti yang ada dia malah jijik sama aku.' batin Aluna cemas.

Melihat Aluna yang gelisah seolah keberatan, akhirnya Budi paham. "Yasudah kalau tidak mau. Biar saya ambil sendiri saja ke belakang." rajuknya beranjak meninggalkan Aluna.

Aluna hanya menatap punggung Budi dengan tampang tak enak. 'Maaf ustadz'

Gadis itu kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah. Di sini sepertinya orang-orang tidak ada yang peduli padanya. Termasuk nek Siti sendiri. Entah dimana beliau sekarang, mungki. ia tengah sibuk melayani sanak saudaranya yang datang dari jauh. Sehingga tidak lagi mengingat bahwa cucunya belum makan siang dan belum minum obat.

***

Setiba di rumah, Aluna mendapati ayahnya tengah berbaring sambil menonton siaran berita. "Assalamualaikum." ucap Aluna memasuki rumah. Mengambil posisi duduk di dekat kaki ayahnya.

"Waalaikumsalam. Loh... Kok sudah pulang? Nenek mana?" tanya Aris heran. Matanya mencari-cari keberadaan ibunya tapi tidak ada.

"Nenek masih di sana. Luna lapar, yah. Disana gak ada yang kasih makan." adunya pada sang ayah.

"Kok bisa? Kan disana banyak makanan." Aris terduduk dan menatap lekat anak gadisnya. Bagaimana mungkin anaknya sampai tidak diberi makan di acara pesta itu, sementara dirinya sudah memberi uang yang banyak untuk kelangsungan acara.

Aluna hanya menggeleng lemah. Aris marah, namun ia menahannya. Kemudian ia bangkit dan berjalan keluar rumah. Aluna yang tau kemana ayahnya pergi pun memilih menunggu sang ayah kembali dengan menonton siaran kartun Upin dan Ipin kesukaannya.

Selang beberapa menit kemudian Aris kembali dengan menenteng kantong plastik berisi beberapa butir telur ayam di dalamnya. Langsung saja ia merebus dua butir telur untuk Aluna. Karena anaknya tidak bisa makan makanan yang berminyak dan goreng-gorengan, satu-satunya yang bisa ia siapkan hanya telur rebus saja untuk menu makan putri bungsunya.

Aris menghidangkan dua butir telur rebus dengan sedikit nasi yang sudah ditaburi garam ke hadapan Aluna. "Ini... Kamu makan ini aja dulu ya. Karena ayah gak tau kalau kamu pulang ke rumah hari ini." ujar sang ayah yang diangguki oleh Aluna. Gadis itu kemudian mulai melahap makanan yang disediakan oleh ayahnya. Walau sederhana, namun nikmatnya begitu terasa. Entah karena sudah terlalu lapar atau karena itu spesial dibuatkan oleh ayahnya sendiri. Aluna menyantap makanan itu hingga habis tak bersisa.

Melihat putrinya menghabiskan makan sorenya, Aris tersenyum bangga. "Nah gitu dong. Harus makan yang banyak. Sekarang kamu minum obat dulu!" titah Aris.

"Iya ayah." Aluna mengeluarkan obat yang ada di dalam tasnya dan kemudian meminum obat tersebut satu persatu. Total ada tujuh jenis obat termasuk sirup.

"Pintar anak ayah." Aris tersenyum mengusap lembut puncak kepala anaknya yang terbalut hijab itu. Aluna balas tersenyum lembut.

"Ayah." panggil Aluna kemudian.

"Hhmm?"

"Apa ayah masih marah sama tante Nur?" Aris menatap Aluna, sebelah alisnya terangkat.

"Kenapa tiba-tiba kamu nanya begitu?" ucapnya balik bertanya.

"Ayah setuju acara nikahan kak Amel diadakan di rumah tante Nur, tapi ayah gak mau datang ke acara itu. Jadi Luna kira ayah masih marah sama tante." jelas Aluna dengan tampang polos.

"Hhhh... Ayah memang masih marah, dan ayah juga kesal. Ayah kasih uang sama nenek untuk beli tanah biar kita bisa bangun rumah sendiri, jadi gak perlu ngontrak lagi. Tapi nenek kamu malah beli tanah yang jaraknya cuma beberapa meter dari rumah tante kamu. Luasnya cuma lima meter dan panjang sepuluh meter. Mana bisa buat rumah dengan luas tanah yang cuma segitu. Udah gitu tanahnya di samping kuburan, eh tanahnya masih dalam bentuk kolam pula." Aris menarik nafas dalam.

"Ayah gak habis fikir. Mau-maunya nenek sama kakak kamu ditipu sama tante kamu itu. Untuk apa mereka beli tanah bentuk kubangan begitu? Ayah kan maunya tanah yang dibeli itu tanah yang rata, jadi enak nimbunnya. Kalau bentukannya begitu, yang ada uang ayah gak akan pernah cukup buat bangun rumah, karena harus menimbun sampai berpuluh truk pasir. Ayah kesal dan semakin kesal karena tantemu itu udah mempengaruhi nenek kamu untuk beli tanah yang gak laku itu. Sudah pasti sisa uang buat beli tanah itu udah diambil sama tante kamu. Ayah kesal sekali."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Mutiara 123
kok papa amel gak hadir harusnya kn jdi wali , lebih di bikin seru papa aluna marah gitu liat anaknya di gituin,,,
Mutiara 123
hla sdh 2 thn kemudian kok si aluna masih ttp kls 5 sd ya thoor,,
DiPhatel: iya kah? Waduhh, makasih ya kak. nnti coba saya revisi lgi
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
baju baru alhamdulillah.. tuk dipakai di hari raya.. 🎶🎶
DiPhatel: fufufufu. Jarang" ini Aluna dpat baju baru loh
total 1 replies
🌸𝗢𝗹𝗶𝘃𝗶𝗮 🍾⃝ ͩSᷞʜͧᴇᷡᴀ🌸
𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐥𝐨𝐡 😭 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐠𝐢𝐧𝐢
DiPhatel: makasih ka udh mampir
total 1 replies
☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥
aku mampir
DiPhatel: makasih kaaa
total 1 replies
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hallo aris
DiPhatel: Hai kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 Ig@Fanie_liem09
pocipan mampir ..
yu slg follow
nanti aku akan masukan kalian ke gc Cmb ya...
yu slg belajar mksh
DiPhatel: makasih kakak
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
DiPhatel: Makasih kakaaa
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
rapi.. not bad lah
DiPhatel: Makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!