Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Ledakan Bus
CRAAAANG!
Susu yang ada di tangan Viona terjatuh dan pecahan kacanya berserakan di lantai. Wanita itu dengan mesra menciumi pipi Alvaro.
"Kalian! Apa yang kalian lakukan!" teriak Viona.
"Dia milikku, sampai kapanpun dia milikku," Wanita itu tanpa malu kembali mencium pipi Alvaro.
"Kak Alva!" Viona kembali berteriak.
Alvaro merasa terganggu, Alvaro membuka mata. Alvaro menatap Viona yang memeluknya erat di atas tempat tidur. Alvaro beralih menatap wanita yang melotot di depan pintu.
"Kak Alva! Apa sekarang Kak Alva mengakui hubungan dengan dia!"
"Kamu siapa? Sudah berapa kali aku katakan dia ini istriku!" Alvaro duduk di atas tempat tidur memeluk wanita yang menyerupai Viona.
"Kak Alva, ini aku. Apa Kak Alva tidak mengenaliku lagi?"
"Siapa kamu? Pergi! Jangan ganggu pernikahan kami!" usir Alvaro.
"Kak Alva, lihat aku, aku Viona," Viona menunjuk dirinya.
"Jika kamu Viona, jadi yang di sebelahku ini siapa? Pergi, pergiiiiiiiii!" Alvaro menaikkan nada suaranya.
"Kak Alva! Lihat aku baik-baik! Aku Viona," Viona membuka selimut dan menarik tangan Alvaro.
Alvaro yang merasa kesal refleks menampar wajah Viona.
PLAK!
Viona jatuh ke lantai, Viona memegang wajahnya yang panas dan sakit. Pukulan Alvaro tidak main-main, Alvaro dalam emosi level tinggi. Viona menangis, menahan rasa sakit.
"Kak Alva, aku mau nanya. Apa Kak Alva lebih memilih dia?" Viona menunjuk wanita yang ada di atas tempat tidur.
Wanita itu dengan senyum kemenangan menatap Viona. Dan ketika Alvaro berbalik memandangnya, wanita itu berpura-pura meneteskan air mata.
"Kak Alva, mengapa dia ingin sekali memisahkan kita?" Wanita itu tersedu.
"Sayang, jangan dengarkan dia. Tidak ada orang lain selain kamu," Alvaro kembali ke atas tempat tidur dan memeluk wanita yang menyerupai Viona.
"Kak Alva, sekali lagi aku mau nanya. Apakah Kak Alva memilih dia?" Viona perlahan berdiri.
"Tentu saja aku memilih dia. Pergi kamu dari sini dan jangan pernah kembali!" usir Alvaro.
"Baik Kak, aku harap Kak Alva tidak menyesal. Selamat tinggal."
Viona untuk terakhir kalinya melihat ke atas tempat tidur. Di mana Alvaro dengan mesra mengecup kening wanita itu dan meyakinkan bahwa dia sama sekali tidak memilih orang lain. Viona cemburu. Viona sempat melirik wanita itu melambaikan tangan sebagai salam perpisahan kepada Viona.
Viona mengambil ponsel dan juga tasnya. Viona keluar dari kamar menuruni anak tangga. Viona dengan mantap keluar dari villa. Viona menyesal telah datang ke kota ini. Viona terus berjalan. Viona semakin jauh meninggalkan villa.
Tiba-tiba saja langit malam yang tadinya berbintang, kini tampak muram. Kilatan cahaya nampak membelah angkasa. Terdengar suara gemuruh disertai dengan hembusan angin yang kencang.
Tetesan-tetesan bening perlahan turun dari langit. Viona tidak memperdulikan tubuhnya yang mulai basah tersiram air hujan yang mulai lebat. Air hujan bercampur dengan derasnya air mata yang bercucuran dari wajah Viona.
Tangisan Viona semakin kencang seiring dengan suara petir yang menggelar. Tidak ada yang tahu sakit hati Viona di malam dingin itu. Tidak ada yang mendengar jeritan, tangisan Viona di sela derasnya hujan.
Viona tidak pernah merasa sesakit dan seperih ini. Tanpa sadar, lengan Viona tergores dahan kering yang terbang tertiup angin. Lengan Viona berdarah tapi Viona tidak merasakan sakitnya sama sekali.
"Ternyata, begini rasanya dikhianati. Kak Alva! Di depan mataku, kamu selingkuh! Di depan mataku, kamu bercumbu! Kamu lebih memilih dia! Jadi apa arti aku selama ini! Apakah aku hanya alat untuk memberikan kamu seorang anak!" Viona berteriak di tengah badai hujan.
Orang-orang di jalanan menatap ke arah Viona. Di antara mereka ada yang kasihan dan tidak sedikit dari mereka yang menganggap Viona stres karena putus cinta. Karena hanya orang patah hati yang rela hujan-hujanan di tengah badai.
Viona semakin larut dalam sedih dan kedukaan. Di saat ini jiwa Viona kosong. Pikirannya selalu mengingat pengkhianatan, perselingkuhan. Viona merasa sendirian. Viona tidak menyadari saat ini dia sedang berjalan di tengah jalan raya.
"Lihat wanita itu, apa dia ingin bunuh diri di saat hujan badai seperti ini," tunjuk ibu-ibu yang sedang berteduh di halte bus.
"Iya, ya, bosan hidup kali," sahut temannya.
"MBA, AWAAAAAS!" teriak seorang pemuda ke arah Viona.
Tapi sayang, Viona sibuk bertarung dengan hatinya yang kalut. Viona menutup mata dan telinganya dengan dunia nyata. Viona tidak menyadari saat ini dia sedang berhadapan dengan maut.
Di tengah hujan badai, sebuah bus melaju kencang. Bus itu tidak dapat dikendalikan karena mengalami kerusakan pada ban depan. Sopir bus berkali-kali memberikan peringatan kepada Viona dengan membunyikan klakson.
Viona yang saat itu berada di persimpangan jalan, melihat cahaya yang begitu menyilaukan mata. Viona tersentak saat menyadari saat ini sebuah bus bersiap menerjang dirinya. Viona mati langkah. Viona hanya bisa pasrah.
BRAAAKKKK!
Bus itu menabrak Viona dan oleng ke sebelah kiri jalan. Bus itu juga menabrak lampu lalu lintas dan beberapa mobil yang ada di sana. Bus itu kemudian terbalik, sisi kiri bus menyentuh aspal dan bagian kanan bus berada di atas.
Sementara itu tubuh Viona melayang tinggi ke udara dan mobil yang ada di belakang Viona menjadi tempat mendarat bagi Viona. Tubuh Viona terhempas kaca mobil depan.
BRAAAAKK!
Kepala Viona terbentur sangat kuat. Tubuh Viona kemudian berguling dari kap mobil turun ke aspal dan dilindas sebuah motor yang hilang keseimbangan dan jatuh tepat di samping Viona. Kepala Viona mengeluarkan darah segar.
BOOOOMMMMMM!
Terdengar suara ledakan yang dahsyat. Bus yang menabrak Viona meledak. Dalam sekejap bus itu hancur berkeping-keping. Viona yang pingsan tidak jauh dari bus terlempar cukup jauh, tubuhnya penuh dengan luka pecahan kaca.
Bumi bergetar hebat akibat guncangan. Jalan raya dibuat retak. Serpihan bus dan mobil yang hancur terlempar ke sekitar area. Terdengar sirine mobil polisi, ambulans dan pemadam kebakaran.
Asap hitam akibat ledakan membumbung tinggi ke langit. Sebagian orang yang terkena dampak ledakan di sekitar tempat kejadian perlahan menjauh walaupun mereka ada yang terluka.
Para petugas medis mulai mengevakuasi korban. Dan pihak kepolisian mendapatkan laporan, di dalam bus itu terdapat seorang buronan yang melarikan diri dari penjara. Dia membawa bom dan meledak bersama para penumpang bus.
Kecelakaan yang sangat besar yang memakan banyak korban jiwa.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi?" Arya yang kebetulan lewat, turun langsung menyaksikan kecelakaan.
Arya ikut membantu mengevakuasi korban. Entah kenapa malam ini jiwa sosialnya meronta melihat para korban yang tidak bernyawa berhamburan di jalan raya. Sampailah Arya di seberang jalan. Arya melihat dua tubuh wanita di sana. Tidak ada yang melihat mereka. Arya berlari menghampiri mereka.
Arya berjongkok menghampiri dua wanita. Arya membuka tas yang ada di antara wanita itu. Arya membuka dompet mencari identitas mereka.
Betapa terkejutnya Arya, ternyata di antara wanita itu, salah satunya bernama Viona Aisyah. Arya berusaha mengusai diri, sekujur tubuhnya terasa dingin. Tatapan putus asa disertai perasaan yang tidak karuan saat melihat dua tubuh wanita di hadapannya yang tidak melakukan pergerakan.
Arya meraung sejadi-jadinya. Arya perlahan membalik tubuh wanita itu. Yang satu wajahnya tidak bisa dikenali. Arya kembali membalik tubuh wanita yang ada di sampingnya.
Arya menyibak rambut yang menutupi wajah wanita itu. Sama seperti wanita yang ada di sampingnya, wajahnya hampir tidak bisa dikenali. Tapi Arya merasakan sesuatu, wanita yang ada di hadapannya bergerak.
"To ... long," lirihnya.
Arya meninggalkan identitas Viona beserta tas dan ponselnya di tempat kecelakaan. Arya mengangkat wanita penuh luka itu dan membawanya pergi. Arya berharap wanita yang dia tolong adalah Viona.
"Wanita, aku tidak tau siapa kamu. Entah mengapa, aku yang biasa cuek malam ini sangat peduli. Siapapun dirimu, aku akan menganggap dirimu sebagai Viona."
Arya melewati para petugas medis. Arya bilang kepada mereka, dia menemukan tunangannya tergeletak di jalan dan akan membawanya ke rumah sakit terdekat. Arya dengan leluasa memasukkan wanita itu ke dalam mobilnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...