NovelToon NovelToon
Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nabilla Apriditha

— END 30 BAB —

Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.

Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.

Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30: Puncak Kebahagiaan Endalast

.......

.......

.......

...——————————...

Para putri yang telah berinteraksi dengan Amala mulai membicarakan kekaguman mereka atas keterbukaan, sikap ceria, serta prestasi luar biasa Amala sebagai Pangeran Jatra.

Meskipun kini Amala tampil sebagai putri yang anggun, dia tetap menunjukkan keterampilannya dalam bermain anggar, berpedang, dan bertempur yang membuat para putri dan rakyat semakin terkesan. 

Amala, yang dulunya dikenal sebagai Pangeran Jatra dan sangat dikagumi banyak orang, termasuk para putri yang sempat menyukainya, kini berhasil memikat hati mereka dengan kepribadiannya yang luar biasa.

Putri Celia kembali ke rumah setelah perjamuan bersama Putri Amala. Malam itu, dia duduk di ruang keluarga bersama kedua orangtuanya, Duke dan Duchess of Elmont. Mereka duduk di sofa yang nyaman, minum teh, dan Celia mulai menceritakan pengalamannya.

"Ibu, Ayah, kalian harus mendengar tentang Putri Amala," kata Celia dengan semangat. "Dia benar-benar luar biasa. Aku belum pernah bertemu seseorang yang begitu terbuka, ceria, dan juga berprestasi."

Duchess Elmont tersenyum lembut kepada putrinya. "Oh? Ceritakan lebih banyak, sayang. Apa yang membuatnya begitu istimewa?"

Celia menyesap tehnya sebelum menjawab. "Selain sikapnya yang ceria dan mudah bergaul, dia juga memiliki prestasi luar biasa. Aku mendengar bahwa dia sangat ahli dalam bermain anggar, berpedang, dan bahkan bertempur. Padahal, sebagai putri, kita biasanya diajarkan untuk menjadi lembut dan anggun."

Duke Elmont mengangguk setuju. "Sikap dan prestasi seperti itu sangat penting untuk seorang pemimpin. Tidak heran jika Raja Endalast bangga padanya. Sikap terbuka dan keceriaannya pasti memberikan pengaruh positif di istana."

Celia menghela napas panjang. "Aku juga belajar banyak dari caranya berbicara dan berinteraksi. Dia tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain meski dia adalah seorang putri. Itu membuatnya sangat dihormati dan dicintai."

Sementara itu, di kediaman Putri Mirana, percakapan serupa berlangsung. Mirana duduk di ruang makan bersama ayahnya, Duke of Rosewood, dan ibunya, Duchess of Rosewood. Mereka baru saja selesai makan malam dan sedang menikmati hidangan penutup.

"Amala adalah orang yang benar-benar spesial," kata Mirana sambil mengaduk kopinya. "Aku menghabiskan waktu bersamanya hari ini, dan aku terkesan dengan cara dia berinteraksi dengan orang-orang, serta prestasi yang dia miliki."

Duchess of Rosewood tersenyum penuh rasa ingin tahu. "Apa yang membuatmu begitu terkesan, sayang?"

Mirana menjawab dengan antusias. "Dia begitu ceria dan mudah bergaul. Dia bisa membuat siapa saja merasa nyaman di sekitarnya. Dan aku mendengar bahwa dia sangat ahli dalam anggar dan berpedang, bahkan bertempur. Itu luar biasa untuk seorang putri."

Duke of Rosewood mengangguk, terlihat puas. "Sikap dan prestasi seperti itu adalah kualitas yang sangat berharga. Itu menunjukkan bahwa dia memiliki hati yang baik dan tulus serta keberanian yang luar biasa. Tidak heran Raja Endalast memilihnya. Dia pasti melihat potensi besar dalam dirinya."

Mirana menghela napas panjang. "Aku merasa beruntung bisa mengenalnya lebih dekat. Dia adalah contoh yang baik bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang bangsawan dan pemimpin."

Di tempat lain, Putri Incika sedang duduk di teras rumahnya bersama kedua orangtuanya, Duke dan Duchess of Velmont. Mereka menikmati angin malam yang sejuk sambil berbincang-bincang.

"Putri Amala benar-benar luar biasa, Ibu, Ayah," kata Incika sambil menatap bintang-bintang di langit. "Aku menghabiskan waktu bersamanya hari ini, dan aku sangat terkesan dengan kepribadiannya serta prestasi yang dia miliki."

Duchess of Velmont tersenyum hangat. "Apa yang membuatmu begitu terkesan, apakah Putri Amala memiliki sisi yang berbeda?"

Incika tersenyum. "Dia begitu ceria dan mudah bergaul. Dia bisa membuat siapa saja merasa nyaman di sekitarnya. Selain itu, aku mendengar bahwa dia sangat ahli dalam bermain anggar dan berpedang. Dia juga terkenal sebagai pangeran yang tangguh dalam bertempur. Itu benar-benar luar biasa."

Duke of Velmont mengangguk setuju. "Sikap dan prestasi seperti itu sangat penting bagi seorang pemimpin. Tidak heran jika Raja Endalast bangga padanya. Dia pasti melihat potensi besar dalam dirinya. Atau mungkin mereka telah saling mengetahui kelebihan masing-masing?"

Incika menghela napas panjang. "Aku merasa beruntung bisa mengenalnya. Dia adalah contoh yang baik bagi kita semua tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana, serta bagaimana mengembangkan keterampilan yang tidak biasa untuk seorang putri."

Percakapan serupa terjadi di kediaman Putri Sienna. Setelah kembali dari pertemuan dengan Putri Amala, Sienna duduk bersama kedua orangtuanya di ruang tamu. Mereka berbincang dengan hangat tentang pengalaman hari itu.

"Putri Amala adalah sosok yang luar biasa," kata Sienna dengan antusias. "Aku menghabiskan waktu bersamanya, dan aku sangat terkesan dengan sikapnya yang ceria, mudah bergaul, dan prestasinya yang luar biasa."

Duchess of Grantham tersenyum penuh rasa ingin tahu. "Apa yang membuatmu begitu terkesan, seperti apa calon ratu Ganfera itu?"

Sienna menjawab dengan semangat. "Dia begitu hangat dan terbuka kepada semua orang. Dia membuat semua orang merasa nyaman di sekitarnya. Selain itu, aku mendengar bahwa dia sangat ahli dalam bermain anggar dan berpedang. Dia juga terkenal sebagai pangeran yang tangguh dalam bertempur. Itu benar-benar luar biasa."

Duke of Grantham mengangguk, terlihat puas. "Pangeran Jatra memang dikenal baik dalam bertempur sejak kecil. Walaupun ternyata dia seorang wanita tapi itu tidak menutup bahwa itu memang keahliannya. Tidak heran Raja Endalast memilih Putri Amala"

Sienna menghela napas panjang. "Aku merasa beruntung bisa mengenalnya lebih dekat. Dia adalah contoh yang baik bagi kita semua tentang bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang bangsawan dan pemimpin. Aku ingin berteman dengannya."

Di istana Ganfera, Endalast mendengar berbagai cerita tentang bagaimana Amala telah memenangkan hati banyak orang dengan sikap ceria, keterbukaan, serta prestasinya yang luar biasa.

Dia merasa bangga dan lega bahwa Amala bisa diterima dengan baik oleh para bangsawan dan rakyatnya. Malam itu, saat mereka duduk bersama di taman istana, Endalast menggenggam tangan Amala.

"Amala, aku mendengar banyak cerita tentangmu," kata Endalast dengan senyum hangat. "Semua orang terkesan dengan sikapmu yang ceria, mudah bergaul, dan juga prestasimu. Aku sangat bangga padamu."

Amala tersenyum, matanya bersinar penuh kebahagiaan. "Terima kasih, Endalast. Aku hanya berusaha menjadi diriku sendiri dan menunjukkan bahwa aku benar-benar peduli pada semua orang. Aku ingin mereka tahu bahwa aku ada di sini untuk mendukungmu dan kerajaan ini."

Endalast mengangguk. "Kau telah melakukannya dengan sangat baik. Mereka semua mengagumimu, dan aku yakin kau akan terus menjadi inspirasi bagi banyak orang."

Amala merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan dan rasa syukur. "Aku akan terus berusaha yang terbaik untukmu dan untuk Ganfera. Bersamamu, aku merasa bisa melakukan apa saja."

Dengan dukungan dan cinta yang mereka miliki satu sama lain, Endalast dan Amala melanjutkan perjalanan mereka untuk membawa kebaikan dan kedamaian bagi Ganfera.

Keberanian, keterbukaan, dan ketulusan mereka menjadi contoh bagi semua orang, menunjukkan bahwa cinta sejati dan komitmen dapat membawa perubahan yang positif dan abadi.

Di tengah tugas-tugas kerajaan yang padat, Endalast selalu menyempatkan waktu untuk berbicara dengan Amala. Setiap kali mereka bersama, Endalast merasa beban di pundaknya menjadi lebih ringan. Amala selalu mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan saran yang bijaksana.

"Amala, aku merasa beruntung memilikimu di sisiku," kata Endalast suatu malam. "Kehadiranmu membuatku merasa lebih kuat dan percaya diri."

Amala tersenyum lembut. "Aku juga merasa beruntung bisa bersamamu, Endalast. Kita saling mendukung dan itulah yang membuat kita kuat."

...——————————...

Setelah bertahun-tahun memimpin dengan bijaksana dan gigih, Endalast kini berusia 24 tahun. Dalam waktu itu, kerajaan Ganfera telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya bersama keempat teman setianya.

Sir Cedric, Sir Alven, Sir Arlon, dan Jendral Eron. Dengan bantuan Amala, kerajaan tersebut menjadi contoh kemajuan dan keteraturan di seluruh benua. Kini, Endalast memutuskan untuk mengambil langkah penting dalam hidupnya—menikahi wanita yang selalu ada di sisinya, Amala.

Berita pernikahan tersebut segera tersebar ke seluruh penjuru Ganfera, membawa kebahagiaan besar bagi rakyatnya. Mereka bersorak gembira, merayakan pengumuman tersebut dengan penuh semangat.

Di pasar-pasar, desa-desa, dan kota-kota, orang-orang berbicara tentang pernikahan yang akan datang dengan antusias. Di tengah persiapan pernikahan, Endalast merasa semakin dekat dengan rakyatnya. Ia sering kali turun ke lapangan, memastikan bahwa persiapan berjalan lancar.

Bersama dengan keempat temannya dan Amala, mereka bekerja keras untuk memastikan bahwa perayaan tersebut akan menjadi momen yang tak terlupakan bagi semua orang.

Pada suatu hari, Endalast berbicara dengan keempat temannya di ruang rapat istana. "Kalian semua telah berdiri di sisiku selama bertahun-tahun," kata Endalast dengan suara penuh rasa syukur. "Sekarang, kita akan merayakan salah satu momen terpenting dalam hidupku. Aku ingin kalian tahu betapa berartinya persahabatan kita."

Sir Cedric tersenyum. "Kita semua merasa terhormat bisa menjadi bagian dari perjalananmu, Endalast. Pernikahan ini akan menjadi lambang kebahagiaan dan keberhasilanmu sebagai raja."

Sir Alven menambahkan, "Kami akan memastikan bahwa semua persiapan berjalan lancar. Ini adalah hari yang sangat spesial bagi kerajaan kita."

Sir Arlon mengangguk setuju. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk membuat pernikahan ini menjadi momen yang paling indah bagi semua orang."

Jendral Eron, yang biasanya serius, tersenyum lebar. "Aku merasa sangat bangga melihatmu mencapai titik ini, Endalast. Kau adalah raja yang luar biasa, dan Amala adalah pasangan yang sempurna untukmu."

Sementara itu, Amala sibuk dengan persiapannya sendiri. Dia selalu berusaha memastikan bahwa setiap detail pernikahan mereka sempurna. Dia tahu betapa pentingnya hari ini bagi Endalast dan rakyat Ganfera. Di tengah kesibukannya, dia menemukan waktu untuk berbicara dengan Endalast.

"Endalast, aku tidak pernah berpikir bahwa kita akan sampai pada hari ini," kata Amala dengan mata yang bersinar. "Aku sangat berterima kasih bisa berada di sisimu selama ini."

Endalast meraih tangan Amala dan tersenyum. "Amala, kau adalah sumber kekuatanku. Bersamamu, aku merasa bisa menghadapi segala tantangan. Aku tidak sabar untuk memulai babak baru dalam hidup kita."

Hari pernikahan akhirnya tiba. Istana Ganfera dihiasi dengan indah, penuh bunga dan lampu yang berkilauan. Rakyat Ganfera berkumpul di alun-alun utama, menunggu dengan penuh antusiasme. Mereka datang dari berbagai pelosok kerajaan, bahkan dari kerajaan lain, untuk menyaksikan pernikahan ini.

Pernikahan tersebut diadakan di bawah langit yang cerah, dengan ribuan rakyat menyaksikan. Endalast dan Amala berdiri di hadapan altar, dikelilingi oleh keluarga, teman, dan rakyat mereka.

Upacara tersebut penuh dengan kebahagiaan dan haru. Ketika Endalast dan Amala mengucapkan janji suci mereka, sorak-sorai rakyat mengisi udara.

"Saya, Endalast, berjanji akan selalu mencintai dan menjaga Amala. Bersamamu, aku akan membangun masa depan yang lebih baik bagi kita dan seluruh rakyat Ganfera," kata Endalast dengan suara yang penuh keyakinan.

Amala menatap mata Endalast dengan penuh cinta. "Saya, Amala, berjanji akan selalu berada di sisimu. Bersamamu, aku akan menghadapi segala tantangan dan meraih kebahagiaan yang sejati."

Setelah upacara, pesta perayaan dimulai. Makanan lezat, musik meriah, dan tarian mengisi malam itu. Rakyat Ganfera bersuka cita, merayakan pernikahan raja mereka dengan penuh semangat. Mereka berbincang-bincang dan tertawa bersama, menikmati momen yang penuh kebahagiaan ini.

Di tengah pesta, Endalast dan Amala berjalan di antara rakyat mereka, berinteraksi dan menerima ucapan selamat. Mereka merasa sangat terharu melihat betapa besar cinta dan dukungan yang diberikan oleh rakyat Ganfera.

"Raja Endalast dan Ratu Amala, kalian adalah pemimpin yang luar biasa. Kami sangat bangga memiliki kalian sebagai pemimpin kami," kata seorang petani tua dengan mata yang bersinar.

"Terima kasih," jawab Endalast dengan tulus. "Kami akan terus bekerja keras untuk memastikan bahwa Ganfera tetap menjadi tempat yang makmur dan damai bagi kita semua."

Amala tersenyum lembut. "Kami sangat berterima kasih atas dukungan dan cinta kalian. Bersama-sama, kita akan mencapai lebih banyak lagi."

Perayaan berlanjut hingga larut malam, dengan rakyat terus bersuka cita. Para tamu dari kerajaan lain juga terkesan dengan kemajuan dan keharmonisan yang terlihat di Ganfera. Mereka melihat bagaimana rakyat Ganfera begitu pandai, terhormat, dan bangga akan raja dan calon ratu mereka.

Seorang duta besar dari kerajaan tetangga berbicara dengan Endalast. "Kerajaanmu sungguh luar biasa, Endalast. Aku belum pernah melihat kerajaan yang begitu maju dan terorganisir seperti Ganfera. Rakyatmu sangat bahagia dan sejahtera."

Endalast mengangguk dengan rendah hati. "Terima kasih. Kami telah bekerja keras untuk mencapai semua ini, dan kami akan terus berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kami."

Duta besar itu tersenyum. "Aku juga mendengar bahwa banyak rakyat dari kerajaan lain yang memilih pindah atau bekerja di Ganfera. Kehidupan di sini benar-benar terjamin, dengan infrastruktur dan bangunan yang sangat lengkap."

Amala yang mendengar percakapan tersebut menambahkan, "Kami percaya bahwa setiap rakyat harus memiliki akses ke kesehatan, pendidikan, dan keadilan yang baik. Itulah yang selalu kami usahakan di Ganfera."

Pernikahan Endalast dan Amala menjadi titik tertinggi pencapaian Endalast. Ia telah membuktikan dirinya sebagai raja yang bijaksana dan adil, dan kini ia akan memulai babak baru dalam hidupnya dengan wanita yang selalu ada di sisinya.

Malam itu, saat pesta perayaan mereda dan bintang-bintang mulai bersinar terang di langit, Endalast dan Amala berdiri di balkon istana, melihat ke arah rakyat mereka yang masih bersuka cita di alun-alun. Mereka merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang mendalam.

"Amala, aku berjanji akan selalu menjaga dan mencintaimu seumur hidupku," kata Endalast dengan suara lembut.

Amala menatap Endalast dengan mata yang penuh cinta. "Dan aku berjanji akan selalu berada di sisimu, mendukung dan mencintaimu dalam segala situasi."

Mereka berdua saling berpegangan tangan, menyadari bahwa mereka telah mencapai momen yang sangat berarti dalam hidup mereka. Dengan cinta dan komitmen yang kuat, mereka siap menghadapi masa depan bersama, membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi Ganfera dan seluruh rakyatnya.

Hari-hari setelah pernikahan mereka diisi dengan kebahagiaan dan kesibukan. Endalast dan Amala melanjutkan tugas mereka sebagai pemimpin, bekerja sama untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan Ganfera. Keempat teman setia mereka terus mendampingi, memberikan dukungan dan nasihat yang berharga.

Dalam pertemuan istana yang penting, Endalast berbicara kepada para penasihat dan pejabat kerajaan. "Kita telah mencapai banyak hal, tapi perjalanan kita belum selesai. Kita harus terus bekerja keras untuk memastikan bahwa Ganfera tetap menjadi tempat yang makmur dan damai."

Amala mengangguk setuju. "Kami berdua akan selalu berada di sini untuk mendukung kalian. Bersama-sama, kita bisa mencapai lebih banyak lagi."

Para penasihat dan pejabat kerajaan mengangguk setuju, merasa terinspirasi oleh semangat dan komitmen pasangan raja dan ratu tersebut. Mereka tahu bahwa dengan kepemimpinan Endalast dan Amala, Ganfera akan terus maju dan berkembang.

Di seluruh Ganfera, rakyat merasa bangga dan bahagia. Mereka melihat bagaimana Raja Endalast dan Ratu Amala bekerja keras untuk kesejahteraan mereka. Kehidupan di Ganfera menjadi lebih baik dengan setiap langkah yang diambil oleh pemimpin mereka.

Seorang ibu muda di desa kecil berbicara dengan suaminya. "Aku merasa sangat beruntung hidup di Ganfera. Raja dan Ratu kita benar-benar peduli pada kita. Mereka selalu berusaha yang terbaik untuk kita."

Suaminya mengangguk setuju. "Benar sekali. Kita memiliki akses ke pendidikan, kesehatan, dan keadilan yang baik. Aku tidak bisa meminta lebih."

...——————————...

Endalast dan Amala mengunjungi pemakaman Raja Thalion dan Ratu Althea, sebuah tempat yang penuh kenangan dan haru. Di sana, di antara batu nisan yang anggun, terpajang dua foto besar Raja Thalion dan Ratu Althea. Aura kebangsawanan terpancar jelas dari kedua foto itu, memperlihatkan keteguhan dan keanggunan mereka.

Amala memandangi foto-foto tersebut dengan senyuman kagum. Dia merasa terhormat bisa berada di tempat yang penuh dengan sejarah dan kebesaran. Dengan langkah pelan, dia mendekati makam dan berlutut, menyentuh tanah di depannya.

"Ayah, Ibu, terima kasih telah melahirkan seorang putra yang sangat kuat seperti Endalast," katanya dengan suara penuh rasa hormat. "Saya meminta restu kepada Ayah dan Ibu untuk berjuang meneruskan apa yang telah kalian mulai. Saya berjanji akan melaksanakan ini dengan baik."

Endalast, yang berdiri di sebelah Amala, merasa terharu mendengar kata-kata istrinya. Dia menggenggam tangan Amala dengan lembut, memberikan dukungan dan kekuatan. Bersama-sama, mereka merasakan kehadiran Raja Thalion dan Ratu Althea di sekitar mereka.

Endalast menatap foto kedua orang tuanya dengan mata yang berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, aku merindukan kalian setiap hari. Terkadang aku merasa begitu kehilangan, terutama ketika mengingat insiden bertahun-tahun lalu. Namun, hari ini aku berdiri di sini dengan senyuman, karena aku memiliki seseorang yang sangat penting di sisiku."

Amala menatap Endalast dengan penuh cinta. "Kita akan selalu mengenang mereka, dan aku akan selalu ada di sisimu, mendukungmu dalam setiap langkah."

Endalast mengangguk, matanya tetap terpaku pada foto-foto orang tuanya. "Ibu, Ayah, aku harap kalian bangga dengan apa yang telah aku capai. Kerajaan Ganfera telah berkembang pesat, dan aku berjanji akan terus menjaga dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita."

Amala menambahkan, "Kami akan berjuang bersama, memastikan bahwa warisan kalian tidak hanya dijaga, tetapi juga dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih besar."

Mereka berdua berdiri dalam keheningan sejenak, membiarkan angin yang sepoi-sepoi membawa kenangan dan harapan.

Endalast mengingat masa kecilnya, saat dia sering bermain di taman istana bersama ibunya, dan mendengar cerita-cerita heroik dari ayahnya. Dia merasa kekuatan dan semangat mereka masih hidup dalam dirinya.

Setelah beberapa saat, Endalast berkata, "Amala, aku ingin kita selalu mengunjungi tempat ini, agar kita tidak pernah lupa dari mana kita berasal dan kepada siapa kita berutang banyak."

Amala mengangguk setuju. "Itu ide yang sangat baik, Endalast. Kita akan selalu menghormati dan mengenang mereka."

Mereka berdua kemudian berjalan perlahan meninggalkan pemakaman, tangan mereka masih saling menggenggam. Di perjalanan pulang, Endalast berbicara dengan lembut, "Aku merasa lebih kuat denganmu di sisiku, Amala. Kau adalah pendamping yang sempurna."

Amala tersenyum dan berkata, "Dan aku merasa sangat beruntung bisa bersamamu, Endalast. Bersama, kita akan mencapai lebih banyak lagi."

Setibanya di istana, mereka disambut dengan hangat oleh para pelayan dan penasihat. Malam itu, Endalast dan Amala duduk di balkon istana, memandang ke arah bintang-bintang yang bersinar terang di langit.

"Endalast, apa yang paling kau ingat tentang ayah dan ibumu?" tanya Amala dengan lembut.

Endalast merenung sejenak sebelum menjawab. "Aku ingat keteguhan hati mereka. Ayah selalu berusaha yang terbaik untuk kerajaan ini, dan Ibu selalu ada untuk mendukungnya. Mereka adalah pasangan yang luar biasa, dan aku ingin kita menjadi seperti mereka."

Amala menatap Endalast dengan mata penuh cinta. "Kita pasti bisa, Endalast. Dengan cinta dan kerja keras, kita bisa melanjutkan warisan mereka dan membawa Ganfera ke puncak kejayaan."

Endalast tersenyum dan menggenggam tangan Amala lebih erat. "Aku percaya itu, Amala. Bersama-sama, kita bisa menghadapi segala tantangan dan meraih semua impian kita."

Malam itu, di bawah langit yang cerah dan bintang-bintang yang bersinar terang, Endalast dan Amala merasa penuh dengan harapan dan cinta. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan dukungan dan cinta satu sama lain, mereka siap menghadapi segala sesuatu yang akan datang.

Hari-hari berikutnya diisi dengan kegiatan yang penuh semangat. Endalast dan Amala terus bekerja keras untuk memajukan Ganfera, memastikan bahwa setiap rakyat mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera.

Mereka sering mengunjungi desa-desa dan kota-kota, mendengarkan keluhan dan aspirasi rakyat mereka, serta mencari solusi untuk setiap masalah yang ada.

Pada suatu hari, mereka mengadakan pertemuan besar di istana, mengundang semua pemimpin desa dan kota untuk berdiskusi tentang masa depan Ganfera. Endalast berbicara dengan penuh keyakinan.

"Kita telah mencapai banyak hal, tetapi masih banyak yang harus kita lakukan. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa Ganfera tetap menjadi tempat yang makmur dan damai."

Amala menambahkan, "Kami akan selalu mendukung kalian. Bersama-sama, kita bisa mencapai lebih banyak lagi dan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat."

Para pemimpin desa dan kota mengangguk setuju, merasa terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Endalast dan Amala. Mereka tahu bahwa dengan kepemimpinan yang kuat dan penuh cinta seperti ini, masa depan Ganfera akan sangat cerah.

Dengan penuh semangat dan komitmen, Endalast dan Amala melanjutkan tugas mereka, membawa harapan dan kebahagiaan bagi Ganfera dan seluruh rakyatnya. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka siap menghadapi segala tantangan dan meraih semua impian mereka.

Setelah hari yang panjang dan penuh kegembiraan, malam perlahan-lahan menyelimuti istana Ganfera. Endalast dan Amala akhirnya kembali ke kamar mereka, lelah namun bahagia setelah perayaan besar yang merayakan pernikahan mereka dan pencapaian kerajaan.

Amala melepaskan jubahnya dengan perlahan, merasa kelelahan dari hari yang penuh aktivitas. "Aku rasa kita hanya akan langsung tidur malam ini, Endalast," katanya dengan senyum lelah.

Endalast mendekati Amala, menggenggam tangannya dengan lembut. "Aku juga merasa lelah, tapi ada sesuatu yang ingin aku lakukan sebelum kita tidur," ujarnya dengan nada penuh cinta.

Amala menatapnya dengan mata yang setengah terpejam. "Apa itu, Endalast?"

Endalast membawa Amala ke tempat tidur dan menidurkannya dengan lembut. Dia menyelimutinya dengan hati-hati, memastikan Amala merasa nyaman. Dengan penuh kasih, dia duduk di sampingnya, menatap wajah istrinya yang cantik di bawah cahaya lilin yang redup.

"Apa kamu tahu, Amala?" Endalast mulai berbicara dengan suara lembut, penuh kehangatan. "Sebenarnya, aku sudah sangat menyukaimu sejak mengenalmu sebagai Jatra. Kamu sangat manis dengan rambut yang diikat, tampilan pangeranmu itu membuatku gila."

Amala tersenyum, merasa hatinya menghangat mendengar kata-kata Endalast. "Benarkah? Aku selalu berpikir kamu melihatku hanya sebagai sahabat."

Endalast menyentuh wajah Amala dengan lembut, jarinya menyusuri garis wajahnya dengan penuh perhatian. "Awalnya, mungkin begitu. Tapi semakin lama kita bersama, aku mulai menyadari betapa istimewanya kamu. Setiap kali aku melihatmu, baik sebagai Jatra maupun Amala, aku mulai kacau."

Dia melanjutkan, "Aku mengagumi setiap inci wajahmu, setiap senyumanmu, dan cara kamu membawa dirimu. Kamu selalu membuatku merasa lebih kuat dan bersemangat. Tidak peduli seberapa berat tugas yang harus aku jalani, kehadiranmu selalu membuat segalanya terasa lebih ringan."

Amala merasakan pipinya memerah, tetapi dia tidak bisa menahan senyum bahagianya. "Endalast, kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa istimewa. Aku merasa sangat beruntung bisa menjadi istrimu."

Endalast menundukkan kepala, mencium dahi Amala dengan lembut. "Kita berdua beruntung, Amala. Aku berjanji akan selalu mencintaimu dan melindungimu, tidak peduli apa pun yang terjadi."

Mereka berdua berbaring bersama, tangan mereka saling menggenggam dengan erat. Di dalam keheningan malam, mereka merasa damai dan bahagia, tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain.

Endalast kemudian menatap mata Amala, matanya bersinar dengan kejujuran dan cinta. "Aku mencintaimu, Amala. Sejak hari pertama kita bertemu, sampai sekarang, dan untuk selamanya."

Amala membalas tatapannya dengan penuh cinta. "Aku juga mencintaimu, Endalast."

Namun, ketika Amala berbisik tepat di telinga Endalast bahwa dia mencintainya, Endalast tidak bisa lagi menahan keinginannya. Bisikan lembut Amala itu bagaikan angin sejuk yang menyusup ke dalam hatinya, menggetarkan setiap serat emosi yang ada.

Dengan penuh kelembutan, Endalast mulai menarik dagu Amala. Matanya menatap dalam-dalam ke dalam mata istrinya, mencari izin dan kepercayaan yang sudah terjalin begitu lama.

Amala menatapnya balik dengan kehangatan yang sama, seolah-olah kata-kata tidak lagi diperlukan untuk memahami perasaan satu sama lain.

Mereka berdua tahu bahwa ini adalah momen yang sangat istimewa, sesuatu yang mereka tunggu-tunggu sejak lama. Endalast mendekatkan wajahnya dengan perlahan, memberikan Amala cukup waktu untuk merespons.

Kemudian, bibir mereka bersentuhan. Ciuman itu lembut dan penuh kasih, merupakan ungkapan cinta yang sudah lama terpendam. Mereka merasakan kehangatan dan rasa aman dalam ciuman itu, seolah-olah dunia di sekeliling mereka menghilang dan hanya ada mereka berdua.

Amala merasakan betapa dalamnya cinta Endalast melalui ciuman itu. Dia merespons dengan penuh kelembutan, membiarkan dirinya tenggelam dalam momen yang begitu indah. Ini adalah ciuman pertama mereka sejak bertahun-tahun menjalin hubungan istimewa, dan itu terasa sempurna.

Malam itu, di dalam keheningan kamar mereka, Endalast dan Amala merayakan cinta mereka dengan cara yang paling intim dan tulus. Mereka berbagi momen yang akan selalu mereka kenang, momen di mana mereka akhirnya bisa mengekspresikan cinta mereka tanpa batas.

Setelah ciuman itu, Endalast menatap Amala dengan mata yang bersinar. "Aku mencintaimu lebih dari apa pun, Amala. Kamu adalah segalanya bagiku."

Amala tersenyum, matanya berbinar dengan kebahagiaan. "Aku juga mencintaimu, Endalast. Bersamamu adalah anugerah terbesar dalam hidupku."

Malam itu, mereka berbicara panjang lebar tentang masa depan mereka, tentang harapan dan impian yang mereka miliki. Mereka berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain, apa pun yang terjadi.

Dengan setiap kata dan sentuhan, mereka semakin yakin bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang abadi dan tak tergoyahkan.

Endalast meraih tangan Amala dan menggenggamnya erat. "Aku berjanji akan selalu berada di sisimu, dalam suka dan duka, dalam setiap langkah yang kita ambil bersama."

Amala mengangguk, merasa hatinya penuh dengan cinta. "Dan aku akan selalu mendukungmu, dalam setiap keputusan yang kamu ambil. Bersama, kita bisa menghadapi apa pun."

Dengan kata-kata itu, mereka mengakhiri malam dengan perasaan damai dan bahagia. Cinta mereka telah diuji oleh waktu dan tantangan, tetapi kini mereka tahu bahwa mereka bisa menghadapi apa pun selama mereka bersama.

Keesokan harinya, istana Ganfera memancarkan aura kebahagiaan dan harapan baru. Rakyat Ganfera merayakan cinta dan kebahagiaan raja dan ratunya, merasa bangga memiliki pemimpin yang begitu peduli dan penuh kasih.

Endalast dan Amala berjalan di antara rakyat mereka, tangan mereka saling menggenggam erat. Mereka tersenyum kepada semua orang, merasa bersyukur atas dukungan dan cinta yang mereka terima dari rakyat Ganfera.

Dalam setiap langkah yang mereka ambil, mereka merasa semakin yakin bahwa masa depan Ganfera akan penuh dengan kebahagiaan dan kemakmuran.

Bersama-sama, mereka akan terus membangun kerajaan yang kuat dan penuh cinta, memastikan bahwa setiap rakyat merasa dihargai dan dicintai.

Dan di dalam hati mereka, Endalast dan Amala tahu bahwa cinta mereka adalah kekuatan yang akan selalu memandu mereka dalam setiap langkah.

Bersama, mereka siap menghadapi apa pun yang datang, karena mereka memiliki satu sama lain, dalam cinta yang abadi dan tak tergoyahkan.

Setelah berhasil merebut takhta dari pamannya, Endalast berhasil mengembangkan kerajaan menjadi lebih maju dan mencapai kesuksesan terbesarnya menikah dan hidup bahagia bersama Amala — END

1
Carletta
keren
RenJana
lagi lagi
Lyon
next episode
Candramawa
up
NymEnjurA
lagi lagi
Ewanasa
up up
Alde.naro
next update
Sta v ros
keren bener
! Nykemoe
cakep up up
Kaelanero
bagus banget
AnGeorge
cakep
Nykelius
bagus top
Milesandre``
lagi thor
Thea Swesia
up kakak
Zho Wenxio
kece up
Shane Argantara
bagus
☕️ . . Maureen
bagus banget ceritanya
Kiara Serena
bagus pol
Veverly
cakep
Nezzy Meisya
waw keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!