Berawal dari sebuah mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut cerita itu mulai menjadi kenyataan. Satu persatu warga meninggal, mereka dibunuh, darah mereka diambil untuk kelangsungan hidup entitas lain yang mengancam kehidupan.
Beberapa remaja desa mulai mencari tahu tentang makhluk tersebut demi menghentikan tragedi mengerikan.
Makhluk itu ada diantara mereka, dia menyamar untuk memangsa.
*
Cerita ini karya orisinil author, mohon untuk tidak melakukan plagiat. Mari kita saling menghargai dan mendukung.
Jangan lupa ikuti ig @aca_0325
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Suara langkah kaki terdengar diluar kamar, bergema memenuhi penjuru rumah hingga sampai ke dalam kamar nomor tiga, dimana Melati dan Nia sedang menunggu Asep. Ada raut cemas yang kentara sekali di wajah keduanya, berharap yang datang adalah orang yang ditunggu.
"Kamu pengantinnya?"
Tapi, tidak. Bukan Asep yang datang tetapi seorang pria dewasa memakai blankon di kepalanya. Kedua bibirnya tersenyum ramah kala bertanya dan menatap lurus pada Nia.
Melihat anggukan gadis itu, Anzan berjalan masuk, menghampiri keduanya yang sedang duduk diatas kursi batu.
"Sebentar lagi akan turun hujan. Ada baiknya kita berangkat sekarang." Tangan Anzan terulur kearah Nia, meminta gadis itu meletakkan telapak tangannya diatas telapak tangan Anzan.
"Pergi kemana? lalu, bapak siapa?" Melati yang bertanya, dahinya mengerut, rasa-rasanya ia pernah melihat penampilan seseorang yang mirip dengan pria ini.
" Kau sendiri siapa, nak? pengantin juga?"Anzan jadi tertarik untuk melirik gadis lain yang ada dalam kamar itu. Mengapa, tidak diberitahu akan ada dua pengantin? batinnya masih menatap lekat.
"Namaku melati dan aku bukan pengantin. Hanya menemai Nia," kata Melati menjelaskan. diteliti lagi orang itu, ia tidak asing dengan tampilannya. Tapi, dimana ia pernah melihatnya?
"Oh, begitu. Saya Anzan yang akan menjadi ketua pernikahan. Rumah nikah ada di ujung desa, lebih baik berangkat sekarang karena sebentar lagi akan turun hujan."
Lampu minyak dimatikan, Anzan meraih tangan Nia membimbing nya berjalan didepan. Sementara melati berjalan di belakang mereka, ia dapat merasakan ada keanehan lain ditempat ini. Sebenarnya pernikahan seperti apa yang hendak diadakan, mengapa ada ketua pernikahan? rumah nikah? Apa rumah nikah itu semacam kantor KUA?
Melati yang sibuk dengan isi kepalanya tidak sadar bahwa mereka sudah keluar dari dalam rumah.
Angin berhembus kencang menerbangkan beberpa helai rambut hingga membuat Melati tersadar dari lamunan. Ia menunduk, memperhatikan sepatunya yang beradu dengan tanah jalan nan kering, aneh, kapan ia sampai di jalan setapak desa?
Ia mengangkat pandangan, dilihatnya Nia berjalan anggun dalam balutan gaun hitamnya. Matanya kembali berpendar, memperhatikan tiap-tiap rumah yang semuanya hampir sama. Setiap rumah memiliki patung di dekat gerbang batu.
Oh, astaga.
Orang itu memiliki tampilan yang mirip dengan patung di setiap rumah, meskipun wajahnya berbeda tetapi jas dan blankonnya persis sama.
Ujung desa sudah terlihat , disana berdiri kokoh sebuah rumah yang memiliki desain serta warna berbeda dengan rumah lainnya. Rumah dengan atap runcing berwarna merah, seperti rumah iblis yang sering melati lihat dalam film horror kesukaannya.
"Duh, kok ngeri ya?" Monolog melati sembari menatap sekeliling, sepi dan sunyi sekali disini. Ia memasuki halaman rumah dengan ragu, ada dorongan untuk segera pergi menjauhi rumah itu. tapi, bagaimana dengan Nia? ia tidak mungkin meninggalkan gadis itu sendirian disini.
"Ah, sudahlah. Aku masuk saja," Melati melangkah perlahan, menyusul Nia dan Anzan yang sudah lebih dulu masuk.
Tangannya membuka pintu ganda yang menjadi jalan masuk. Pengap, seolah ada banyak debu yang memenuhi seluruh penjuru rumah. Melati melangkah dengan hati-hati, didalamnya ada dua pintu, satu ke kiri dan satu lagi kearah kanan. Tangan melati memegang erat tali tas sekolahnya, ia menatap ragu kedua pintu, kemana ia harus pergi?
Brak...
Angin kencang yang bertiup diluar menghempaskan pintu hingga membuat pintu tertutup dengan sendirinya.
Perasaan melati semakin tak karuan, didalam sini tidak terlalu terang tetapi juga tidak segelap rumah yang tadi ia masuki.
Ia memilih pintu sebelah kiri.
Krieetttt...
Pintu terbuka lebar, pemandangan yang sangat mengerikan langsung menyambut kedatangan Melati. ruangan itu barangkali ada sebesar rumah yang tadi, di sepanjang dinding menggantung tengkorak manusia. Lubang matanya seakan memeloti melati.
Melati terjatuh ke lantai, tubuhnya gemeteran hebat. Dingin. Disini dingin sekali, entah karena diluar hujan baru saja turun dengan sangat deras atau mungkin karena disini tersisa bagian tubuh manusia yang dulunya pernah hidup.
Menguatkan hati dan jiwanya yang terguncang melati kembali berdiri, mencoba menopang tubuhnya yang masih gemetaran.
"Kau tidak ingin menyaksikan pernikahan temanmu?" Tanya Seseorang dari belakang.
Ya, benar. Ia harus melihat Nia. Ada yang tidak beres dengan tempat ini.
"Kau!!" Melati terlonjak kaget mendapati Lola yang berdiri dibelakangnya. Wanita cantik itu tersenyum penuh arti.
Dia bukan manusia. Untuk apa dia datang kesini? apa pria bernama Anzan itu juga bukan manusia? Batin Melati, ia semakin cemas dengan keadaan Nia.
"Tidak perlu terkejut melihatku ada disini, Nyx." kata Lola sambil memelintir rambut panjangnya, dagu nya menujuk kearah dinding, "Kau ketakutan melihat benda itu?"
"Enggak."Melati menggeleng.
"kau gemetaran. Jujurlah kau pasti ketakutan."
"Memang nya kenapa kalau takut? siapapun boleh merasa takut?" Ketus Melati, ia melewati Lola yang berdiri di pintu. Ia akan pergi ke pintu yang satu lagi, Nia pasti ada disitu.
"Aneh saja, Nyx yang tidak kenal takut, hari ini sangat ketakutan melihat tengkorak manusia." Lola mengikuti Melati sambil terus berceloteh.
"Sejak kapan kau ada disni?"
Melati hanya diam.
"kau mengabaikanku?"
"Ayolah, Nyx, sudah puluhan tahun berlalu dan kau masih membenciku?" Lola menghentakkan kakinya ke lantai membuat rumah sedikit bergetar.
Andai saja Lola tahu kalau Melati diam bukan ingin mengabaikan tetapi karena ia tidak tahu apapun. Ia tidak mengenal Nyx, ia tidak tahu siapa pemilik nama itu.
"Kau dekat sekali dengan keluarga vannera itu ya?"
"Maksudmu Alisa?" Melati berhenti di depan pintu sebelah kanan,
"iyaa, kulihat dia ada di luar bersama kakakmu."
"Aku kan tidak pun-" Melati tidak jadi melanjutkan ucapannya. Hampir saja ia keceplosan.
"Kau ikut kedalam?" tanya Melati, sebenarnya ia tidak ingin mengajak Lola. Namun, ia takut masuk kedalam sendirian.
Tidak ada jawaban.
"kemana perginya?" Heran melati, Lola tidak ada lagi. Cepat sekali dia menghilang.
"Apa sebaiknya aku menunggu Sultan dan Alisa?" Melati ragu lagi untuk masuk kedalam. haruskah ia memeriksa keluar, memastikan apakah memang ada Sultan dan Alisa di luar.
"Aaaaa...... aku tidak mau!! tolonggg!!! "
Teriakan itu terdengar dari dalam ruangan itu. Itu suara Nia, sambil mengepalkan tangan melati menendang pintu dengan keras lalu segera masuk.
"NIA!!!"
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaaa
follow IG @aca_0325
kenapa Nia tdk dibangkitkan seperti Dewi?
apakah Baron yg culik bayi sbg syarat buat hidupin Nia?
apakah mereka dr awal sdh mentargetkan melati?
desa ini, benarkah ada manusia nya?
selain Mahendra dan sultan, sekarang pun aku curiga melati jg sebenarnya bagian dr makhluk kegelapan, hanya blm.menyadari... Krn keluarga melati sendiri bagiku memcurigakan...
dan lagi Krn liat Baron dg mudah membangkitkan sosok yg dah terkubur demi membangkitkan kembali Nia...
knp hanya orang tua yg tau...
apakah Asep yg minta makhluk kegelapan buat bunuh manusia tp utk apa? merusak perjanjian?
tp siapa yg udah bawa Hendra ke pesta waktu itu ya?
kl melati dan sultan kan diajak sama Alisa..
ada rahasia apa di buku itu?
klpun ada yg nyulik apakah Asep ato suruhan Gideon buat mancing melati... hmmm🤔
btw, knp melati bs jd incaran Gideon jg ya selain Arion 🤔