Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 32
Dista baru saja selesai sholat subuh, sepanjang sholat ia terus menahan air matanya yang akan jatuh. Hingga saat ini tangan Dista mengadah keatas, Dista meminta ampun atas segala dosa yang mungkin tanpa sengaja ia lakukan hingga membuatnya tanpa sengaja menjalani kehidupan yang kelam ini.
“Aamiin..”
Barulah Dista merasa lega setelah mengucapkan kata itu, wanita cantik memakai mukena berwarna hijau itu termenung menghadap dinding. Banyak yang Dista pikirkan dan harus ia jalani sekarang, perlahan air matanya jatuh lagi. Dista sungguh tidak kuat lagi, ia tidak tahan dengan ini semua.
Tok.. Tok..
Suara pintu diketuk itu membuat Dista langsung menghapus air matanya. Ia melipat sajadah, lalu menaruhnya didalam lemari. Dengan masih memakai mukena, Dista membuka pintu kamar yang masih diketuk itu. Kala pintu terbuka Dista terkejut melihat Malik yang ternyata mengetuk pintu di subuh begini.
“Hai..” Sapa Malik dengan sedikit kegugupan, ia tersenyum kepada Dista yang terlihat sangat gugup juga.
Pandangan mata Dista langsung jatuh sempurna kepada Malik yang memakai baju koko serta sarung dan lobe hitam dikepalanya.
“Kau sudah sholat subuh?” Tanya Malik, Dista menjawab dengan anggukan kepalanya.
“Kau sudah sholat?” Tanya Dista balik, dengan cepat Malik menganggukkan kepalanya. “Sholat dimana?” Tanya Dista lagi.
“Di Masjid..” jawab Malik yang mana membuat Dista terkejut tentunya. Sungguh langkah di jaman sekarang ada sosok pria yang melaksanakan sholat subuh di Masjid. Tapi, Dista menemukan sendiri pria langkah itu, yaitu Malik.
“Aku mau mengajakmu membaca alquran bersama, itupun kalau kau tidak keberatan,” ucap Malik yang mana langsung membuat Dista mendongak menatap kearahnya.
“Membaca alquran bersama?”
“Iya, itupun kalau kau mau..” Ucapan Malik membuat Dista menjadi berpikir serius, sungguh ia tidak menyangka jika akan melakukan hal seperti ini bersama Malik.
“Kita bacanya di lantai bawah, ayo..” Ajak Malik yang mana Dista mengangguk mantap.
Sebenarnya di antara kedua insan manusia itu terdapat kecanggungan. Apa lagi Malik, pria itu terlihat salah tingkah sebenarnya. Apa lagi kala Dista menyetujui untuk mengaji bersama dengannya, sungguh hati Malik senang akan itu.
Malik jadi membayangkan jika saat ini, ia dan Dista menikah. Pasti hal seperti ini akan sering mereka lakukan, sungguh bahagia hati Malik jika hal seperti itu terjadi dalam hidupnya.
•
Diruang santai Kediaman Keluarga Malik
Pertama Dista yang mengaji dan Malik yang menyimak cara wanita itu membacakan lafaz alquran. Suara Dista sungguh merdu, semua lafaz huruf terbaca dengan benar membuat Malik terlena. Bahkan sepanjang Dista membaca alquran, Malik terus menatap wajah wanita cantik itu.
“Malik, lihat alquran itu, kenapa malah wajahku yang kau perhatikan?” Pertanyaan dari Dista membuat Malik tersadar.
Pria tampan dengan hidung mancung itu langsung berdehem, sungguh ia malu sekali karna terpergok Dista tadi.
“Hahaha, maafkan aku.. Suaramu sungguh merdu, hingga aku terlena,” Puji Malik yang mana Dista menjadi sedikit salah tingkah jadinya.
Malik dan Dista benar-benar berada diatas kecanggungan, keduanya sama-sama berperang dengan pikiran masing-masing.
“Hem, sekarang giliran ku bukan?” Tanya Malik yang membuat Dista langsung mengangguk.
Pria itu pun memulai membaca alquran, gantian Dista yang termenung mendengar cara membaca alquran dari Malik. Sungguh fasih dan jelas, Dista tidak menyangka jika Malik ternyata termasuk kategori pria yang sholeh.
“MasyaAllah, kenapa tidak dia menjadi suamiku? Apakah agama yang selama ini aku pelajari tidak cukup untuk bersanding dengan pria sempurna seperti Malik?” Gumam Dista didalam hati.
Bahkan ketampanan dari Malik semakin bertambah dimata Dista. Pria itu sungguh berbeda dengan Lingga yang bahkan suaminya sendiri. Malik mengajaknya membaca Alquran bersama, lain dengan Lingga yang malah selalu membuat hidup nya menjadi lebih kelam.
Tanpa sepengetahuan dari Malik, Dista tersenyum manis menatap pria yang tengah fokus melantunkan ayat-ayat suci alquran itu. Timbul harapan dihati Dista, bahwa suatu saat bisa mendapatkan sifat seperti Malik tumbuh dihati Lingga.
Bahkan Dista tidak sadar, tiba-tiba saja Malik menutup kitab suci itu. Dan Dista pun juga melakukan hal yang sama, ia memberikan kitab suci kepada Malik. Dan Malik pun menyimpannya kembali, keduanya saling terdiam karna kekaguman masing-masing.
“Apakah hari ini kau akan kembali ke Mansion Tuan?” Tanya Malik, ia menatap intens Dista yang tersenyum tipis karna pertanyaannya.
“Sepertinya tidak, untuk apa aku kesana lagi?” Sungguh senang hati Malik mendengar jawaban dari Dista. Tapi, senyuman itu memudar kala teringat dengan sesuatu hal. Bahwa jika pun Dista ingin berpisah, maka sepertinya akan sulit. Karna Lingga sepertinya enggan menceraikan Dista, apa lagi Dista sudah diperkenalkan kepada teman bisnisnya.
Dista bangkit dari duduknya, masih dengan memakai mukena Dista membuka tirai jendela besar itu. Dan langsung saja Dista kagum dengan sunrise pagi ini, sangat indah. Dista tersenyum senang, ia melihat keindahan yang mana menjadi menghangatkan hati dan pikirannya menjadi lebih tenang.
Malik tersenyum melihat tingkah Dista pagi ini, ia menyusul Dista yang berdiri sambil terus mengatakan indah kepada sunrise pagi ini.
“Indah banget, sungguh indah dan menenangkan,” Puji Dista kepada Malik yang malah menatap dirinya bukan pada sunrise yang sudah membuat Dista heboh.
“Kau benar, serta menghangatkan hati.. Indah, dan cantik.. Sangat cantik..” Ucap Malik masih menatap Dista yang tersenyum kearahnya. Senyuman diwajah Dista membuat Malik menjadi senang, ia menginginkan untuk menikmati senyuman manis itu selamanya.
Dista menoleh kearah Malik dan ternyata pria itu masih menatap kearahnya sambil tersenyum.
“Malik, kenapa kau malah menatapku?” Tanya Dista dengan sangat lugu. “Lihat, lebih indah sunrise itu, kau menyia-nyiakan momen ini,” Ucap Dista disertai kekehannya.
“Tidak, aku lebih suka memandang wajahmu. Karna kau lebih indah dari pada apapun, bahkan sunrise itu kalah dengan semua keindahan mu.” Ungkap Malik sejujurnya, bahkan mengatakan itu masih dengan menatap Dista yang sungguh terkejut.
Dista melihat kearah Malik yang tersenyum manis kearahnya, tentu saja Dista langsung menunduk.