IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 ( Baru awal, perjalanan masih panjang)"
Berusaha menjadi istri dan ibu yang baik dimulai....
"Om bangun, udah subuh om," Syafira menggoyang-goyangkan badan Bara pelan untuk membangunkannya.
"Om....Sudah subuh bangun dulu," ucapnya lagi.
"Apa lagi sih Fir? Kamu dari tadi berisik sekali, saya semalaman nggak bisa tidur gara-gara kamu. Sekarang biarkan saya tidur sebentar," ucap Bara.
"Iya, tapi ini sudah subuh. Ngadep dulu sama yang kasih hidup om. Nanti bisa tidur lagi," ujar Syafira.
"Udah subuh emang?" tanya Bara dengan Malasnya.
"Udah om, makanya bangun dulu. Atau mau di sholatin?"
Mendengar ucapan Syafira, Bara langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Kamu nyumpahin saya mati?"
"Ya enggaklah om, itu sama saja saya doain diri saya sendiri untuk jadi janda. Enggak maulah om jadi janda muda, maunya tuh nikah sekali saja seumur hidup, sampai kakek nenek, maut yang memisahkan,"
"Dia mengatakan seumur hidup? Apa artinya dia mau jadi ibu untuk si kembar selamanya? itukah harapannya untuk pernikahan ini? Bagaimana denganku? Aku masih bekum bisa..." batin Bara.
"Malah bengong, om bangun ambil wudhu, saya mau bangunin anak-anak dulu sebentar,"
"Mereka tidak usah di bangunkan, kasihan kecapean. Nanti juga bangun sendiri kalau sudah waktunya," cegah Bara.
"Lebih kasihan kalau mereka ketinggalan sholat subuh om. Mumpung masih kecil harus di biasakan, nanti mereka bisa tidur lagi kan setelahnya," Syafira hanya ingin menanamkan kebiasaan baik terhadap kedua anaknya.
Mengemban amanah untuk menjadi ibu sambung tidaklah mudah bagi Syafira tentunya.
Hasil didikannya nanti akan lebih di sorot pastinya, jika anak jadi baik itu pahala buat dia. Tapi, jika anak tidak baik, orang bukan hanya akan menghinanya tapi juga mengatai si kembar 'pantas anaknya seperti itu, yang didik ibu tiri sih. Ibu kandung saja banyak yang gagal, apalagi ibu sambung'. Sungguh Syafira tidak ingin seperti itu.
"Terserah kamu saja," sahut Bara cuek.
Syafira berlalu meninggalkan Bara yang masih berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawanya.
"Nala sayang bangun dulu yuk, udah subuh," bisik Syafira lembut di telinga Nala dan beralih ke Nathan.
Si kembar mengucek mata mereka. Bengong melihat Syafira. Mereka pikir sedang bermimpi kenapa bundanya ada di kamar mereka.
"Kalau bangun duduk dulu sebentar jangan langsung berdiri," ucap Syafira.
"Bunda? Kapan datang?" tanya Nathan yang sudah duduk dengan mata masih sayup-sayup.
"Nathan lupa? Bunda kan sudah sah jadi bunda kalian, jadi bunda juga tinggal di sini," jelas Syafira.
"Benarkah? Yeeeeeyy!!! Akhirnya! Athan kita punya bunda beneran. Nala jadi tak sabar pengen bawa bunda ke sekolah, buat pamer ke teman-teman. Bukan mereka saja yang punya, kita juga," seru Nala bahagia sekali.
"Di bawa? Emang bunda barang di bawa," cebik Nathan.
Syafira hanya tersenyum mendengarnya.
"Sudah sudah, sekarang kita sholat subuh dulu yuk?" ajak Syafira.
"Daddy sudah bangun?" tanya Nala.
"Sudah, daddy sudah nunggu di kamar, yuk!"
"Nala mau pipis dulu bunda," ucap Nala.
"Ya udah ayo bunda antar ke kamar mandi," Syafira menuntun Nala ke kamar mandi. Baru sampai depan pintu kamar mandi, Nathan sudah menerobos masuk duluan.
"Maaf Nala, bunda Nathan duluan, udah kebelet," ujar Nathan langsung menutup pintu kamar mandi.
"Athan nakal! Nala juga mau pipis!" kesal Nala, matanya sudah memerah ingin menangis karena juga sudah kebelet.
"Emmm gimana kalau Nala pipisnya di kamar mandi daddy saja? Nanti sekalian bunda ajarin wudhu," tawar Syafira.
"Nala sudah bisa bunda wudhu, daddy yang ajarin," jawab Nala.
Syafira cukup terkejut mendengarnya, ternyata di balik sikapnya yang entahlah itu, Bara adalah ayah yang baik.
"Wah udah pintar dong, kalau begitu ayuk kita ke sana, biar Nathan menyusul," Syafira menggendong Nala.
🌼🌼🌼
Syafira sudah siap bersama si kembar, mereka hanya tinggal menunggu Bara yang sedang berganti baju di walk in closet.
Bara datang dengan memakai koko berwarna krem dan memakai sarung, satu nilai plus bertambah dari Syafira.
Bara ambil posisi sebagai imam. Syafira tidak yakin melihatnya, ia tidak yakin jika seorang Bara bisa menjadi imamnya.
"Kenapa lihatin seperti itu? Aneh lihat orang sholat?" tanya Bara tetap dengan nada dinginnya.
"Om yang jadi imam?" ragu-ragu.
"Lalu siapa? Nathan? Atau Kamu?" cebik Bara.
"Om bisa?" tanya Syafira masih belum yakin.
"Bisa bunda," bukan Bara yang menjawab tapi Nala.
Syafira pikir yang Bara tahu hanya bekerja, bekerja dan bekerja.
"Oh ya udah, ayo mulai," ucap Syafira. Ini pertama kalinya dia menjadi makmum seorang laki-laki selain ayahnya.
Selesai menunaikan kewajiban mereka, Bara dan si kembar memutuskan untuk tidur kembali seperti biasanya.
"Alangkah lebih baik jika setelah sholat subuh tidak tidur lagi om," saran Syafira.
"Saya capek dan mash mengantuk. Kalau kamu tidak mau tidur itu terserah," sahut Bara.
Syafira mendesah, ya setidaknya laki-laki tersebut tidak seburuk itu. Memang tidak mudah merubah kebiasaan orang. Harus ekstra sabar.
🌼🌼🌼
Syafira membawa secangkir kopi untuk Bara uang sudah sibuk dengan laptopnya di kamar. Karena hari ini dia masih cuti ke kantor, jadi memantau dari rumah.
Syafira yang baru masuk hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Baru kemarin menikah, sudah sibuk sama pekerjaan. Apa gunanya cuti kalau pikiran tetap di kantor," batin Syafira.
"Om kopinya," Syafira meletakkan secangkir kopi di atas meja depan Bara duduk.
Bara tak menyahut, seakan-akan Syafira tak terlihat olehnya.
"Om kopi!" Syafira sedikit meninggikan suaranya.
Bara melihat ke arahnya.
"Hem," sahutnya singkat.
Bara mencoba meminum kopo buatan Syafira.
"Lain kali tidak usah buatkan lagi," ucap Bara.
"Kenapa om?" tanya Syafira.
"Saya tidak suka yang manis," jawab Bara.
"Ya elah begitu saja, tinggal saya kurangin gulanya nanti om. Lagian nggak tambah pahit hidup om minum kopi tanpa gula?" canda Syafira.
"Saya buatkan lagi ya?" Syafira hendak pergi, ia memaklumi sikap Bara barusan karena memang dia tidak bertanya dulu apa kesukaan Bara.
"Tidak perlu!" tegas Bara.
"Baiklah, kalau begitu saya tunggu di bawah buat sarapan. Kerjaannya nanti lagi om, anak-anak kasihan kalau harus menunggu lama," ucap Syafira lalu pergi.
Bara menatap punggung gadis itu sampai hilang di balik pintu. Bara tak mengerti kenapa Syafira begitu polos, hingga tak mengambil hati saat ia bentak seperti itu.
Bara turun ke ruang makan dan sudah di tinggu oleh Syafira dan si kembar. Si kembar sudah mandi dan rapi. Rambut Nala di kuncir ala-ala korea oleh Syafira, hal yang tidak pernah di lakukan sebelumnya. Tentu saja Nala senang sekali, dia bisa berganti-ganti gaya kuncir rambut.
"Pagi boy, pagi princess," sapa Bara sambil mencium kening Nala.
"Pagi daddy," sahut Nathan dan Nala bersamaan.
"Bunda tidak dapat kiss selamat pagi juga dari daddy?" pertanyaan polos gadis berusia 5 tahun tersebut.
Syafira terdiam, tak tahu harus jawab apa.
"Bundanya sudah tadi di kamar, kan bunda tadi antar kopi buat daddy," ucap Syafira kemudian. Bara diam tak menanggapinya.
"Om mau sarapan apa? Biar saya ambilkan," tawar Syafira.
"Tidak usah, saya bisa dan terbiasa sendiri. Kamu fokus saja sama si kembar," ucap Bara cuek matanya menunjuk si kembar.
"Oh baiklah," Syafira kembali duduk. Dengan telaten ia menyuapi Nala. Sementara Nathan makan sendiri, anak laki-lakinya itu lebih suka mandiri.
"Sabar Fira, ini baru awal. Masih panjang jalan yang harus kamu lalui. Semangat!" Syafira menyemangati dirinya sendiri dalam hati, mengingat sikap Bara yang dingin terhadapnya.
🌼🌼🌼
💠💠Selamat membaca...jangan lupa like, komen, tip dan vote seikhlasnya...terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 🤗❤️❤️
IG: @embunpagi544 💠💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.