Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.
Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.
Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 : MARQUIS ALKAWAN
Di Provinsi Alka, terdapat Ibukota Provinsi Alka yang ukurannya sangat besar dibandingkan kota-kota sekitarnya, walaupun tetap kalah dari ukuran ibukota kerajaan.
Di sekitar ibukota Provinsi Alka ada tembok tinggi yang menutupi seluruh kota, selain itu banyak prajurit bersenjata lengkap yang berjaga di sepanjang tembok.
Meskipun daerah Provinsi Alka selalu damai, bahkan ketika masa perang melawan pemberontakan utara, api perang tidak sampai ke Provinsi Alka. Namun Marquis Alkawan adalah orang yang sangat berhati-hati, dia terus merekrut dan melatih pasukan untuk menjaga seluruh provinsi yang menyebabkan wilayah di provinsi nya terus damai.
Sekarang, Marquis Alkawan sedang melaksanakan perkumpulan bersama beberapa bangsawan serta pejabat bawahannya. Sebagai seorang Marquis, dia tentunya telah menerima banyak undangan dari pangeran supaya memihak mereka. Tetapi Marquis Alkawan belum memilih pihak manapun, dia kemungkinan seperti beberapa bangsawan lain yaitu menunggu adanya pangeran yang paling unggul sebelum memilihnya atau bersifat setia menunggu pilihan raja.
Kediaman sang Marquis ramai dikunjungi banyak orang, dia mengadakan pesta bersama para bawahannya setiap bulan yang bertujuan memperkuat kerja sama mereka serta berbagi informasi yang ada.
Di posisi utama ruang pesta, terdapat wanita cantik berusia sekitar dua puluh tahun menggunakan gaun berwarna hitam yang dihiasi oleh banyak batu permata di berbagai sisi gaun, wanita tersebut mempunyai rambut biru panjang dengan mata biru cerah seperti langit.
Dia menatap orang-orang yang sedang berdansa atau mengobrol di ruang pesta sambil tersenyum ramah, namun ada sedikit jejak kebosanan di mata birunya yang sulit terlihat oleh orang lain.
Hampir seluruh orang di ruang pesta berdiri kecuali wanita tersebut yang sedang duduk di sebuah kursi mewah layaknya sebuah tahta, namun tahta tersebut berwarna hitam gelap seperti gaunnya dan tidak menggunakan warna mencolok seperti emas yang hanya boleh digunakan pada tahta raja.
Seorang pria muda tampan berambut perak pendek berjalan mendekati wanita tersebut, pria itu menggunakan pakaian kain mewah layaknya seorang bangsawan "Nona Zala, terima kasih sudah membuat pesta yang begitu mewah setiap bulannya bagi kami! Saya yakin, suatu hari nanti anda pasti akan menjadi penguasa sejati wilayah utara, mengalahkan semua bangsawan yang lain".
Satu-satunya wanita yang berani duduk di ruang pesta tersebut adalah Zala Alkawan, Marquis Alkawan yang terkenal sebagai salah satu bangsawan terkuat di wilayah utara walaupun usianya masih begitu muda. Bahkan dia merupakan bangsawan termuda yang memegang jabatan tertinggi sepanjang sejarah kerajaan, sangat jarang bagi mereka yang baru mencapai usia sekitar dua puluh tahun mampu memiliki gelar bangsawan, apalagi gelar setinggi Marquis.
Sebenarnya sosok Zala Alkawan begitu dihormati bukan cuma akibat gelar Marquis yang dia miliki, melainkan dia pun disebut-sebut sebagai seorang legenda oleh banyak orang di Kerajaan Veniar.
Keluarga Alkawan sejak dulu memang keluarga bergelar Marquis, masalahnya mereka Marquis yang menurun di Kerajaan Veniar.
Maksud dari Marquis yang menurun yaitu wilayah mereka terus mengecil akibat gagal mengelola wilayah dengan baik yang menyebabkan raja menarik wilayah kekuasaan mereka. Di situasi terburuk, Marquis Alkawan sebelumnya tinggal memiliki satu kota.
Nasib buruk Marquis Alkawan belum berhenti hingga di situ, banyak bangsawan yang mempunyai dendam kepada mereka mulai membalas dendan selagi mereka melemah.
Anggota keluarga Marquis Alkawan yang berjumlah ratusan orang terbunuh dalam satu malam, Zala sendiri tentunya hampir mati malam itu, namun beberapa orang yang tak pernah ia kenal datang menyelamatkan nyawanya.
Sebagai satu-satunya anggota keluarga sang Marquis yang tersisa, Zala mewarisi gelar Marquis Alkawan, namun ia tetap tidak bisa menghentikan kekuasaannya yang terus menerus menurun setiap harinya.
Di situasi putus asa tersebut, Zala setuju menerim tawaran dari orang-orang yang menyelamatkannya malam itu. Kekuatan rahasia yang pernah menyelamatkannya menjadi pendukungnya dari segi keuangan, persediaan, bawahan berbakat, hingga prajurit yang menjaga keamanan wilayah.
Menggunakan waktu setahun, Zala berhasil mengembangkan pasukan serta menumbuhkan wilayahnya yang menurun menjadi makmur memanfaatkan dukungan dari kekuatan rahasia yang menyelamatkannya.
Selain itu, kekuatan rahasia tersebut menggunakan pengaruh mereka yang menyebar di seluruh kerajaan agar mendukungnya, memperluas wilayah kekuasaannya yang tinggal satu kota menjadi hampir menguasai satu provinsi yaitu Provinsi Alka hari ini.
Di mata semua orang, Zala menjadi sosok ajaib berbakat yang mampu menghidupkan keluarga Alkawan yang hampir mati. Tetapi Zala sadar diri, semua yang dia dapatkan berasal dari kekuatan rahasia tersebut. Kalau kekuatan rahasia itu berhenti mendukungnya, Marquis Alkawan akan lanjut menurun sebab kekuatan rahasia yang mampu membuat dia berkembang pasti mempunyai kemampuan yang cukup untuk membuat dia kehilangan semuanya juga.
"Baron Erifan, mengadakan pesta bulanan memang telah menjadi tugasku agar kita bangsawan wilayah utara tetap akrab yang akan meningkatkan kedamaian wilayah kita juga", kata Zala mempertahankan senyumannya tanpa jejak kesombongan apapun "Apalagi pemberontakan Haren tetap memberikan dampak merugikan kepada wilayah utara kita hingga sekarang! Karena alasan tersebut, kita harus mempertahankan kedamaian yang ada lalu pulih dari luka-luka akibat pemberontakan. Bakat muda seperti Baron Erifan memang sangat dibutuhkan oleh wilayah utara kita, dari masyarakat umum dan mampu mencapai posisi bangsawan bergelar Baron melalui jasa militernya, berbeda dari anak-anak manja yang cuma mengandalkan warisan gelar ayah mereka".
Meskipun Zala berhasil duduk di posisinya akibat bantuan kekuatan rahasia yang mendukungnya, ia bukan seorang wanita bodoh tanpa kemampuan. Bahkan dia memiliki kemampuan yang cukup unik yaitu dia mampu menilai sifat orang lain dengan satu pandangan, karena itu Zala tahu bahwa Baron Erifan merupakan pria muda sombong yang menganggap para bangsawan yang mewarisi gelar dari ayah mereka sebagai anak manja. Sosok yang menjadi bangsawan melalui usaha mereka sendiri seperti dirinya merupakan bangsawan sejati, jadi dia selalu senang sewaktu ada orang yang memuji jalan keberhasilannya menjadi bangsawan.
"Nona Zala terlalu berlebihan! Dibandingkan Marquis jenius yang membangkitkan keluarganya dari kehancuran sendirian, aku sama sekali bukan apa-apa", kata Baron Erifan menahan kesombongannya "Sebenarnya beberapa waktu ini aku memikirkan sesuatu, wilayah anda memang sangat kuat namun masih kekurangan pemimpin militer yang cakap. Sedangkan saya kekurangan uang serta pasukan, namun aku dan bawahanku merupakan orang-orang yang sedikit mampu di militer. Karena alasan tersebut, selama kedua keluarga kita dapat menyatu, kita akan menutup kelemahan masing-masing serta seluruh wilayah utara akan tunduk kepada kita".
Wajah Zala menjadi jijik mengetahui tujuan Baron Erifan yang berusaha menikahinya demi kekuasaan, namun dia tetap berusaha menyembunyikannya "Apakah begitu? Aku akan cobe memikirkannya, jika memang menguntungkan, aku mungkin setuju bekerja sama".
Zala dan Baron Erifan mengobrol sebentar sebagai formalitas sebelum akhirnya sang Baron pergi ke lantai dansa mencari target wanita bangsawan lain, dia tentunya merasakan Zala tak tertarik terhadap dirinya.
Ketika Baron Erifan pergi dan Zala berpikir dia akhirnya bisa sedikit lega, seorang tamu menarik perhatiannya.