Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelicikan dan kekecewaan
Namun, sebelum tubuh Rachel benar-benar terjatuh, sebuah tangan kekar muncul dari arah yang tak terduga, menangkap tubuh Rachel tepat waktu. Tangan itu menahan Rachel dengan kuat, sekuat tenaga berusaha menariknya kembali ke atas.
"Danzel..." bisik Alice terkejut, jantungnya berdegup kencang begitu menyadari Danzel yang tiba-tiba ada disini
Dengan usaha yang luar biasa, Danzel akhirnya berhasil menarik Rachel ke atas, menyelamatkannya dari kejatuhan yang hampir fatal. Nafasnya terengah-engah, tubuhnya bergetar oleh adrenalin.
Tidak jauh dari sana, Stella, Megan, Mike dan Rey bersembunyi di balik tembok untuk menyaksikan dan mendengarkan semua itu. .
Begitu Rachel aman di atas atap, Rachel langsung memeluk Danzel dengan erat seolah menyalurkan rasa takut yang luar biasa. padahal di dalam hatinya ia berkata"bagus, kau datang tepat waktu Danzel"
Sebelumnya, Rachel telah mengirim pesan kepada Danzel agar segera menemuinya di roftoop.
Rachel mengangkat wajahnya yang berlinang air mata menatap Danzel. "Aku sangat takut sekali Danzel, beruntung kau datang tepat waktu dan jika tidak aku pasti akan terjatuh."
"Alice telah mendorongku dari atas sini."tuduh Rachel penuh kepastian
Alice membelalakkan matanya, dan tubuhnya menegang seketika. "Tidak... Aku tidak mendorongmu, Rachel! Kamu sendiri yang—"
“Bohong!” sela Rachel cepat, nadanya tinggi, seolah berusaha menutup kebenaran sebelum Alice bisa mengakuinya lebih jauh.
"Danzel, kau melihatnya sendiri kan? Kau lihat bagaimana Alice menarikku? Dia ingin aku jatuh, Danzel. Dia berusaha menyingkirkanku!"sambungnya
Alice berusaha menjelaskan, namun suaranya tertahan, terhimpit oleh ketakutan.
Danzel terkejut, pikirannya melayang, tidak ingin segera mempercayai tuduhan itu. Tidak mungkin Alice melakukan hal seburuk itu, apalagi dengan niat jahat. Selama ini, dia mengenal Alice sebagai gadis yang lembut dan sabar, jauh dari tindakan kekerasan.
Namun, saat dia tiba di tempat itu, dia memang tidak bisa melihat dengan jelas apakah Alice benar-benar mendorong Rachel atau tidak. yang Danzel lihat Rachel dan Alice berada di ujung bangunan.
Melihat keraguan di mata Danzel, Rachel tak tinggal diam. dia kembali mengukuhkan tuduhannya.
"Danzel, saat kau sudah disini. kau pasti mendengar ucapan Alice kan? dia bilang kepadaku, kalau dia mencintaimu Danzel. dan selama ini diam-diam dia menyimpan rasa kepadamu."
Kata-kata Rachel mengejutkan pikiran Danzel, mengingatkannya pada saat dia tiba. Ya, dia mendengar Alice berteriak, mengungkapkan perasaannya tanpa sengaja. Saat itu, Danzel terpana, baru menyadari bahwa sahabatnya selama ini mencintainya dalam diam.
"B-benarkah seperti itu Alice?"tanya Danzel menatap kedua mata Alice dengan intens
Rachel menyela. "kau harus tahu alasan Alice mendorongku Danzel, dia-
"Tunggu."Danzel menghentikan ucapan Rachel."Sebelum itu, izinkan Alice menjawab pertanyaan ku dulu. Apakah benar dia mencintaiku, aku ingin mendengar Alice mengatakannya langsung di hadapan ku."
"Katakanlah Alice, apakah benar kamu mencintaiku?"Tanya Danzel dengan suara yang lembut dan juga tegas. tatapan matanya menatap jauh ke dalam mata Alice.
Deg!
Pertanyaan itu menghentak Alice, memukul hatinya dengan keras. Dia merasa seolah seluruh dunia berhenti berputar, Perasaan yang selama ini ia pendam, sekarang terungkap, dan Danzel menuntut jawaban. Alice merasakan air mata menumpuk di pelupuk matanya.
Lidah Alice terasa kelu untuk mengakuinya, hingga akhirnya."ya...itu memang benar. Aku....aku mencintaimu sejak dulu Danzel."lirihnya
Danzel menatap Alice dengan perasaan tidak menentu, jantungnya berdetak lebih kencang. di dalam hatinya yang paling dalam ntah mengapa ia merasakan secuil kebahagiaan. tetapi sayangnya kebahagiaan itu tertutup oleh sebuah perasaan lain sehingga membuat hati Danzel teralihkan.
“Lihat?” Rachel berkata penuh kepuasan. "Dia mencintaimu, Danzel. Dan itulah alasan dia mencoba menyingkirkan ku. Karena aku adalah penghalangnya." Ucap Rachel memanfaatkan celah yang ada, berusaha memanipulasi keadaan dengan sangat pintar
"Dia tidak ingin kita bersama Danzel, Alice sangat terobsesi olehmu. dia sangat mencintaimu dan sangat menginginkanmu bersamanya. hingga akhirnya, kecemburuan yang ada di dalam hatinya mendesaknya untuk melakukan hal jahat dengan cara mendorongku dari atas ini."
Alice merasa hatinya sakit mendengar tuduhan itu. "Rachel, tidak! Itu tidak benar!"Suaranya bergetar, mengungkapkan kepedihan yang mendalam.
Danzel menatap Alice, keraguan dan kebingungan berkecamuk di dalam dirinya. "Alice, apa kamu benar-benar merasakan semua itu?"
Alice membalas Danzel dengan air mata yang hampir menetes. "Tidak, Danzel, percayalah padaku. Itu semua tidak benar. Aku mencintai dengan tulus. Melihatmu bahagia bersama pilihanmu sudah cukup membuatku bahagia."
Danzel merasa hatinya terbelah. Di satu sisi, dia ingin percaya pada Alice Namun, di sisi lain, ada kemungkinan kebenaran dari tuduhan Rachel yang terus menghantuinya. Danzel merasa terjebak dalam dilema yang sangat besar.
"Jika kamu mencintaiku, kenapa kamu tidak pernah memberitahuku sebelumnya?" tanya Danzel dengan suara tegas
Alice tidak mampu menjawab. kata-katanya seolah terjebak di tenggorokannya.
Danzel melanjutkan, "Sekarang, semua ini jadi terlihat begitu rumit. Rachel bilang kamu mencoba menyakiti dia karena cemburu. Apa aku harus mempercayai kata-katanya?
Rachel, yang tidak ingin kehilangan momen, dengan cepat menimpali. "ya kau harus mempercayaiku Danzel, semuanya sudah jelas disini. Alice memang terbukti berbuat kejahatan dengan mencoba mendorongku dari sini."
"Dan ingatlah janjimu kepadaku Danzel, kau sudah berjanji untuk selalu mendukungku dengan apapun yang terjadi."
Danzel teringat oleh janjinya, pengaruh Rachel sangat kuat merasuki pikirannya.
Perlahan-lahan, Danzel merasakan dirinya terjerumus dalam permainan Rachel. Cintanya kepada Rachel membuatnya ragu untuk berpihak kepada Alice, meski ada sesuatu di dalam hati yang berbisik bahwa Alice tidak bersalah. Namun, dalam detik-detik yang penuh tekanan ini, Danzel akhirnya mengambil keputusan.
"Alice..." Danzel berkata pelan, matanya kini beralih ke gadis yang selama ini menjadi sahabat dan juga seseorang yang selalu di lindungnya.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi..." Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Rachel dengan penuh keyakinan. "Aku percaya kepada Rachel."
Alice menatap Danzel dengan air mata yang tak terbendung lagi. "Danzel...," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. Hatinya seolah diremukkan oleh keputusan pria yang ia cintai.
Rachel tersenyum puas, rencana kesalahan pahaman ini telah berhasil membuatnya meraih kemenangan mendapatkan Danzel seutuhnya. semua rencana nya berjalan dengan sempurna, terutama pada saat kedatangan Danzel. untung saja Danzel datang tepat waktu saat Alice mengungkapkan perasaannya. padahal sebelum itu Rachel lah yang sengaja memancing Alice dan memanipulasi.
"Danzel biarkan aku menjelaskan semuanya terlebih -
"Cukup, Alice!" Danzel memotongnya tajam, suaranya menggelegar. "Aku tidak ingin mendengarkan penjelasanmu lagi."
“Aku sedikit kecewa dengan apa yang sudah kamu lakukan,” lanjut Danzel, nadanya dingin. "Dibalik kepolosanmu, ternyata kamu menyimpan sisi jahat seperti ini."
Alice terperanjat mendengar kata-kata itu, hatinya seolah diremukkan. Sisi jahat? Apakah itu yang dilihat Danzel darinya sekarang?
Danzel menghela napas panjang, "Selama ini, aku selalu melindungi mu. Menjagamu dari teman-teman yang membully mu, memastikan kau baik-baik saja. Aku menyayangimu, Alice, tapi..." Danzel berhenti sejenak, "rasa sayang itu saja sebatas persahabatan. Tidak lebih dari itu."
Air mata Alice mulai mengalir deras, tetapi dia tetap tidak bisa berbicara. Semua yang ia rasakan seakan berubah menjadi nyeri yang menyakitkan di dadanya.
"Aku mengerti mungkin kau salah mengartikan perhatianku," lanjut Danzel, kali ini dengan nada lebih lembut, namun tetap penuh ketegasan. "Kepedulianku, kekhawatiranku... Aku melakukan semua itu hanya sebatas persahabatan saja."
Alice ingin berteriak, bahwa cintanya tulus dan tidak pernah bermaksud mengganggu.
"Aku tidak menentang cintamu padaku," Danzel berkata lagi, suaranya kini berubah menjadi nada simpatik
"Aku menerima perasaan itu dengan senang hati. Tetapi, maaf... Aku tidak bisa membalasnya. karena aku tidak mencintaimu."
Hati Alice seakan hancur berkeping-keping di depan Danzel. Dia merasa seolah tenggelam dalam lautan yang begitu dalam, tanpa ada yang bisa menyelamatkannya. Cintanya yang selama ini dipendam dengan hati-hati kini berakhir dengan satu kalimat yang menghancurkan seluruh dunianya.
"Dan satu lagi..." Danzel mengambil napas dalam-dalam, sebelum menatap Alice lagi. "Dengan adanya kejadian ini, persahabatan kita... telah berakhir."
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih