NENEK PAHLAWANKU

Su Yoa kesakitan teramat sangat, dadanya sakit bukan main di tambah pahanya tertancap tongkat sampai tembus..

Nenek Samirah mendekati Su Yoa yang kesakitan lalu mencabut tongkat dengan paksa... "HUAAAAAAA....BUNUH AKU CEPAAAAT...!"

"Tak semudah itu aku membunuhmu bedebah... Rasakan penderitaanmu sebelum ajal menjemputmu."

"Kau juga menyiksa suamiku sampai mati di pangkuanku.. Inilah balasanku padamu bedebah.. Dan ingatlah.. Penderitaanmu tidak akan berakhir karena kau akan menjadi santapan mahkluk mahkluk di sini.."

Su Yoa menangis namun apa daya tenaganya habis terkuras tak bisa melakukan penyerapan energi alam karena derita di dada dan di paha.

"Jimi.. Ayo kita pulang sekarang..."

"Baik guru.."

Nenek Samirah dan Jimi berjalan menuju ke motornya dan berlalu pergi tanpa ada yang tahu.

Sementara itu Su Yoa yang kesakitan melihat beberapa mahkluk mengerikan muncul di rerimbunan bambu.

"le le pah.. Le le pah.. Pakanaku iwak mentah... Ayo coo ada makanan enaaak..." mahkluk berbadan cebol dengan mulut besar dan kedua matanya melotot bulat besar.

"le le ti le le ti.. Pakanaku iwak ati.. Aku minta hati coo..." mahkluk berbadan kurus dengan kepala besar plontos mendekat..

Mahkluk sejenis setan priprayangan berdatangan mendekati Su Yoa yang menggigil ketakutan. Semua mahkluk itu berebutan memakan tubuh Su Yoa yang tak berdaya.

Jeritan pilu Su Yoa tak membuat mahkluk itu berhenti mengigit dan menggerogoti tubuhnya, tangan, kaki, kepala terputus di makan mahkluk dedemit sampai tinggal tulang belulang berserakan..

Beralih ke markas Bento.

Bento sangat gelisah sejak guru Su Yoa pergi dan terlihat anak buahnya sedang menata uang hasil jual senjata api. Bento ingin bekerja sama dengan mafia-mafia lainnya untuk menghancurkan Sumi dan neneknya.

Ada sekitar 2 ketua mafia datang ke markas Bento dan mereka pun ngobrol di ruang tamu dengan berbagai minuman keras.

"Aku ingin mengajak kalian berdua menghancurkan sebuah pabrik di desa Pring Legi." kata Bento.

"Lho apa pabrik itu membuat masalah denganmu Ben..?"

"Kalau menganggu dan ikut campur bisnisku tidak namun yang punya pabrik itu telah membunuh 20 anggotaku." jelasnya.

"Wooow banyak banget anggotamu terbunuh. Bisakah kamu ceritakan awal mulanya.?"

"Awalnya satu anak buahku di hajar sampai pingsan oleh wanita bernama Sumi dan kami pun menghancurkan rumahnya." katanya bohong.

"Trus...??"

"Anak buahku tak bunuh karena berbohong jika Sumi dan neneknya ada di dalam rumah itu namun rumah itu kosong."

"Jadi kamu menghancurkan rumah kosong.. Trus anak buahmu yang kamu bunuh itu gimana.?"

"Aku kirim ke orang tuanya dan menantang tapi orang tuanya pergi lalu kami juga menghancurkan rumahnya."

"3 anak buahku mencari sampai ke Cemoro dan ketemu dengan Sumi.. Mereka di bunuh dan tinggal satu yang kembali dengan luka yang parah."

"Aku juga menyewa pembunuh bayaran namun semua mati terbunuh."

"Oh begitu tapi apakah rumah dan pabrik Sumi itu dekat dengan kantor polisi, kami tak mau ambil resiko Ben.."

"Tidak daerah mereka jauh dari kepolisian Nan."

"Baiklah kapan kita berangkat Ben.?"

"Kita lakukan di hari minggu mbesuk karena aparat tidak bertugas banyak."

"Baiklah aku akan siapkan 5 anggotaku." kata Adnan.

"Aku juga Ben." kata bos David tak mau kalah.

"Terima kasih namun apakah kita bertiga juga ikut.?"

"Kamu saja yang ikut Ben karema kami harus mengurusi bisnis di Australi." jelas Adnan.

"Baiklah.."

....

Hari ini nenek menerima karyawan baru berjumlah 5 orang 2 laki-laki dan 3 perempuan, yang laki-laki berkerja sebagai sopir mengantar barang jadi dan setengah jadi. Eko dan Danu karyawan baru itu.

Nenek Samirah tetap melatih anak muda bahkan yang perempuan juga ada, nenek membuka perguruan bela diri gratis.

Asal tekun tak segan nenek memberikan hadiah untuk murid yang berbakat.

Waktu sore telah tiba dan semua murid perguruan membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Di waktu menjelang magrib nenek Samirah mendengar bisikan ghaib yang mengatakan akan ada serangan besar menuju ke pabrik, sosok itu meminta ijin untuk menjebaknya di hutan Curug Surodipo namun nenek tidak mengijinkan. tapi nenek ingin menghadapi di pertigaan Cemoro Pring legi.