NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Auman Harimau

"Kau di mana, kenapa ada orang lain?!"

Stella yang mulai terganggu, langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu, membukanya secara perlahan, seketika matanya membulat melihat seseorang. "Tante Bianka?"

Wanita paruh baya yang sedang menelepon seseorang itu menoleh, dia sama terkejutnya dengan Stella. "Ya ampun, Stella!" Wanita paruh baya itu maju memeluk Stella, memeluknya begitu erat seperti sudah lama tak bertemu. "Tante kira siapa, ternyata kamu. Kemana saja selama ini, kenapa nggak pernah main lagi sama Bela?"

Stella tersenyum tipis, dirinya bingung ingin menjawab apa, tapi bagaimana Ibunya Bela ada di sini?

Bianka menuntun Stella ke sofa, mengajaknya untuk mengobrol. "Sebenarnya saya tadi cukup kaget, saat melihat perempuan di kamar itu, Austin tidak pernah membiarkan siapapun untuk masuk ke dalam kamar itu, bahkan Bela selalu diam-diam masuk ke dalam sana, dia takut Austin akan memarahinya."

Stella mencoba berfikir keras tentang maksud penjelasan dari Tante Bianka, ibu dari Bela.

"Tante menikah lagi dengan ayah Austin," terang Bianka yang paham dengan kebingungan Stella. "Tapi ngomong-ngomong, bagaimana kamu kenal Austin? Sepertinya hubungan kalian sangat mencengangkan," terangnya dengan nada menggoda, apalagi setahunya kamar itu begitu tertutup, Austin tidak akan pernah membiarkan seseorang masuk tanpa izinnya.

"K-kami bertemu di dalam film."

Bianka terlihat terkejut. "Ya ampun, jika Tante tahu kamu ada di film itu, Tante akan datang berkunjung."

Stella tersenyum senang mendengar perkataan Tante Bianka, beliau adalah orang yang selalu membuatnya senang, apalagi ketika dirinya berkunjung ke rumah Bela, Ibunya itu selalu memperhatikannya dengan baik.

Ketika Ibunya Bela pulang, Stella mulai terdiam, dirinya mencoba mengingat sesuatu. Pantas saja dulu, Bela pernah datang ke rumah sakit saat Austin kecelakaan, dirinya tidak menyadari dengan kata-kata Bela. 'Menjauh lah dari orang-orang ku' Ternyata Austin adalah saudara tirinya, apakah itu alasan Austin mengetahui masa lalunya dan mulai mengganggunya? Apa Bela benar-benar yang membocorkannya pada Austin?

***

Morgan mengeluarkan kartu dari sakunya, tadi ada kemacetan yang membuatnya begitu lama di mobil, tak ada yang spesial, hanya saja ada sesuatu dari diri Grace yang membuatnya penasaran. Lelaki itu menyerahkan kartu itu ke pegawai hotel. Ujung matanya memperhatikan Grace.

Grace yang ditatap seperti itu tersenyum senang, dia merasa terharu diperhatikan begini.

Ketika transaksi akan selesai, sebuah pesan mengalihkan perhatian Austin.

["Permisi Tuan, saya ingin memberitahukan bahwasanya Pak William mengunjungi Nona Stella."

Austin yang mendapatkan pesan itu langsung membatalkan transaksi. Pria itu menoleh pada Grace. "Saya ada keperluan, lain kali saja." Austin pergi tanpa mendengar jawaban Grace, pria bahkan berlari kencang meninggalkan hotel.

Grace yang melihat itu hanya bisa menahan amarah. "Bagaimanapun, dia harus menjadi milikku."

***

"Lalu?"

William tersenyum, kemudian mulai menjelaskan kembali. "Lalu kami pergi ke pantai setelah berbulan madu, dia juga sangat menyukai sunset bahkan ketika matahari terbenam, dia sangat menyukainya. Dia sangat menyukai matahari, tapi sayangnya, dia tidak bisa melihat matahari lagi.."

Stella termangu mendengarnya, sedari tadi Wiliam terus menceritakan tentang istrinya, dirinya terhenyak saat mengetahui istrinya yang sudah meninggal hal itu membuat Stella tak bisa berkata apa-apa. Saat Wiliam datang, para penjaga sepertinya ingin mengusirnya, tapi tak berani, dirinya juga hanya diam saja saat William mulai mendekatinya dan mengobrol.

"Kau ingat, rumah yang telah aku pesan untuk bermalam dengan temanmu itu?"

Stella menganggukkan kepalanya, itu saat dirinya bertemu dengan William. Tapi kenapa lelaki itu membahasnya?

William terdiam sebentar, lalu pria itu mulai menceritakannya.

William yang saat itu sedang semangat langsung terdiam melihat heels yang berada di luar kamar, tanpa banyak berfikir, William membuka kamar, wajahnya berubah menjadi pucat.

"Kau tidur di luar saja, aku ingin tidur dengan calon istriku," kata Austin yang berbaring di samping Stella. Lelaki memang seperti kucing yang sangat senang melihat ikannya.

"B-bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya William yang tergagap. "D-dan dia adalah teman malamku! Aku sudah menyewa rumah ini untuk bermalam dengannya!" Walaupun sedikit takut, William tetap membela diri, dirinya tidak mau kalah.

"Dasar bodoh! Ini calon istriku!" sentak Austin yang masih memeluk Stella dengan erat. "Lihatlah, bagaimana bidadari ini tertidur, dia sungguh tidak cocok untuk bermalam dengan pria kodok sepertimu!"

William mulai memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar, dia melihat Stella yang tertidur lelap. "K-kenapa berbeda? Apa dia dijebak atau sesuatu yang lain?!" tanyanya yang sedikit berseru itu, dia menatap Austin dengan curiga.

Austin menyahut. "Saat pagi nanti, kau berpura-pura tidur semalaman dengannya, mengerti?"

"Y-ya, aku mengerti."

Stella yang mendengarkan cerita itu hanya bisa mengatupkan kedua bibirnya, dirinya tidak menyangka, kenapa Austin bisa bertindak sejauh ini. "Tapi kenapa dia bisa mengetahui keberadaan ku? Seolah dia ada dimana-mana."

William menggelengkan kepalanya. "Kau tidak tahu, Club yang selalu kau kunjungi itu, miliknya. Dasar tidak peka!"

Kali ini Stella terlihat sangat terkejut. Tangannya langsung menutup mulutnya yang terbuka lebar. Pantas saja dia tahu apapun, dirinya ini malah sering mendatangi sarang harimau.

"Saat kasus mu viral karena bersama pacar seseorang itu, Austin mengetahuinya, dan pasti dia juga tahu tentang kau yang datang ke Club bersama temanmu itu, Austin benar-benar gila."

Stella menggigit bibirnya bawahnya, perempuan itu merasa risau.

"Dan kau tahu, saat waktu pagi, aku baru beberapa menit tidur di sampingmu, kau langsung bangun, itu membuatku kesal, seharusnya aku mencuri mu saat itu, mungkin setelahnya, Austin akan mempertemukan ku dengan istriku..."

Stella menggelengkan kepalanya. "Sudahlah aku tidak mau mendengar fakta apapun lagi, ini membuat kepalaku sangat pening!"

"Tapi--"

"SIALAN EDRIC!"

Tiba-tiba Austin datang dengan tanduk yang siap untuk menyerang siapapun yang berani menganggu miliknya.

William menggeser tubuhnya untuk menjauh dari Stella. "Aku hanya mencoba untuk mencuri hati kakak ipar ku ini, apa aku salah?"

Tangan Austin merogoh sesuatu di balik jasnya, sebuah pistol. "Kau memang ingin bertemu dengan istrimu itu kan? Baiklah, akan ku kabulkan keinginanmu."

Tubuh Stella menegang saat melihat pistol. Dirinya memang tidak boleh meremehkan Austin, pria itu benar-benar gila.

William mengangkat kedua tangannya. "Wah harimau sudah mengaum, seharusnya aku menyerah ya..." William perlahan mundur dari sana, bahkan lelaki itu menempel pada dinding saat hendak melewati Austin. Ketika berhasil keluar dari kamar, beberapa penjaga sudah siap untuk memberinya hadiah, hal itu membuat William mendesah pelan. "Ah, inilah akibat dari tingkahku ini."

Para penjaga mulai membawanya pergi dari sana, salah satu penjaga langsung menutup pintu, tapi penjaga botak itu memberikan jeda sedikit, dia ingin melihat eksepsi Stella, ketakutan. Setelah itu dia langsung menutup pintu, ia pikir Stella akan berubah menjadi kucing garong, ternyata tidak. Dia masih normal.

Stella yang merasa terancam mulai mundur, perempuan itu begitu ketakutan, rasanya Austin memang mirip malaikat maut yang mengincar nyawanya.

"M-maaf!" katanya yang terbata-bata.

Austin menurunkan pistol itu. "Sudah kubilang, untuk pergunakan anggota tubuhmu itu untuk melawan siapapun yang berada di dekatmu!"

Stella menelan salivanya. Tubuhnya menjadi panas dingin, di dalam hati, perempuan itu mencoba berdoa untuk lepas dari pria gila seperti Austin. "T-tapi aku tidak merasa terancam.." Memang mulutnya ini tidak bisa diam, salahnya karena terlahir tidak mau kalah beradu mulut dengan siapapun.

"Kau harus diberi hukuman, tahu?!"

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!