NovelToon NovelToon
My Perfect Stranger

My Perfect Stranger

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perasaan / Duda / Romansa Modern / Cinta setelah menikah / Tinggal bersama / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Pengantin Pengganti
Popularitas:5.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nisaaayu

Berniat ingin menyelamatkan seorang pria dari pengkhianatan pernikahan justru membuatnya terlibat dan malah menjadi pengantin wanita pengganti. Friska Hallin Amanda, seorang gadis yang terpaksa berurusan dengan sang mempelai pria yang ternyata seorang CEO terkenal.

Dia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang merusak pernikahan CEO tersebut justru mengantarkannya kepada pernikahan yang tak pernah Ia bayangkan. Friska terpaksa menggantikan mempelai wanita untuk menyelamatkan nama baik sang CEO.

"Saya tidak mau menikah dengan bapak!"

"Kamu harus mau! nama baik saya akan dipertaruhkan saat ini. Atau saya akan menghancurkan hidupmu beserta keluargamu!" begitulah ancaman Ardigo yang membuat pernikahan palsu itu akhirnya terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisaaayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pendamping Hebat

Disinilah Friska berdiri dengan menatap ke arah dinding lebar yang berisi struktur kepemimpinan di Fabiyan's Corp. Begitu keluar dari ruangan Ardigo, gadis itupun lantas berjalan menuju lobi kantor untuk memastikan ucapan pria itu

"Astaga ternyata benar dia CEO nya. Kenapa dulu aku tidak melihat ini" ujar Friska pelan sambil berulang kali membaca nama beserta melihat foto yang terletak paling atas dari semua struktur tersebut

"Ardigo Alexander Fabiyan. Benar! ada Fabiyan di ujung namanya" ujar Friska pelan sambil mengeja nama tersebut

"Pantas saja gadis itu terlihat sangat dendam kepadaku ketika aku menghancurkan rencana busuknya untuk menikahi Ardigo. Ternyata pria yang akan dinikahinya se kaya ini" Friska tiba tiba teringat dengan Felicya, betapa marahnya Felicya ketika kebusukannya dibongkar oleh Friska. Sedangkan dia sendiri bukannya senang justru merasa takut dan was was. Tidak pernah terbayangkan olehnya untuk menikahi seorang pria sekelas Ardigo. Jauhnya kedudukan sosial mereka membuat Friska seketika merasa semakin kecil jika berada di tengah keluarga Ardigo. Selama ini dia berpikir bahwa perusahaan yang dimiliki oleh sang suami hanyalah perusahaan biasa, tidak sebesar dan setenar Fabiyan's Corp

Berarti Vano adalah anak dari salah satu orang terkaya di negeri ini. Batin Friska teringat dengan sang anak. Perasaan tidak pantas pun tiba tiba merayap ke hatinya. Dia merasa tidak pantas untuk menjadi ibu bagi Vano, calon penerus Fabiyan's Corp

Saat Friska masih kalut dengan pikirannya, tiba tiba tepukan di bahunya menyadarkan gadis itu

"Kamu sedang melihat apa?" tanya Tasya yang sengaja menghampiri sang sahabat

"Aku hanya sedang melihat lihat struktur kepemimpinan disini" balas Friska seadanya

"Berharap suatu hari nanti nama dan fotomu akan dipajang disana?" goda Tasya

"Tidak"

"Ayolah tidak usah malu kepadaku, kita juga berhak bermimpi Fris. Siapa tau nanti bisa jadi nyata. Aku juga berharap nama dan fotoku terpampang disana" kini Tasya juga ikut memperhatikan struktur itu

"Jangan bilang kamu sedang memperhatikan foto CEO nya??" tiba tiba Tasya berujar sambil menaik turunkan alisnya

"Tidak! aku sama sekali tidak tertarik dengannya" bantah Friska

"Hei aku tau CEO kita tampan, tapi kamu harus ingat kalau kamu sudah punya suami. Walaupun dia kurang ajar tetap saja dia suamimu, dan sepertinya juga pak Ardigo sudah punya istri"

Bolehkah aku sombong dengan mengatakan bahwa aku adalah istri dari CEO itu, Sya? batin Friska

"Sya tapi dia adalah su-" ucapan Friska dipotong oleh Tasya. Padahal dia hendak memberitau perihal siapa Ardigo itu sebenarnya

"Sudahlah Fris, tidak ada alasan apapun untuk mengagumi pria selain suamimu. Sebaiknya sekarang kita ke kantin karena sekarang sudah jam istirahat. Naura juga sudah menunggu disana" Tasya langsung menggandeng tangan Friska menuju kantin

Hari ini Friska tidak bisa menjemput Vano ke sekolah, tadi saat di ruangan Ardigo dia juga sudah mengatakan hal itu. Jadi hari ini hanya pak Danang yang akan menjemput sang anak

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya jam pulang kantor sudah tiba. Seluruh karyawan sudah mulai bergegas untuk pulang. Ada yang berjalan menuju parkiran motor dan banyak juga yang menuju parkiran mobil.

"Ayo Fris kita pulang bersama" ajak Naura saat sudah selesai mengemaskan semua barangnya

"Kalian duluan saja. Aku sudah mengabari seseorang untuk menjemputku" balas Friska karena dia akan meminta pak Danang untuk menjemputnya

"Seseorang? Mas suami?" tanya Naura tersenyum menggoda Friska

"Bukan. Aku akan menunggu disini, kalian duluan saja"

"Benarkah?"

"Iyaa"

"Ayo Nau, kita duluan saja. Sepertinya ada yang malu jika bertemu dengan suaminya di depan kita" kini Tasya ikut menimpali

"Hei bukan begitu! aku sedang menunggu pak Danang"

"Oh sopirmu waktu itu?" tanya Tasya

"Iya"

"Wahhh teman kita sudah benar-benar menjadi nyonya" celetuk Naura bangga

"Baiklah kami duluan ya Fris" pamit Naura dan Tasya

Setelah kepergian kedua sahabatnya, Friska pun menghubungi pak Danang

"Halo mbak Friska"

"Halo pak. Bapak dimana? bisakah menjemput saya di kantor Fabiyan's Corp?"

"Baik mbak. Saya juga masih di kantor, silakan keluar sekarang mbak"

"Oh iya pak, saya akan naik di perempatan dekat kantor saja" Friska sengaja tidak mau naik di depan gedung kantor, karena dia yakin pasti karyawan mengenali mobil dan juga pak Danang. Dia belum siap diketahui oleh banyak orang

"Baik mbak" ucap pak Danang

Saat mobil berhenti di depannya, Friska langsung bergegas membuka pintu dan segera masuk ke dalam. Dia sengaja tidak menunggu pak Danang untuk membukakan pintu karena takut karyawan lain melihatnya

"Ayo pak, kita jalan. Oh iya kita jemput Vano ke rumah mama dulu ya" ujar Friska saat sudah duduk di dalam mobil

"Mbak Friska baik baik saja?" tanya pak Danang yang menyadari gelagat aneh sang nyonya

"Iya pak, saya baik baik saja"

Sial! sepertinya mulai hari ini hidupku akan sulit. batin Friska membuang napas kasar lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok

"Baru pulang menemui tuan Ardigo, mbak?" pak Danang berani bertanya begitu karena dia tau Friska tidak akan marah kepadanya

"Tidak pak, saya magang disini" balas Friska dengan mata terpejam

"Wah ternyata mba Friska masih kuliah"

"Iya pak. Tolong doakan saya bisa cepat wisuda ya"

"Pasti mbak. Saya mendoakan semua yang terbaik untuk mbak Friska" ujar pak Danang yang membuat Friska tersenyum. Lalu dia teringat sesuatu

"Pak Danang"

"Iya, mbak?"

"Tolong jangan beri tau karyawan yang lain kalau saya istrinya mas Ardigo ya pak" ucap Friska kembali menegakkan tubuhnya

"Kenapa begitu mbak?" tentu saja pak Danang bingung dengan permintaan sang nyonya.

"Saya tidak ingin karyawan lain tau kalau saya istrinya mas Digo, setidaknya sampai saya selesai magang. Saya merasa sedikit risih jika mereka tau siapa saya, lebih baik semuanya mengalir saja dan mereka hanya mengenal saya sebatas mahasiswa magang di Fabiyan's Corp" jelas Friska berharap pak Danang mengerti maksudnya

"Hoo baiklah mbak, saya akan menjalankan perintah mbak Friska" ujar pak Danang sigap

"Ini bukan perintah pak, saya hanya sedang minta tolong" kekeh Friska yang mengundang tawa pelan dari pak Danang.

Pak Danang begitu kagum dengan sosok Friska yang rendah hati dan sederhana meskipun statusnya adalah nyonya dari tuan Ardigo Alexander Fabiyan.

*****

Kini keluarga kecil Ardigo sedang makan malam bersama. Kecanggungan jelas terasa di meja makan itu. Friska sedari dari tadi lebih banyak diam dan menunduk, bahkan tidak berani menatap Ardigo. Jika biasanya dia berani menatap pria itu dengan tatapan menantang ataupun kekesalan, kini dia seakan merutuki semua perbuatannya selama ini

Bagaimana bisa selama ini aku bersikap kurang ajar kepadanya? bahkan orang sepertinya ini bisa membeli nyawaku. Batin Friska, dia terlihat tidak bersemangat malam ini

Gelagat Friska tersebut rupanya tidak luput dari perhatian sang anak

"Mama kenapa? sedang sakit?" tanya Vano menatap penuh gadis tersebut

"Mama baik baik saja, sayang." Balas Friska seadanya

"Pasti mama kelelahan ya hari ini?" Friska sangat terharu dengan kepekaan yang dimiliki oleh Vano. Bocah itu bahkan menyadari moodnya yang sedang tidak baik baik saja

"Hmm iya. Tapi setelah mendengar Vano yang mencemaskan mama, tiba tiba lelah mama hilang" Friska tersenyum lebar ke arah sang anak. Dia tidak berbohong bahwa dia senang ketika bocah itu mempedulikannya. Vano juga membalasnya dengan senyuman tak kalah lebar

Sementara itu pria dewasa di depannya hanya diam dan fokus dengan makan malamnya.

Setelah selesai makan, Friska lalu mencuci piring dan alat masak yang tadi digunakannya. Ekor matanya menangkap seseorang yang tengah berjalan menuju kulkas dan dapat dipastikan orang itu adalah Ardigo. Pria itu sedang mengambil minuman kaleng dari sana

"Bagaimana hari pertamamu magang nona Friska? bukankah dulu kau katakan akan memberitahu saya siapa CEO mu?" manusia yang sejak tadi dihindarinya kini malah mengajaknya berbicara. Terlihat pria itu sengaja meledeknya

"Kau gila? bagaimana mungkin memperkenalkanmu kepada dirimu sendiri?" Sungguh Friska ingin menampar bibirnya yang secara spontan berujar demikian.

Aishh dasar mulut kurang ajar! ingat dia bukan orang sembarangan. Friska meringis di dalam hatinya. Namun kemudian dia cepat cepat meralat ucapannya

"M-maksudku dulu aku tidak tau kalau itu perusahaanmu." ujarnya pelan. Setidaknya itu lebih baik pikir Friska

"Kamu tidak menyangka kan kalau saya pemilik Fabiyan's Corp? saya memang sehebat itu" ucap Ardigo membanggakan dirinya

"I-iya kamu memang hebat mas" ujar Friska yang memilih menyetujui ucapan Ardigo

"Tentu saja, jadi saya membutuhkan pendamping yang sama hebatnya dengan saya"

Ucapan pria tersebut membuat Friska sedikit tersinggung dan semakin merasa minder. Namun dia tidak mau direndahkan begitu saja

Kurang ajar! apa maksudnya berkata seperti itu? walaupun aku begini, justru aku tidak ingin mempunyai suami sepertimu. Harusnya kubiarkan saja dia menikah dengan perempuan itu, biar dia tau seberapa hebatnya perempuan itu menipunya. Friska memaki Ardigo di dalam hatinya

"Iya tenang saja, setelah satu tahun nanti kamu akan mendapatkan wanita yang sama hebatnya denganmu. Sayang sekali aku bukanlah perempuan yang hebat, jadi kurasa aku tidak cocok bersama orang sepertimu. Aku lebih cocok bersama orang yang baik saja" Friska berpura pura sedih dan merendah, namun dia sengaja membuat sindiran di ujung kalimatnya

"Maksudmu saya tidak baik?" celetuk Ardigo terlihat kesal. Bertepatan dengan itu, Friska sudah selesai mencuci piring kemudian berlalu sambil mengedikkan bahunya. Senyum miring terbit di ujung bibirnya

Sayang sekali aku bukanlah orang yang mudah kau tindas, tuan Ardigo. Friska kemudian berjalan menuju Vano dan bermain bersama anak sambungnya itu.

1
Melani Sunardi
cerita yang bakal jadi impian untuk ter jadi nih thor.....
LISA
Keren bgt ceritanya Kak 😊👍 kami tunggu kisah selanjutnya y Kak..semangat yaa 😊
LISA
Slmt y Friska & Digo utk rmh barunya..bahagia selalu yaa
LISA
Setuju donk Kak 😊
LISA
Happy terus y utk Vano & keluarga kecilnya
LISA
Sukses y Kak
LISA
Puji Tuhan Friska sudah sadar dari komanya..cpt pulih Friska..
LISA
Puji Tuhan Friska sadar kembali..benar² mujizat dr Tuhan
Hapsa Palilati
Bagus ceritanya,
LISA
Luar biasa
LISA
Bagus juga ceritanya
LISA
Aq mampir Kak
Evi Fatmawati
Luar biasa
mahda ilvi
BPK ya Friska GK di munculin sama sekali ini Thor🤣
Betty Susilorini
Luar biasa
Muna Junaidi
Klo friska mati beneren aku mau demo kerumah thor🥲🥲
Nyoman Kerni
Luar biasa
Alfia Amira
omongin dulu perjanjian nya digoooo
Hartaty
jadi takut, apakah nanti si felicya berhasil melukai Friska,ohhh Thor jangan sampai
Hartaty
otw bucin nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!