Vadio dan Luna menikah paksa karena kekhawatiran orang tuanya masing-masing akan masa depan anaknya.
Setelah sah menikah, Luna menerima Dio sebagai suaminya dan melayani semua kebutuhan Dio, walaupun Dio selalu menolak kebaikan yang Luna berikan. Sikap arogan Dio sudah menjadi makanan sehari hari untuk Luna.
Berapa lama Luna bisa bertahan?
Apakah Vadio akan berubah dan mencintai Luna?
*Btw ini novel kedua aku ya guys!
yuk, lebih dekat dengan author, follow :
instagram : fareed_feeza
Tiktok : lilin28
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
Dalam diri Indra ingin sekali tertawa sekencang-kencangnya melihat apa yang di lakukan bos nya pagi ini.
Tapi karena indra harus segera kembali ke kantor mau tidak mau Indra harus membangunkan Dio untuk menyerahkan berkas yang Dio minta.
"Pak ... Bangun pak." Indra menggoyangkan pelan bahu Dio.
Indra kaget bukan main saat Dio tiba-tiba menggenggam tangannya erat. Bukannya tersadar tapi Dio malah mengigau sambil menc!umi punggung tangan asistennya itu, "Luna ... Akhirnya kamu kembali, jangan pergi lagi sayang, jangan tinggalin aku." Ucap Dio sambil terus terisak.
Sekuat mungkin indra menahan tawanya, akan fatal urusannya jika Dio memergoki dirinya sedang menertawakan bos nya itu.
"Pak Dio, bangun pak."
Alam bawah sadar Dio akhirnya berakhir, sayup-sayup telinga nya mendengar suara yang tak asing, perlahan indra membuka kedua matanya, Dio sangat terkejut ketika melihat Indra yang ada di hadapannya, reflek Dio menjauhkan tubuhnya dari asistennya itu, "Ngapain kamu?!" Bentak Dio
"Maaf pak, tadi pagi bapak suruh sayan antar berkas ke apartemen. Saya khawatir terjadi hal kriminal disini karena melihat kondisi di ruangan depan sangat kacau , saya berfikir apartemen ini sudah di singgahi rampok, makanya saya masuk ke kamar Bu Luna ini untuk memastikan, karena melihat seorang pria yang tertidur, dan ternyata itu bapak." Jelas indra.
"Mana berkasnya?" Ucapnya dingin dan tidak memperdulikan penjelasan dari Indra.
Indra menyerahkan beberapa berkas ke tangan indra, "Ini pak."
"Yasudah, sebaiknya kamu pulang. Nanti sore tolong jemput kembali berkasnya." Ucap Dio sambil memalingkan wajahnya, tidak mau sampai indra tahu wajah Dio yang habis menangisi Luna. Padahal nyatanya Indra sudah melihat itu.
Siang hari.
Luna makan siang di hotel tempatnya menginap dengan lahapnya, di temani Karin,Vian dan juga Aldo ...
Vian sudah bisa menduga, bahwa rumah tangga Luna dan Dio sedang tidak baik-baik saja. Karena jika menghubungkan cerita saat Dio menanyakan keberadaan Luna padanya dan Luna yang saat ini menginap di hotel cukup menjadikan jawaban jika mereka sedang pisah tempat tinggal.
Entah apa masalahnya, Vian tetap menyelidiki lewat gerak gerik Luna ...
"Oh ya lun, apartemen kamu kan gak jauh dari sini, kenapa harus menginap di hotel segala? Dio bagaimana?" Tanya Vian.
"Ng ... Karna Dio sedang banyak pekerjaan di apart, dan juga besok aku harus berangkat ke Singapore, mau tidak mau harus bersama kalian terus untuk berdiskusi, dan tidak mungkin jika kita berdiskusi di apartemen Dio, jadi aku pilih hotel ini." Jawab Luna berbohong.
Vian mengangguk,paham. Aku belum bisa menyimpulkan, Rupanya Luna masih menyembunyikan masalahnya.
"Dan tentunya tidak ada yang menghalangi aku lagi untuk berdekatan dengan Luna." Ucap Aldo spontan.
"Aldo! Luna udah punya suami, kamu harus hargain itu! Sahut Karin.
"Cemburu?" Tanya Aldo pada Karin.
"Ish ... GR." Karina memanyunkan bibirnya kesal.
"Sini rin, Deket aku aja ... " Ucap Vian menepuk kursi kosong di sampingnya.
"Dasar Vian, diem-diem gatel juga jadi cowok." Sahut Aldo.
"Bukan gatel, tapi suk— Eh ... maksudnya kasian di ledekin kamu terus Do."
"Suka juga gapapa kali kak." Ledek Luna.
"Aku sama Luna, Karin sama Vian, keren gak tuh?" Ucap Aldo.
"ALDOOOOOOOO!!!! Luna udah punya Dio, ya walaupun dia br3ngs3k, tetep aja suami sah."
Luna dan Aldo menunduk sambil tertawa, tanpa sadar Karin mengatai Dio di hadapan kakak kandungnya, Vian. Padahal Vian tidak menampik itu ... Dia akui jika Dio memang seperti itu.
"Eh sorry kak." Ucap Karin yang baru tersadar jika Vian adalah kakaknya Dio.
"Santai ..." Ucap Vian dengan senyum terbaiknya.
***
Keadaan berbalik terjadi di apartemen Dio.
Pria itu masih menggunakan baju yang sama, Dio tidak mandi dan juga tidak memperhatikan isi perutnya. Sedari tadi dirinya hanya minum air putih, badannya terasa lemas ... Pekerjaan pun masih banyak yang belum selesai, sedangkan sebentar lagi Indra akan menjemput berkas tersebut, seperti yang di perintahkan Dio pagi tadi.
"Aku ingin mencari Luna, tapi pekerjaan si4lan ini menghalangi aktivitasku, brengs3k!!!!!! Ucap Dio mengepalkan tangannya kuat.
Satu jam kemudian indra datang, seperti biasa indra tidak menekan bel, pria itu langsung menerobos masuk layaknya apartemen pribadinya.
Di lihatnya Dio yang sedang kacau, di hadapan laptop dan tidak memperdulikan kedatangan asistennya itu.
"Apakah bapak kesulitan?"
"Menurutmu?" Jawab Dio ketus.
"Jika bapak bersedia, saya bisa bantu."
"Saya bisa sendiri."
Dari pada duduk berdiam diri, indra berinisiatif untuk membuatkan Dio teh manis hangat, agar Dio terlihat lebih segar.
"Silahkan di minum pak." Indra meletakan teh hangat yang dia buat di hadapan Dio.
"Saya mau Luna, buka minuman seperti ini." Ucap Dio.
"Tapi pak, bukan kah bapak ingin bercerai dari Bu Luna?"
"Saya mencintai Luna. Dan satu lagi yang harus kamu tau, saya dan Luna tidak akan pernah bercerai!"
Indra sedikit tercengang mendengar pernyataan bos nya itu, yang indra tahu, Dio sangat membenci Luna karena pernikahan paksa yang di perintahkan oleh masing-masing orang tuanya.
Saat Mauryn meninggal dunia, Pak Dio terpuruk tapi tidak sampai seperti ini, seperti kehilangan semangat hidup. Apa mungkin ini karma? Ucap Indra dalam hati.
***
Di kediaman Latif.
"Vian, apa tidak salah kamu jadi pegawainya Luna?" Tanya Ervina sinis.
Anak sulungnya itu sedang sibuk memasukan barang yang akan di bawanya ke Singapore besok.
"Asisten ma." Jawab Vian santai.
"Cih. Tukang jahit saja pake asisten segala." Ucap Ervina meremehkan.
Latif baru tiba di rumah malam hari, di lihatnya di dalam kamar istrinya tidak ada ... Lalu terdengar sedikit suara orang mengobrol dari arah kamar Vian, Latif pun menghampiri sumber suara itu ...
Kamar Vian terbuka, sehingga memudahkan Latif untuk masuk dan melihat ke dalam.
"Kamu disini ma, aku cari di kamar gak ada?" Ucap Latif pada Ervina.
"Pa ... Anakmu ini loh, kita sekolahkan s2 di luar negeri, sekarang malah jadi bawahannya Luna yang tidak ada bandingannya itu."
"Mama, Luna adalah menantu kita, tolong di jaga ucapanmu!"
Ervina langsung terdiam, wanita itu tidak bisa melawan sama sekali pada Latif, bisa-bisa semua fasilitasnya akan di cabut karena membangkang pada suami.
"Kamu mau bergabung dengan Luna?" Tanya Latif pada Vian.
"Iya pa, Busana yang Luna buat akan mengikuti fashion show di Singapore, ini akan jadi pengalaman untukku, karena papa tau kan ... Aku sangat menggilai bidang fashion, dan belum ada pengalaman terjun langsung, jadi tidak ada salahnya jika aku bergabung dengannya saat ini."
"Bagus, papa setuju. Luna sedari awal merintis usahanya sendiri tanpa bantuan siapapun, bahkan dia menolak semua bantuan orang tuanya ... Jadilah mandiri seperti Luna, kuat dan mampu berkembang sampai sekarang."
lanjutttttt 😂😂💪💪💪